12. Daddy Marah

2.8K 270 26
                                    

Ini hari Minggu, jadi, seluruh anggota keluarga Sebastian dalam formasi lengkap di rumah. Kebetulan juga, sang kepala keluarga ada di rumah, atas permintaan si bungsu yang memaksanya untuk libur bekerja. Dengan cara menempel pada ayahnya sejak sang ayah masih tertidur.

"Daddy, bangun." Caca mengguncang pelan lengan Doni yang tampak masih pulas.

"Daddy!" Panggil Caca lagi.

Merasa tak dihiraukan, Caca naik ke atas perut ayahnya yang seperti papan cucian. Sedangkan Tenesya sudah berada di dapur untuk menyiapkan sarapan.

"Daddy! Daddy! Daddy! Bangun! Bangun!" Caca memukul dada ayahnya, membuat Doni bangun dengan terpaksa disertai batuk-batuk kecil.

"Adek jangan pukul-pukul, kalo Daddy mati gimana? Nanti, mommy jadi janda." Doni menggenggam kedua tangan Caca.

"Apa itu janda?" Tanya Caca penasaran.

"Ada lah." Tampak Doni tidak berniat menjelaskan kata-katanya. "Adek kenapa bangunin Daddy? Daddy masih ngantuk!"

"Ayo main!"

"Masih pagi, mau main apa? Adek juga belum mandi sama sarapan kan? Daddy juga belum."

"Ya udah, ayo mandi dulu!" Ajak Caca.

"Masih pagi adek. Daddy mau tidur lagi ya." Doni menguap lebar, membuat Caca segera menutup hidungnya.

"Daddy bau!"

"Siapa suruh nungguin Daddy yang belum mandi."

"Kalo Daddy nggak ditungguin, nanti Daddy kerja lagi. Nanti, Caca nggak bisa main sama Daddy."

"Kan, adek nyuruh Daddy libur."

"Ayo bangun Daddy, terus mandi, terus main sama Caca."

"Lima menit lagi ya? Daddy ngantuk banget adek." Doni kembali memejamkan matanya. "Main sama Abang sama kakak dulu, nanti Daddy nyusul."

Caca kembali memukul dada ayahnya. "Bangun Daddy!"

"Sebentar aja ya? Pleaaasseeeee..." Doni menunjukkan wajah sedihnya.

Caca yang melihat ayahnya bertingkah seperti itu hanya mengerutkan keningnya. "Daddy serem!"

"Ck! Makanya, biarin Daddy tidur lagi!" Doni kembali memejamkan matanya.

Caca menggeleng cepat. "Nggak boleh! Ayo bangun!" Caca merendahkan tubuhnya, memposisikan bibirnya di depan telinga kiri sang ayah. "DADDY BANGUUUUUUNNN!!!" Teriak Caca tepat di telinga Doni.

Doni menggosok telinga kirinya yang terasa berdengung. "Carissa! Telinga Daddy sakit!" Tak sengaja Doni membentak Caca.

Caca diam membisu mendengar bentakan ayahnya. Doni juga hanya mengerjapkan matanya, merasa kaget. Lalu, perlahan Caca turun dari atas perut ayahnya. Bergeser di sebelah Doni, dan menangkupkan wajahnya di bantal yang biasanya ditiduri ibunya.

Doni memperhatikan bahu Caca yang tampak bergetar. Sepertinya, Caca menangis. Seketika, rasa kantuk Doni menghilang begitu saja digantikan rasa bersalah karena telah membentak Caca.

"Adek." Doni menepuk pelan pantat gembul Caca.

"Adek, jangan gitu ih, nanti susah napas. Ayo bangun."

Doni bisa melihat bahu Caca yang semakin bergetar hebat.

"Adek. Daddy minta maaf." Bisik Doni.

"Adek. Ayo bangun."

"Mommy." Cicit Caca pelan.

"Adek mau mommy?" Tanya Doni. Doni bisa melihat gerakan kepala Caca yang mengangguk. "Tunggu ya, Daddy panggil mommy dulu."

SEO FAMILY GS LOKALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang