04. Rumah camer

2.1K 141 5
                                    

Tok tok tok!

Namira sudah mengetuk pintu itu beberapa kali, namun masih tidak ada jawaban dari orang yang punya rumah.

"Gak ada orang kali, Nam? Lagian ini rumah siapa, sih? Mau ngapain kita kesini?" ujar Naura sembari clingak-clinguk melihat-lihat keadaan sekitar rumah ini. "Rumahnya lumayan gede, ya? Bentar...jangan bilang lo mau jual gue ke yang punya rumah?!" Sebelum Naura melanjutkan ucapan penuh dramanya itu, tangan Namira sudah lebih dulu menyumpal mulut Naura dengan tissue.

"Kata gue mending lo diem. Kalau lo pulang, gue jamin lo nyesel seumur hidup." Namira niatnya hanya memperingati Naura, karena memang itulah yang akan Naura rasakan jika tidak ikut masuk ke dalam rumah ini.

Sekitar 12 menit Namira dan Naura menunggu, akhirnya ada seseorang yang membuka pintu itu dengan senyuman manis nya, "Namira? Tumben dateng malem-malem, Nam? Sini masuk," orang yang saja membukakan pintu untuk Namira itu mempersilahkan Namira masuk, tanpa menyadari ada satu gadis lagi yang sedang melongo karena kaget.

"Tapi gue bawa temen gue, nih, gapapa, kan?" ucap Namira memperlihatkan Naura yang berdiri persis orang bodoh. Apa gadis ini bisa menormalkan ekspresi nya sebentar saja?!

Namira dapat melihat ekspresi dari orang yang baru saja membukakan pintu untuknya itu sama terkejutnya dengan Naura. Namira pikir, dua orang ini memang memiliki ciri khas yang sama. "Naura?"

Melihat dua orang yang sedang adu tatapan itu, senyum Namira mengembang. "Sampai kapan mau tatap-tatapan? Kaki gue udah pegel,"

***

"Ini yang lo kata double date? Gila lo! Pake gue gak dandan lagi, sial." Mulut Naura terus-menerus menggerutu atas tindakan gegabah yang diambil oleh Namira.

"Tapi bentar, Nam! Lo tau darimana rumah Narel? Gue yang suka ngepoin dia aja gak tau seluk-beluk dia" Lanjut Naura bertanya karena bingung. Lebih dari 1 tahun Naura mengejar laki-laki bernama Narel── laki-laki yang selama ini dikagumi oleh Naura itu sama sekali tidak pernah membocorkan informasi pribadinya kepada orang-orang.

Namira rasanya ingin tertawa lepas melihat ekspresi gugup Naura gara-gara kelakuan Namira. "Belum sampai sini, Nau. Masih ada satu kejutan lagi buat lo."

"Apaan lagi, monyet?! Gue tau lo punya dendam sama gue, Nam, tapi gak kayak gini juga!"

"Bentar lagi juga nongol, tunggu aja."

Setelah beberapa menit menunggu di ruang tamu, Namira dan Naura melihat ke arah Narel yang sedang membawa nampan berisi makanan dan minuman.

"Minum aja, Nau. Gak usah malu-malu," ujar Narel mencoba menggoda Naura yang terlihat sangat gugup.

Namira sempat menggeleng melihat interaksi menggemaskan antara Naura dan Narel.

"Oh ya, Rel, adek lo kemana?" tanya Namira seraya clingak-clinguk mencari seseorang.

Narel mengalihkan pandangannya dari Naura ke arah Namira. "Ada di kamar, lagi di sidang sama Mama, Papa gue"

Kening Namira berkerut bingung. "Di sidang?"

Narel mengangguk. "Mau gue panggilin?" tanya Narel, namun Namira menolak. Rasanya tidak enak mengganggu persidangan antara anak dan orang tua itu.

Namun sepertinya takdir memang selalu berpihak pada Namira. Lihatlah, baru beberapa detik setelah Namira bertanya, orang yang baru saja Namira dan Narel bicarakan itu terlihat sedang menuruni tangga menuju dapur. Namira pikir, orang itu pasti tidak sadar bahwa di rumahnya sedang ada tamu.

BACKSTREET WITH KETOS GANTENGWhere stories live. Discover now