08. Kissing in Sadewa's room

2.4K 143 1
                                    

Note! Buat yang lagi puasa, kalian bisa baca bab ini setelah buka puasa ya! Aku gak tanggung kalau puasa kalian batal😭👋

***


Sadewa menaiki anak tangga menuju kamarnya untuk melihat keadaan Namira di sana.

Ceklek!

Ekor mata Namira melirik ke arah Sadewa sesaat, lalu kembali mengalihkan pandangannya pada televisi yang berada di depannya.

"Masih marah?" tanya Sadewa ikut duduk di sofa tempat Namira duduk. Laki-laki itu terus memperhatikan Namira dengan lekat.

Mulut Namira baru ingin membalas ucapan Sadewa, namun biang kerok satu itu tiba-tiba muncul di balik pintu kamar Sadewa, "Gue kalau jadi lo bakal gue musuhin sebulan, sih, Nam" Narel berjalan ke arah sofa yang tersedia di kamar Sadewa untuk duduk.

Seperti biasa, Sadewa selalu menatap Narel dengan tatapan permusuhan ketika kakaknya itu berbuat ulah, sama seperti saat ini.

"Mending langsung ke intinya aja gak, sih?" tanya Narel menatap ke arah Narel yang tersenyum ke arahnya.

Alis Narel terangkat mendengar penuturan dari Namira. "Langsung ke intinya?"

Dengan cepat Namira mengangguk. "Kemarin kata lo ada yang mau confess ke gue, kan?" tanya Namira.

Setelah mengingat-ingat lagi, Narel akhirnya mengangguk. "Temen gue. Kapten basket, kenapa?"

"Tadi dia nelfon gue buat ketemuan. Dateng gak, ya?"

"Dateng lah gila! Asal lo tau, Nam! Dia tuh cakep banget! Mapan, sopan, pinter juga, 11 12 sama yang itu" sindir Narel.

Drrrtttt!

"Lah, beneran nelfon lagi ternyata, bentar ya gue angkat dulu"

Merasa akan terjadi perang dunia ke tiga di ruangan ini, Narel memilih untuk keluar kamar. Jangan sampai dia yang kena imbasnya.

"Halo, Nam?"

"Hal──"

Namira belum sempat menyelesaikan ucapannya, namun sebuah tangan yang bertengger di pinggang nya membuat gadis itu membulatkan matanya.

Tangan laki-laki itu hanya sekedar mengusap pinggang ramping Namira dengan lembut, namun hal itu membuat Namira bergidik ngeri, "Matiin telfonnya." bisik Sadewa di telinga Namira.

"Halo, kenapa, Tin?"

Namira adalah gambaran gadis nekat. Benar-benar cari mati.

Saat menyadari tatapan Sadewa padanya mulai tidak santai, Namira menggigit bibir bagian dalamnya karena hafal akan arti dari tatapan Sadewa yang seperti itu. Jujur saja, Namira merinding!

"Sa, lepas," tekan Namira menatap Sadewa yang kini menatapnya tajam.

"Matiin telfonnya selagi gue kasih kesempatan," ucap Sadewa seraya mengecup ujung bibir Namira yang menimbulkan suara kecupan yang nyaring. Dan tentu saja di dengar oleh orang yang menelfon gadis itu.

Entah Namira memang sedang menggali kuburannya sendiri atau bagaimana, tetapi saat ini gadis itu malah menggeleng, yang artinya dia tidak akan mematikan sambungan teleponnya.

Sadewa tersenyum simpul melihat respon keras kepala dari Namira. Laki-laki itu meraih tengkuk leher Namira lalu mencium bibir gadis di depannya tanpa memberi kesempatan kepada Namira untuk bernafas sedikit saja.

BACKSTREET WITH KETOS GANTENGWhere stories live. Discover now