12. Two Pretty Bestie

1.8K 127 0
                                    

"Sampai gue ditinggalin sama dia, gue siram minyak bekas gorengan ikan lo, Sa" gerutu Namira sambil berjalan ke ruang OSIS. Gadis itu telah kehabisan energinya karena para murid hari ini ternyata banyak yang melakukan kegiatan ekstrakurikuler dan juga sibuk akan organisasi mereka.

Ceklek!

Pintu ruangan OSIS itu terbuka dan menampilkan Sadewa yang sedang sibuk di depan laptopnya. Ini adalah pemandangan yang akan selalu kalian temui jika masuk ke ruang OSIS. Jika di suruh memilih antara laptop itu atau Namira, dapat dipastikan bahwa Sadewa akan lebih memilih laptop sialannya itu.

"Sa! Ayo pulang, gue udah kering nungguin anak-anak lain pulang, kalau gue sampai mati disini, fix lo jadi duda" ujar gadis itu kesal. Hari ini benar-benar membuat moodnya memburuk! Kejadian saat di uks, lalu saat di ruang BK, sehabis itu kejadian saat keluar dari ruang BK, dan juga saat Narel di goda oleh para gadis sialan itu, dan yang terakhir adalah saat menunggu murid lain pulang. Dirinya benar-benar seperti anak hilang yang duduk sendirian di depan kelasnya demi menunggu murid lain pulang! Gila bukan?

Mendengar Namira sedang ber celoteh sambil bersandar di pintu ruang OSIS itu membuat kegiatan Sadewa terhenti. Mata lelaki itu kini fokus pada Namira dengan wajah kesalnya. "Mukanya kusam banget? Kenapa? Habis di gangguin?"

Dengan kesal Namira melirik Sadewa yang sedang tersenyum gemas ke arahnya. "Seneng lo liat gue menderita?"

Sadewa beranjak dari kursi yang sedaritadi dia duduki lalu mendekat ke arah Namira, "Habis pakai liptint?" tanya Sadewa dengan tangan yang mengusap lembut bibir Namira yang terbalut liptint. Kenapa mata Sadewa sangat jelly? Padahal Namira hanya memoleskan sedikit saja, bisa-bisanya Sadewa sadar.

Kepala Namira mengangguk tanpa beban. "Cantik, kan?"

"Hapus."

"Gak mau. Lagian kan udah mau balik, jadi gak papa, lah! Ini juga tipis kok makenya," Entah kenapa Sadewa selalu merasa resah saat Namira memakai pewarna bibir. Entah itu liptint, lipstik, ataupun semacamnya. Laki-laki itu akan menyuruhnya untuk menghapusnya.

"Wistara," Jika sudah memanggil dengan nama itu, artinya Namira harus menuruti kemauan Sadewa tanpa bantahan sedikitpun.

"Pokoknya gak mau."

"Hapus, atau lo mau gue yang hapus pakai cara gue?"

Melihat tatapan Sadewa yang mulai tidak beres, Namira memilih untuk mengambil sebuah tissue di tasnya, "Nih, bantuin" pinta Namira memberikan tissue itu pada Sadewa. Tangannya sudah begitu lemas sekarang. Bukan hanya tangan sebenarnya, tetapi seluruh tubuhnya sudah lemas semua akibat kelelahan.

Tangan Sadewa menerima tissue yang diberikan oleh Namira. Dengan telaten laki-laki itu mengusap bibir Namira menggunakan tissue itu sepelan mungkin agar bibir Namira tidak terluka. "Bibir lo udah cantik tanpa liptint tadi,"

***

Saat ini sudah menunjukkan pukul 20:08, Namira dan Sadewa juga sedang dalam perjalanan menuju pasar malam. Sesuai yang di janjikan oleh Sadewa saat mengirimkan pesan pada Namira.

Menyadari ada hal janggal pada Namira, Sadewa memilih untuk bertanya. "Kenapa, Ra?"

Kepala Namira menoleh ke arah Sadewa yang sedang menyetir di sampingnya, "Hah? Anu, ini Naura daritadi gue hubungin tapi gak di angkat-angkat, gue chat juga gak di bales sama dia, biasanya kalau kayak gini pasti ada apa-apa sama dia. Gue khawatir," ucap Namira gelisah sendiri memikirkan keadaan sahabatnya yang satu itu.

"Sa? Gimana kalau kita ke pasar malamnya besok malem aja? Gue pengen ke rumah Naura dulu, takut dia kenapa-kenapa"

Sadewa mengerti, walaupun Namira sering mengajak Naura berkelahi, namun itu bukan berarti bahwa dirinya tidak menyayangi sahabatnya itu. Bagaimanapun Naura lah yang selalu siap siaga untuknya jika terjadi sesuatu. Naura juga yang selalu berada di sisinya selama ini.

BACKSTREET WITH KETOS GANTENGWhere stories live. Discover now