27. 🦋

2.6K 221 8
                                    

Hidup mereka kian hari kian damai. Tidak ada lagi yang mengganggu ketentraman keluarga Deluna lagi. Sementara, Agus dan juga Ersya mereka memutuskan untuk pergi ke luar negeri dan akan menjadi warga negara di sana.

Deluna sempat murung karena selain Ersya, ia tidak punya lagi teman untuk berkumpul dan bercerita. Tapi, mau bagaimana lagi. Itu sudah keputusan Ersya dan juga suaminya, Agus. Yang sudah berpikiran matang akan tinggal dan menjadi warna negara di sana.

"Kenapa melamun?" tanya Prince sembari memeluk Deluna dari arah belakang.

Deluna tersentak dari lamunannya, ia membiarkan Prince memeluknya dari belakang dan ia kembali melanjutkan acara masaknya yang sempat tertunda karena dirinya malah melamun.

"Kenapa hm?" tanya Prince lagi dengan mengeratkan pelukannya di tubuh Deluna.

"Tak apa, hanya saja aku tadi teringat Ersya yang sudah pindah ke luar negeri setelah pernikahannya dengan Agus digelar," ucap Deluna dengan masih sibuk memasak.

Prince mengangguk paham. "Lain kali kita pergi berkunjung ke rumah mereka," usul Prince dengan dagu yang bertopang di pundak Deluna.

Deluna memiringkan kepalanya mengarah ke arah Prince dengan mata berbinar senang. "Serius? Apa nanti kita akan pergi bermain ke rumah mereka? Tidak bohong?"

"Hm, tentu saja tidak bohong. Memangnya kapan aku pernah berbohong padamu?" Prince menggesekkan hidungnya di leher Deluna dengan gemas.

Deluna terkekeh merasa geli. "Haha, tentu saja tidak pernah. Aku lupa jika kau tidak pernah berbohong padaku, suamiku," goda Deluna dengan memanggil Prince dengan 'suamiku' yang biasanya ia hanya memanggil suaminya itu dengan panggilan 'sayang'.

"Ck," decak Prince sembari menjauh dari tubuh Deluna. Deluna melirik Prince yang menjauh darinya dengan telinga dan juga pipi yang memerah.

"Lucunya," gumam Deluna menggeleng-geleng kepala sembari terkekeh gemas dan kembali melanjutkan acara memasaknya.

Beberapa menit memasak, akhirnya Deluna telah selesai memasak beberapa menu makanan untuk suami dan juga anaknya. Mengelus keningnya yang sedikit berkeringat, Deluna melepaskan celemek yang dipakainya dan disimpannya kembali ke tempatnya.

Menata masakannya dengan perasaan bahagia, setelah selesai menata Deluna berjalan menuju ruang keluarga yang di sana ternyata sudah ada anak dan juga suaminya.

"Suami dan Lucas, ayo kita pergi makan siang," ajak Deluna dan berjalan menghampiri mereka berdua yang tengah sibuk menonton televisi.

Mereka berdua tak mengindahkan panggilan Deluna membuat wanita itu merasa kesal. Diambilnya remote televisi yang tergeletak begitu saja di lantai dan memencet tombol merah agar televisi nya mati.

"Makan!" tekan Deluna ketika suami dan anaknya itu menoleh ke arahnya. Matanya melotot ke arah mereka berdua.

"Siap!" sigap Lucas dan Prince bangkit dari duduk mereka dan langsung pergi ke meja makan untuk makan siang.

Deluna yang melihat itu menghela napas pasrah dan mengikuti mereka berdua dari belakang. Dilihatnya mereka berdua sudah duduk rapih di atas kursi meja makan dengan tangan terlipat di atas meja makan.

Tersenyum melihat itu, Deluna berjalan semakin dekat ke arah mereka dan langsung mengambil piring yang disodorkan Prince padanya dan dengan cekatan mengisi nasi dan juga lauk pauk yang diingkan laki-laki itu.

Selesai mengisi piring Prince, kini giliran Lucas yang menyodorkan piring kosong ke arah Deluna. Sama seperti tadi, Deluna juga mengisi piring Lucas dengan nasi dan juga lauk pauk yang diinginkan anaknya itu.

"Selamat makan," kompak mereka dan langsung memakan makanan mereka dengan lahap. Deluna hanya bisa mengulum senyum melihat tingkah mereka berdua.

Deluna hanya makan perlahan saja, yang tentu saja membuat anak dan ayah itu merasa heran. "Ibu, kenapa makannya lambat sekali?" tanya Lucas dengan heran.

Mendongak melihat Lucas, Deluna terkekeh kecil setelah menelan makanannya. "Tak apa sayang, memangnya Ibu pernah makan terburu-buru seperti kalian?" kata Deluna menyindir secara halus cara makan anak dan ayah itu.

Kening Lucas mengerut samar, "ini bukan terburu-buru namanya, Ibu! Tapi, lahap," protes Lucas.

"Ya, ya, terserah. Lanjutkan makan mu," suruh Deluna dan tatapannya kembali ke arah Prince yang masih menatapnya.

"Kenapa lagi?" tanya Deluna jengah sendiri.

"Makanlah dengan lahap," kata Prince pada istrinya itu.

Mendengar itu Deluna hanya bisa menghela napas sabar. "Iya, iya," pasrah Deluna dan memakan makanannya dengan sedikit lahap mengikuti mereka berdua.

Akhirnya Prince tersenyum manis melihat Deluna dan kembali melanjutkan acara makannya.

Selesai makan, Prince dan Lucas kembali ke ruang keluarga. Sementara, untuk Deluna membereskan sisa-sisa makan mereka. Piring kotor ia bawa ke wastafel dan langsung mencucinya, dan untuk makanan yang masih tersisa banyak ia simpan di kulkas, untuk bibi Jang dan bibi Yuan mereka bisa mengambil makanan mereka sendiri.

"Akhirnya selesai juga," gumam Deluna mengelap tangannya yang basah menggunakan lap.

Dirasa sudah selesai semua, Deluna berjalan mengikuti Prince dan Lucas ke ruang keluarga yang sudah duluan tadi. Mereka tengah fokus melihat film yang tidak Deluna ketahui, ia hanya duduk ikut menonton meskipun tidak mengerti.

"Hm, seperti dia akan mati," gumam Deluna dengan mulut yang penuh oleh makanan ringan.

"Tidak, dia tidak akan mati." Prince menjawab yang kebetulan mendengar gumaman istirnya itu.

"Huh? Kenapa begitu?" tanya Deluna dengan menatap Prince yang juga menatapnya.

"Karena dia pemeran utamanya di sini. Dia pahlawan yang ada di film ini," bisik Prince di depan wajah Deluna. Dengan tiba-tiba laki-laki itu mencium hidung Deluna dengan secepat kilat lalu kembali fokus terhadap tontonan nya.

Mendapat serangan tiba-tiba itu membuat Deluna terdiam mematung, jantungnya lagi-lagi berdetak lebih cepat dari biasanya. Prince selalu saja membuat Deluna tidak berkutik karena perlakuan tiba-tiba darinya.

'Laki-laki itu bisa-bisanya,' gemas Deluna di dalam hatinya.

Prince tersenyum geli melihat raut wajah Deluna yang syok. Ia benar-benar merasa terhibur karena melihat raut wajah Deluna itu. Membuatnya semakin gemas dengan istrinya itu.

"Ayah kenapa senyum-senyum?" tanya Lucas yang tak sengaja melihat ke arah sampingnya. Untungnya anak itu bertanya dengan suara yang pelan.

"Ibumu sangat lucu," bisik Prince di telinga Lucas.

Dengan penasaran Lucas menoleh ke arah samping dan di sana Deluna masih menampilkan raut wajah syok nya membuat Lucas menahan tawanya. Tangan mungilnya dia simpan di mulutnya guna menahan suara tawanya.

"Ibu Lucas emang luc-"

Perkataan Lucas terhenti ketika suara bel rumah mereka berbunyi. Sontak saja lamunan Deluna buyar dan langsung bangkit dari duduknya untuk membukakan pintu. Sementara bibi Jang dan bibi Yuan mereka tidak ada di area ini, mereka ada di bekalang rumah Deluna mengurus perkebunan milik Deluna.

"Ya, sebentar," teriak Deluna sembari berjalan menuju pintu utama rumahnya.

Dibukanya pintu rumahnya dan terlihatlah sosok yang selama ini ia hindari. Tubuhnya menegang karena merasa terkejut akan kedatangan yang tidak ia duga-duga sebelumnya.

"Long time no see, my sister," sapa orang yang ada di depan Deluna dengan riang.

TBC

This Our Destiny (Repost)Where stories live. Discover now