[10]. Apa yang terjadi?

682 100 25
                                    

Akhirnya publish chapter baru walau sedikit hums hums. Tunggu kelanjutannya terus, ya!

Happy reading~
__________________________________________

"Pernikahan politik."

Ucapan dari Jennete membuat Ijekiel menatapnya terkejut. Tak pernah terpikir oleh Ijekiel tentang apa yang dikatakan. Pernikahan politik itu sama saja menjual dirinya.

"Ayah tidak mungkin melakukannya, Jennete," sangkal Ijekiel.

Jennete menghela napas pelan. Memang sih sulit dipercaya. Dan ini menyusahkan. Jennete mengetukkan jari-jarinya ke meja.

"Paman sepertinya berencana menikahkan mu dengan nona dari keluarga Rindargo." jawab Jennete.

Ijekiel menggigit bibir bawahnya, cukup tertekan dengan apa yang dibilang Jennete. Bahkan jika itu benar, Ijekiel tak akan dibiarkan memberontak.

Bukankah ini sama saja dia dan Lucas tak akan bisa bersama? Walau hanya politik, Ayra itu sahabat Ijekiel.

Jennete diam-diam menyeringai, "Egoislah jika kau ingin bersama tuan Lucas." ucap Jennete tiba-tiba.

"Apa bisa?"

"Kenapa tidak? Kau harus bertindak."

Jennete berdiri, berjalan lalu memeluk Ijekiel dari belakang.

"Atau dia akan diambil kekaisaran." bisik Jennete tepat ditelinga Ijekiel.

"Kekaisaran?" tanya Ijekiel pelan.

Jennete kembali tersenyum, "Dan tak akan kembali lagi kepadamu."

Ijekiel menegang seketika. Ijekiel merasa kesal tanpa alasan. Rasanya Ijekiel bisa gila hanya karena perkataan Jennete.

Jennete berjalan menjauh dari Ijekiel.

"Yahh kau orangnya lembut, sih. Akan susah kan bersifat egois?" ucapnya lalu pergi kembali masuk kedalam mansion.

'Apa maksutnya dengan kekaisaran?'

----

Ijekiel tak bisa tidur malam tadi. Diotaknya masih kepikiran perkataan Jennete. Dan Jennete semalam tidak terlihat seperti Jennete biasanya.

Ijekiel saat ini sedang diruang makan. Dia sedang memakan pie apel yang dibuat oleh pelayan untuknya. Jennete sedang ada kelas sehingga Ijekiel harus sendirian di ruang makan yang luar biasa besarnya.

Namun itu tak berlangsung lama, pintu terbuka menampilkan sosok jakun berambut hitam, Anastacius.

Ijekiel tak sadar dengan keberadaan Anastacius yang sedang menutup pintu. Dirinya masih dengan lemas meletakkan kepala diatas meja. Tangannya memainkan pie apel dengan sendok.

Sampai akhirnya Anastacius duduk di kursi depan Ijekiel. Ia berdehem pelan guna menarik perhatian Ijekiel.

"Ahh malasnya....Jennete masih lama kah?" keluh Ijekiel pelan masih tidak sadar dengan Anastacius.

"Ayah juga kemana, sih?" keluhnya lagi.

"Tuan muda?" panggil Anastacius membuat Ijekiel langsung mengangkat kepalanya kaget.

"HAH?!" kagetnya.

Anastacius hanya tersenyum miring.

"Apa yang anda lakukan disini?" tanya Anastacius basa basi.

"Memakan camilan, anda mau?" tawar Ijekiel.

Anastacius menjawab dengan gelengan ringan.

Terjadi keheningan diantara mereka. Ijekiel sendiri tak bisa membuka topik pembicaraan dengan pria dewasa, masa mereka membahas politik?

Rival or Lover? [LucasxIjekiel FANFICTION]Where stories live. Discover now