01. Di kejar soang

3K 170 17
                                    

Langkah demi langkah mengayuh dengan pelan. Namira dan Naura sempat mampir di Indomaret untuk membeli minuman dingin untuk menyegarkan otak mereka yang sedang kepanasan karena ulah kakak Namira.

Tibalah Namira di sebuah lorong panjang yang akan mereka berdua lewati. "Kok lewat sini, sih, Nam?"

"Udah lo diem aja! Ini tuh jalan pintas, kalau mau cepet sampai ya harus lewat sini," jelas Namira sembari berjalan memimpin di depan, walau di belakangnya hanya ada Naura seorang.

Berbagai kesialan yang terjadi pada Namira hari ini. Salah-satunya adalah saat ini. Di depan sana ada beberapa soang yang berjejer seperti sedang antri pembagian bansos. Apa Namira akan dengan selamat kali ini?

"Nau? Lo di depan deh, lo kan yang lebih tua, yang tua harus bisa melindungi yang lebih muda"

"Yaelah! Lo gitu doang takut anjir, badan lo kalau dibandingin sama badannya tuh soang juga gedean badan lo kemana-kemana!"

Namira benar-benar menciut jika menghadapi situasi seperti ini, alhasil gadis itu bersembunyi di balik tubuh tegap Naura. "Lempar pakai sepatu lo aja, Nau"

"Gila lo?! Sepatu gue limited edition gini lo suruh jadi mangsa para soang ini?! Asal lo tau ya! Sepatu gue ini edisi terbatas, tau gak lo?" Berbagai perdebatan yang mereka berdua layangkan satu sama lain, hingga tidak menyadari bahwa mereka sudah menghabiskan waktu mereka berdua untuk berdebat di tengah gang ini. Apa benar-benar tidak ada orang yang lewat? Sial sekali hari ini!

Setelah berpikir beberapa saat, Namira memutuskan untuk memakai ide gilanya lagi. "Kalau kayak gini mah mending kita langsung lari aja!" usai mengatakan itu, Namira berlari meninggalkan Naura masih terdiam kaku di sana.

Merasa para soang itu mulai mendekatinya, Naura memilih untuk ikut berlari bersama Namira. Dua gadis itu berlari bak orang kesetanan. Sesekali Namira dan Naura terjatuh hingga menimbulkan sebuah luka lutut mereka. Rambut yang sudah acak-acakan karena beberapa kali dinaiki oleh ayam yang ikut-ikutan mengejar mereka berdua. Sepatu yang katanya adalah sepatu edisi terbatas, kini terlihat lusuh dan kotor.

Setelah perjuangan panjang, Namira dan juga Naura akhirnya bisa keluar dari lorong gang itu. Mereka berdua berjalan dengan sisa tenaga yang mereka berdua miliki untuk sampai ke rumah Namira. Sesekali orang-orang menatap dua orang ini dengan wajah heran. Apa sekarang orang sinting juga bisa bersekolah? Mungkin itulah isi pikiran orang-orang yang menatap keadaan Namira dan juga Naura.

Setelah beberapa menit berjalan dengan kesusahan, dua gadis itu akhirnya sampai di rumah Namira. Mereka berdua tidak langsung masuk, melainkan mereka berdua duduk di teras rumah Namira untuk beristirahat sejenak. Namira bahkan berbaring di lantai teras rumahnya karena merasa kelelahan. Sedangkan Naura, gadis itu ikut berbaring dengan kepala di taruh di atas perut Namira. Mereka berdua bak kehabisan nafas, keringat bahkan sudah bercucuran di dahi mereka berdua. Ralat, bukan hanya di dahi saja, melainkan di sekujur tubuhnya. Seragam sekolah mereka berdua bahkan sudah basah karena keringat.

Menjelang sekitar 15 menitan, dua gadis itu berusaha bangun dan berjalan masuk ke dalam rumah dengan keadaan yang amat lusuh. Mereka berdua bahkan terlihat seperti zombie jika dilihat dari cara jalannya. Tubuhnya terasa begitu sakit dan lemas. Benar-benar hari kesialan!

***

Namira dengan tubuhnya yang terkulai lemas itu kini tertidur di atas kasur empuk miliknya. Sesekali Shaka memasuki kamar Namira untuk mengecek keadaan sang adik. Jujur saja, entah sudah berapa kali Shaka meminta maaf pada Namira, namun benar-benar tidak di gubris sama sekali.

Saat berjalan keluar kamar Namira, seseorang terdengar sedang mengetuk pintu beberapa kali.

Tok tok tok!

Shaka mempercepat langkahnya ke arah pintu utama, entah siapa yang datang malam-malam begini ke rumahnya.

Ceklek!

"Sadewa, kan? Masuk, mau ketemu sama Namira?" ucap Shaka mempersilahkan orang yang baru saja mengetuk pintu itu untuk masuk ke dalam rumahnya.

Ya. Orang yang berkunjung malam-malam ke rumah Namira itu adalah Sadewa.

"Bentar, gue panggilin Namira dulu," Setelah mengatakan itu, Shaka berjalan menuju kamar Namira, laki-laki itu sudah berusaha untuk membangunkan Namira, namun Namira sama sekali tidak mau bangun. Dasar kebo!

"Kayaknya lo masuk ke kamarnya aja deh, Sa. Tuh anak kalau gak disiram minyak panas gak bakal bangun" Jika kalian bertanya kenapa Shaka membiarkan Sadewa untuk memasuki kamar adiknya, jawabannya adalah karena Sadewa adalah pacar Namira. Ya. Mereka berdua berpacaran, namun mereka tidak mempublikasikan hubungan mereka berdua. Yang ada gempar satu sekolah saat mengetahui bahwa Ketua OSIS mereka ternyata berpacaran dengan seorang gadis berandal. Hubungan Sadewa dan Namira juga sudah berlangsung lumayan lama, mereka berdua berpacaran dari kelas 10 hingga mereka berada di kelas 11 ini, mereka berdua masih bertahan dengan hubungannya, walaupun dengan beberapa perbedaan yang amat menonjol, Sadewa berada di jurusan IPA, dan Namira berada di jurusan IPS. Dua jurusan yang terkenal tidak pernah akur selama peradaban ini.

"Gapapa, nih?" tanya Sadewa ragu-ragu.

Shaka dengan santainya mengangguki pertanyaan dari Sadewa, "Asal jangan macem-macem. Gue jadiin babi guling lo kalau sampai berani macem-macem ke adek gue." Sadewa hanya terkekeh pelan menanggapi penuturan dari Shaka. Begitu mendapat izin dari Shaka, Sadewa beranak dari duduknya lalu berjalan menuju kamar Namira dengan sebuah paper bag di tangannya, entah apa isinya, tidak ada yang tahu.

***

Sadewa sempat blank beberapa saat ketika melihat kondisi tubuh Namira saat ini. Bagaimana bisa ada banyak luka dan lebam di tubuh gadis itu?! Merasa ada yang tidak beres, Sadewa menaruh paper bag yang sedaritadi ia pegang di nakas samping tempat tidur Namira kemudian berjalan ke arah pintu kamar Namira untuk bertanya kepada kakak gadis itu. Namun baru saja akan melangkah keluar, Shaka sudah duluan muncul di balik pintu kamar adiknya itu. Shaka benar-benar lupa memberitahu Sadewa bahwa gadis yang selalu Sadewa bangga-banggakan itu habis terkena bencana tadi sore sepulang sekolah.

"Gue lupa bilang, itu luka di badannya Namira gara-gara pas pulang sekolah bareng Naura, mereka dikejar soang sampai jatuh beberapa kali." jelas Shaka kepada Sadewa. Jangan sampai pacar adiknya itu mengira bahwa Shaka menyiksa Namira.

Setelah mendengar penjelasan dari Shaka, Sadewa mengangguk lalu berbalik masuk ke kamar Namira untuk melihat keadaan gadisnya itu. Sedangkan Shaka, laki-laki itu memilih ke dapur untuk memasak makanan. Kebiasaan Namira adalah bangun tengah malam untuk makan, maka dari itu Shaka selalu memasak makanan setiap malam agar adiknya bisa makan ketika tengah malam.

Jika kalian bertanya kemana kedua orangtua mereka, maka jawabannya adalah, kedua orangtua mereka berdua berada di luar negeri karena urusan kerjaan. Orang tuanya akan kembali jika ada hal penting saja. Namira dan juga Shaka tinggal berdua di rumah seluas ini. Walau orangtua mereka berdua sibuk bekerja, orangtua mereka tidak pernah absen dalam mengirimkan jatah uang setiap bulan kepada anak mereka. Semua fasilitas yang dibutuhkan Namira dan Shaka juga selalu dipenuhi oleh

Sadewa melangkah ke arah rak yang terdapat sebuah kotak p3k di atasnya, tangan Sadewa mulai mengutak-atik isi kotak p3k yang dia temukan tadi. Setelah menguarkan beberapa yang dibutuhkan untuk mengobati luka-luka Namira, Sadewa mendekat ke arah Namira untuk mengobati luka gadis itu.

Terkadang Namira heran dengan perbandingan antara sikap Sadewa ketika di sekolah dan juga di rumah. Sikap laki-laki itu benar-benar erbanding terbalik. Jika di sekolah Sadewa selalu bersikap angkuh kepada Namira, maka ketika di luar sekolah, laki-laki itu akan berubah menjadi bodyguard untuk Namira. Berlaku manis pada Namira, itulah keahlian Sadewa. Noted! Perlakuan manis laki-laki itu hanya untuk Namira. Benar-benar hanya untuk Namira Wistara. Bukan yang lain.

Segini dulu ya! Sampai ketemu di bab selanjutnya! 💕

BACKSTREET WITH KETOS GANTENGWhere stories live. Discover now