06.🦋

19.3K 1.4K 45
                                    

Karena Prince yang tidak kunjung sembuh, akhirnya sesuai perkataannya tadi malam Deluna membawa Prince ke rumah sakit. Di rumah sakit Prince langsung ditangani.

"Aku ingin pulang," rengek Prince sembari menatap Deluna dengan mata memelas.

"Tidak, berhentilah merengek," jawab Deluna sembari duduk di samping bangsal Prince.

Deluna terdiam ketika mendengar perkataannya barusan. Dirinya merasa dejavu dengan jawabannya itu. Dirinya pernah mengatakan itu ketika akan pergi meninggalkan Prince dan Lucas. Pergi meninggalkan luka untuk mereka berdua, dan juga di mana dirinya mengakhiri hidupnya sendiri.

Mendengar perkataan Deluna, Prince langsung terdiam. Ya, dirinya hapal sekali dengan kalimat itu. "Aku ingin makan buah," kata Prince memecah keheningan diantara dirinya dan Deluna.

Lamunan Deluna buyar, ia langsung mengambil buah jeruk dan mengupasnya. Setelahnya ia memberikan buah jeruk itu ke Prince. "Kenapa melamun?" tanya Prince ketika melihat Deluna yang kembali melamun.

Deluna langsung menatap Prince, "ah? Tidak, aku hanya memikirkan Lucas yang ada di rumah. Soalnya dia kan hanya bersama dengan bibi Yuan dan bibi Jang saja," jawab Deluna dengan cepat. Matanya ia edarkan ke sekeliling ruang inap Prince.

"Ah, iya. Aku akan membeli bubur untukku dan untukmu, tunggulah sebentar," sambung Deluna ketika melihat Prince yang akan membuka mulutnya.

Setelah mengatakan itu Deluna langsung bangkit dari duduknya. Ia membuka pintu ruang inap Prince dan menutupnya kembali setelah dirinya keluar. Prince yang melihat itu hanya menatap Deluna dengan datar.

"Kau menghindar," lirih Prince sembari mata yang masih fokus ke pintu.










🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋





Deluna berjalan menuju kantin rumah sakit dengan sedikit melamun. Entahlah, Deluna masih kepikiran dengan ucapannya tadi kepada Prince. Benar-benar dirinya merasa dejavu dengan yang dirinya katakan tadi.

Asik melamun sampai membuat Deluna tidak menyadari jika dirinya menabrak bahu seseorang, yang membuat keresek yang berada ditangan seseorang itu terjatuh. Deluna yang mendengar suara barang terjatuh pun tersadar dari lamunannya. Ia terbelalak melihat makanan berceceran bergegas ia membantu laki-laki yang dirinya tabrak itu.

"Maaf saya tidak sengaja," ujar Deluna ketika dirinya dan laki-laki itu sudah membersihkan makanan yang jatuh itu.

"Tidak apa-apa," jawabnya membuat Deluna langsung melirik laki-laki itu dengan cepat.

Sial. Dirinya benar-benar sial. Kenapa dunia se sempit ini? Bagaimana bisa dirinya bertemu dengan Agus di sini? Sedangkan dirinya mati-matian untuk tidak bertemu dengan laki-laki itu lagi.

"Ah, kau. Kita bertemu lagi," ucap Agus sembari menatap Deluna dengan senyuman hangatnya. Senyuman yang mampu membuat Deluna jatuh cinta, tapi itu dulu.

"Hah? Di mana kita pernah bertemu?" tanya Deluna pura-pura tidak mengenalo Agus.

"Kau lupa? Kita sebelumnya pernah bertemu di supermarket," katanya lagi.

"Sepertinya aku tidak mengingatnya. Ingatanku terlalu buruk, maaf," sesal Deluna.

'Cih, cepatlah menyingkir dari hadapanku, sialan.' desis Deluna dalam hati.

"Haha, tidak apa-apa." Agus tertawa mendengar jawaban dari Deluna. "Oh ya, bagaimana kalau kita berkenalan?"

Deluna menatap Agus dengan tatapan sinis sekilas. Dasar laki-laki penuh tipu daya. Tapi, tak urung dirinya membalas uluran tangan Agus meskipun enggan dan terpaksa. "Namaku Deluna Gabriela," ucap Deluna langsung melepaskan genggaman tangan dirinya dan Agus.

This Our Destiny (Repost)Where stories live. Discover now