17 tahun yang lalu

348 84 457
                                    

•PART INI TIDAK BERMAKSUD MENGYINGGUNG DAN MENYESATKAN

•HARAP MEMBACA JUDUL TERLEBIH  DAHULU SEBELUM MELANJUTKAN AGAR TIDAK BINGUNG

*****

"Oh my gosh! Don't you know I'm a Savage?"
-Winter-

*****

"Mbak, bener kata Bapak. Arvin pacarmu itu bukan lelaki yang baik. Lagipula Mbak masih muda, terlalu dini untuk menikah. Saran Ibu, selesaikan dulu kuliah Mbak. Apa Mbak gak kasian sama Bapak dan Ibu yang sudah rela menjual sawah untuk kuliah Mbak?" tutur Marni---Ibunda Winter.

Catalina Winter Metea, kembang desa berusia sembilan belas tahun, yang sedang menempuh pendidikan di universitas ternama, beberapa hari yang lalu membuat geger desanya. Pasalnya gadis itu pulang bersama dengan laki-laki yang dipenuhi tatto di sekujur tubuh, tak terkecuali wajahnya.

Laki-laki itu diakui si gadis adalah kekasihnya, yang sebentar lagi akan mempersuntingnya. Tentu hal itu ditentang keras oleh orang tuanya, terutama sang ayah.

"Bu, Bapak itu cuma menilai dari penampilan Mas Arvin aja. Gak semua orang yang bertatto itu nakal," bantah Winter.

"LALU SETELAH MENIKAH KAU AKAN MAKAN APA, HAH?! APA KAU AKAN KENYANG DENGAN MENJILATI TATTO PACARMU?!" sarkas Wawan---Ayah Winter.

"Pak! Mas Arvin akan bekerja. Mas Arvin itu laki-laki yang bertanggung jawab," sahut Winter, tetap membela sang kekasih.

Wawan mengempalkan tangannya, napasnya bergemuruh penuh amarah. Rasa kecewa memenuhi hatinya, anak perempuan pertamanya yang selama ini ia bangga-banggakan telah membuatnya malu dengan pulang membawa kabar akan berhenti kuliah dan akan segera menikah dengan seorang brandalan.

"DASAR ANAK DURHAKA! ANAK YANG GAK TAU DIUNTUNG?! PERGI DAN JANGAN KEMBALI!" Wawan mengeluarkan semua baju Winter dari dalam lemari.

"BAIKLAH KALO ITU MAU BAPAK, AKU PERGI DAN AKU BERSUMPAH APAPUN YANG TERJADI AKU GAK AKAN BALIK LAGI KE RUMAH INI." Winter memasukkan bajunya yang berserakan di lantai ke dalam koper.

"Cih! Lagipula siapa yang akan mengharapkanmu pulang."

*****

Hembusan angin malam menyapa wajah cantik Winter, duduk di dekat kaca jendela adalah pilihan yang tepat ketika naik bus.

Gadis itu menatap lurus ke luar dengan mata merahnya. Ia masih tak habis pikir, mengapa orang tuanya sampai tega mengusir dirinya hanya karena masalah kecil seperti ini. Ia juga tak habis pikir mengapa orang tuanya itu begitu kuno, yang hanya bisa menilai orang lain dari penampilannya saja.

Padahal Arvin Putra Yudhistira kekasihnya itu adalah lelaki yang baik dan bertanggung jawab.

"Aku akan membuktikan bahwa Mas Arvin itu laki-laki yang bertanggung jawab."

*****

BUGH!

Sorak-sorai penonton begitu riuh ketika Arvin berhasil menjatuhkan pria itu. Senyum Arvin mengembang ketika laki-laki berjas hitam yang duduk di atas kursi menambahkan uang ke dalam baki.

Genius | Misteri ✔Where stories live. Discover now