Tentang Stella

3.4K 224 0
                                    


"Dia yang berusaha membuat orang lain bahagia, namun nyatanya memendam duka tanpa memiliki tempat untuk bercerita."

***

Mobil yang Za kendarai melaju dengan kecepatan sedang, membelah keramaian jalan di sore hari yang nampak mulai ramai oleh kendaraan ataupun pejalan kaki disekitarnya.

Kacamata hitam tertengger rapi diatas hidungnya. Mata dengan pandangan datar itu kini tak terlihat lagi, karena tertutup oleh kacamata tersebut.

Seharusnya sekarang ia sudah berada dirumah, namun ada hal lain yang harus ia lakukan. Sesuatu tidak akan berubah jika tidak pernah dimulai. Ia akan tetap ditempat jika tak pernah berani untuk melangkah.

RS Alexander

Tulisan itu terpampang besar di gerbang masuk rumah sakit tersebut. Za memarkirkan mobilnya diparkiran terdekat, agar nanti ia tidak terlalu susah hanya sekedar untuk mencari keberadaan mobilnya.

Kakinya melangkah masuk setelah pintu besar yang terbuat dari kaca itu terbuka. Matanya memindai sekeliling, bukan hal mudah untuk mencari apa yang ia inginkann di rumah sakit besar ini.

Kecil kemungkinan ia akan memperoleh hasil, namun balik lagi. Za tetaplah Za, sesuatu yang terasa mustahil bisa saja dilakukan oleh Za. Itulah Za, si gadis Gila, mungkin saja.

Za menghampiri meja resepsionis. Karena itu adalah petunjuk utama agar mendapatkan hasil.

"Ada yang bisa saya bantu?"

"Rekap data atas nama pasien Stella Putri Danuarda." seingat Za, itu nama yang sering ia dengar ketika pengambilan absen. Ia tak membuang waktunya hanya untuk menelusuri nama seseorang, tapi berkat ingatannya yang kuat ia dimudahkan untuk mengingat nama-nama yang pernah ia dengar ataupun ia baca sekilas.

"Mohon tunggu." resepsionis perempuan itu langsung mencari data yang dimaksud Za.

"Maaf, tapi tidak ada pasien atas nama Stella Putri Danuarda."

Za berpikir. Jika bukan Stella, lalu untuk apa Stella mengunjungi rumah sakit ini, bahkan ia sudah beberapa kali melihat Stella dirumah sakit ini.

"Pasien lain yang menggunakan marga Danuarda."

"Untuk mencari ruangan atau nama pasien memang dibolehkan, tapi untuk meminta informasi lebih tentang pasien itu bisa saja disebut pelanggaran."

Za menolehkan kepalanya menuju asal suara. Disana nampak seorang perempuan 30 tahunan berdiri lengkap dengan jas dokter yang masih melekat ditubuhnya.

"Maaf dokter Dayana." ucap resepsionis yang diangguki perempuan bernama Dayana tersebut.

"Saya tidak mengorek informasi pasien secara keseluruhan." bantah Za datar.

"Tetap saja, jika kamu meminta rekap data pasien, kamu sudah menyalahi aturan." suara itu mengalun lembut di pendengaran Za.

"Terserah, aturan rumah sakit ini tidak berlaku untuk saya, karena saya hanya sekedar singgah."

"Singgah tapi mengorek informasi detail tentang pasien?"

"Anda dokter bukan? Jadi anda pasti tahu pasien bermarga Danuarda?" Za tak membalas pertanyaan Dayana, namun ia malah mengajukan pertanyaan yang ia punya.

"Itu privasi, dan privasi tidak dibuka untuk umum." Dayana memberikan senyum kecil kepada Za.

"Saya butuh informasi itu." Za berujar dengan sedikit menukik alisnya. Berbicara seperti ini terasa sangat percuma bagi Za.

My (Bad) Life-ENDWhere stories live. Discover now