08.🦋

16.2K 1.4K 34
                                    

"Kenapa lama sekali?" tanya Prince ketika Deluna baru saja masuk ke dalam mobil dengan Lucas yang ada di gendongannya.

Deluna menoleh sembari menaruh Lucas di pangkuan Prince. "Biar nanti aku ceritakan di rumah," jawab Deluna dengan tersenyum singkat.

"Kau tak apa kan Lucas?" Kini tatapan Deluna beralih ke arah Lucas yang tengah memeluk tubuh Prince dengan erat. Tangannya ia angkat untuk mengelus kepala Lucas yang sepertinya sangat-sangat syok. Deluna tidak tahu apa yang dibicarakan wanita itu kepada Lucas, apalagi ada Agus di sana.

Kepala Lucas menggeleng, "Lucas tidak apa-apa Ibu," ucapnya dengan menenggelamkan kepalanya di dada bidang Prince.

Mendengar itu kening Prince mengerut samar, ia ingin bertanya pada Deluna. Tapi, ia ingat jika Deluna akan memberitahunya nanti di rumah. Akhirnya ia hanya bisa menghela napas pasrah sembari menunggu nanti sampai di rumah. Tangan Prince mengelus kepala Lucas dengan lembut, tubuh putranya itu sedikit gemetar. Prince tak tahu kenapa.

"Bibi tolong angkat tubuh Lucas dan pindahkan ke kamarnya ya, bi?" pinta Deluna ketika sudah sampai di rumah.

Bibi Jang mengangguk mengiyakan permintaan dari Nyonya nya itu, "baik Nyonya," jawab bibi Jang sembari mengangkat tubuh Lucas yang ada di pangkuan Prince dengan hati-hati.

"Jangan turun dulu," perintah Deluna ketika melihat Prince yang akan turun.

Kening Prince mengerut samar, "kenapa?" tanya Prince dengan heran.

Deluna tidak menjawab, ia langsung turun dari mobil dan berjalan memutar ke arah Prince. Ia mengulurkan tangannya untuk digenggam Prince, Prince yang akhirnya tahu apa tujuan Deluna pun menggeleng maklum. Ia menerima uluran tangan Deluna lalu turun dari mobil dengan perlahan.

"Sudah ku bilang aku tidak apa-apa, Luna. Kau tak perlu memapah ku seperti ini," ujar Prince.

"Aku takut kau jatuh, mas," jawab Deluna.

Lagi-lagi Prince hanya bisa menghela napas pasrah. Dirinya tidak akan pernah bisa melawan Deluna sampai kapanpun. "Yasudah," pasrah Prince lalu mengikuti langkah kaki Deluna yang menuntunnya masuk ke dalam rumah.

"Duduk di sini, jangan ke mana-mana. Aku ke kamar dulu, mau mandi," perintah Deluna sembari memberikan tatapan tajam pada Prince.

Deluna berjalan menuju kamarnya setelah mendapat anggukan kepala pasrah dari Prince. Ia berjalan menuju kamar sembari memikirkan kejadian tadi di supermarket. Kenapa bisa Inggrit seperti itu? Setahu Deluna, dulu Inggrit tidak pernah ikut campur dengan hubungannya dengan Agus, meskipun tahu jika Deluna sudah mempunyai suami.

Apa mungkin itu terjadi karena Deluna mengubah masa yang akan datang? Harusnya Deluna tidak pernah tahu apa yang dialami Lucas ketika di sekolah. Tapi sekarang, Deluna mengubahnya. Ia menjadi tahu apa yang dialami Lucas ketika di sekolah, dan dari itu Deon, anak itu dikeluarkan dari sekolah. Deluna pikir, itu pantas didapatkan oleh Deon, karena sudah berani berbuat hal-hal di luar dugaan.

"Ini membingungkan, aku ingin mandi untuk menjernihkan pikiranku," gumam Deluna lalu pergi ke kamar mandi.

Beberapa menit di kamar mandi, Deluna keluar dengan baju yang sudah diganti. Ia mengeringkan rambutnya menggunakan hairdryer, setelahnya ia kembali keluar dari kamar. Sebelum pergi ke bawah, Deluna pergi ke kamar Lucas terlebih dahulu untuk mengecek keadaan putranya itu.

Melihat putranya yang tengah menangis di atas kasur, membuat Deluna khawatir.  Ia berjalan menuju kasur besar Lucas, ia mengelus kepala Lucas dengan lembut, matanya memancarkan ke khawatiran yang berlebihan. "Lucas kenapa?" tanya Deluna dengan suara lembutnya, ia membawa tubuh Lucas ke pangkuannya.

Lucas memeluk tubuh Deluna dengan erat. Ia masih menangis, mau bagaimana pun sekarang Lucas masih berumur 5 tahun. Meskipun dirinya waktu itu bukan berumur 5 tahun. Tapi, tetap saja dirinya masih anak kecil.

"Lucas kenapa? Cerita sama Ibu," ujar Deluna dengan jantung yang berdebar keras.

Dengan bahu bergetar, Lucas menjawab. "Tadi tante Inggrit bilang, katanya Deon anaknya mencoba bunuh dari."

"Terus, sekarang dia ada di rumah sakit. Tante Inggrit bilang itu semua adalah kesalahan Lucas sama Ibu," lanjutnya dengan menatap mata sang Ibu.

Mata Deluna bergetar mendengar itu. Oh, ya dewa apa yang dilakukan wanita gila itu? Berani-beraninya dia berbicara seperti itu kepada anak kecil seperti Lucas? Tangan Deluna mengepal sesaat, apa yang harus dirinya lakukan? Inggrit, dan Agus. Apa yang harus dirinya lakukan pada mereka?

Deluna menghela napas sedih, "tidak apa-apa. Itu bukan kesalahan Lucas ataupun Ibu. Deon mencoba bunuh diri itu bukan kesalahan kita," jawab Deluna menenangkan.

"Tapi, Deon di-"

"Berhentilah menyalahkan diri sendiri, Lucas. Sudah Ibu bilang jika itu bukanlah kesalahanmu," potong Deluna. Ia tak kuasa mendengar nada penuh penyesalan dan penuh rasa bersalah Lucas.

Lucas semakin histeris, ia memeluk tubuh Deluna semakin erat. Ya, benar itu memang bukan kesalahannya dan juga Ibunya. Itu memang murni dari kesalahan Deon sendiri. Jika saja Deon tidak berbuat hal diluar nalar, mungkin dia tidak akan dikeluarkan dari sekolah dan aksi bunuh diri itu pun tidak akan pernah ada. Ya, seperti itu.

"Ayo kita makan, Ibu takut kau menjadi sakit," ucap Deluna sembari mengurai pelukannya dengan Lucas.

"Mau di gendong," jawab Lucas dengan manjanya. Lucas terlihat sangat menggemaskan dengan hidung, bibi, Lucas yang memerah karena sehabis menangis. Dan juga masih terisak pelan.

Deluna mengendong tubuh Lucas dengan gemas. Sebelum pergi ke bawah ia membawa Lucas ke kamar mandi untuk mencuci muka.

"Inggrit ya? Sepertinya aku tahu siapa dia," gumam lirih Prince menyunggingkan senyuman miring andalannya. Tapi, Prince tidak akan bertindak lebih dulu, dia akan melihat pergerakan dari mereka, terutama dari Agus.

"Cih, menjijikkan. Dasar gila," gumam Prince lagi lalu berlalu pergi dari depan pintu kamar Lucas untuk kembali ke bawah.












🦋🦋🦋🦋🦋🦋



"Kau melupakan sesuatu, Luna," ujar Prince ketika mereka berdua sudah berada di kamar.

Kening Deluna mengerut samar, apa yang dirinya lupakan? Ia menatap wajah Prince yang juga tengah menatapnya dengan datar. "Apa yang aku lupakan, mas?" tanya Deluna.

"Cerita," jawab Prince dengan singkat.

Deluna akhirnya mengerti. Ia mangut-mangut. "Ah, itu," gumam Deluna. Apa sebaiknya Dirinya jujur atau tidak?

"Oh, tadi waktu di supermarket Lucas tidak sengaja terjatuh karena ditabrak oleh seseorang, dan untung saja Lucas tidak kenapa-kenapa," bohong Deluna sembari menyelipkan rambutnya ke telinga.

Satu alis Prince terangkat satu, ia tahu Deluna berbohong. "Hm, terus kenapa bisa dia sampai bergetar ketakutan seperti itu? Seperti ketika di dalam mobil?" tanya Prince lagi.

Deluna meneguk saliva susah payah, "itu karena Lucas takut terkena amarah dari si penabrak. Kau tahu bukan? Mereka yang menabrak dan mereka juga yang marah-marah," jelas Deluna gelagapan. Ia merebahkan dirinya di kasur.

"Tidur mas," ajak Deluna, ia bangkit dari rebahan nya dan mendorong bahu Prince agar tertidur. Setelahnya di susul oleh dirinya sendiri, Deluna juga memeluk tubuh Prince dengan erat dari samping.

Prince mengelus kepala Deluna dengan lembut, ia melihat jika Deluna sudah tertidur pulas. "Kau berbohong," bisik lirih Prince sembari menatap wajah Deluna dengan intens.

"Aku tidak akan pernah membiarkanmu bertemu atau dekat dengan dia lagi," gumamnya lagi lalu mengecup kening Deluna dan setelahnya ikut memejamkan mata menyusul Deluna tidur.












TBC

Mood bgt bacain komenan kalian❤


This Our Destiny (Repost)Where stories live. Discover now