8. The problem

90 5 0
                                    

Melva melangkahkan kakinya dengan malas menuju kamarnya, Carina sudah melaporkan tingkah laku Melva kepada sang papa, sekarang tinggal menunggu perang dunia antara anak pungut dengan ayah tirinya.

Suara mesin mobil mati dan suara pintu mobil yang ditutup secara kasar membuat Carina tersenyum simpul, gadis itu tengah menyuapi Vaden, laki-laki itu tengah asik bermain game online dengan 3 gadis dam satu teman laki-lakinya siapa lagi jika bukan Lyndi.

"Mana adek angkat kamu itu?"

"Kakak gak tau, cari aja dikamar" Vaden yang melihat Galaxy langsung tersenyum walau makanan masih ada didalam mulutnya.

"Papa keatas dulu" Carina dan Vaden hanya mengangguk.

Suara pintu kamar dan suara teriakan Melva membuat Carina tersenyum sejenak.

"Si Melva kenapa?"

"Yang kemaren malem dirumah kamu, sama yang disekolah tadi, itu semua aku sambungin ke laptop papa"

"Wow, impresif"

"Udah gih nih makan"

"Yahhh, mati"

"Bang, main yang bener"

"Bentar, gue lagi makan"

"Kak Vaden nebeng boleh ya?"

Laki-laki itu hendak menjawab namun langsung bungkam menadapat senyuman dari kekasihnya yang tersenyum sambil menodongkan garpu diatas ponselnya.

"Gak, sama Lyndi aja noh"

"Aw, kamu takut sama Carina rupanya aw"

"Bacot"

"ASTAGA MULUT!" Vaden langsung memeluk gadisnya erat dan menatap kearah gadis itu.

"Mau nenen by"

"Gak boleh sayang"

"Boleh"

"Eng-"

"KELUAR KAMU DARI RUMAH SAYA, DASAR JALANG TAK TAU DIRI!" Carina dan Vaden terlonjak kaget saat melihat Galaxy mendorong tubuh Melva, tangan pria paruh baya itu mengepal erat hingga gemetar.

Carina datang dan mengusap bahu papanya.

"Tenang pa"

"Tenang gimana? Papa udah tau semuanya, Vella cerita semua sama papa, pernikahan kalian berdua papa percepat! Papa tidak menerima penolakan" Galaxy pergi dari sana menuju ruang kerjanya. Valentina datang dengan Kelvin, perempuan cantik itu tengah menggandeng anak kecil berpipi chubby.

"Anak siapa?" Carina dengan sengaja menginjak tangan Melva dan mengacuhkan jeritan kesakitannya.

"Adeknya Kelvin" Valentina menggendong anak itu.

Carina tersenyum namun senyum gadis itu memudar kala mengingat ucapan sang papa barusan, ia khawatir Daniel akan berbuat nekat kepada dirinya atau mungkin kepada Vaden, ia ragu jika harus mengatakan yang sesungguhnya kepada sang papa.

"Kak, ngelamunin apa sih?"

"Pernikahannya dipercepat, kakak takut Daniel nekat, ngelakuin apapun yang penting kakak bareng dia" Vaden yang mendengar langsung menarik kepala gadisnya dan memeluknya erat, beberapa kali ia mengecup pucuk kepala Carina.

"Hey, dengerin aku, jangan takut sama Daniel, kamu punya aku"

Melva menatap kearah anak kecil yang tengah digendong oleh Valentina, namun dengan cepat anak itu menangis.

"See, anak kecil aja tau mana yang jelek mana yang cantik" Valentina langsung mendorong tubuh perempuan itu sedikit kencang, namun Melva dapat menahan beban tubuhnya.

Perfect coupleWhere stories live. Discover now