BACKSTREET WITH KETOS GANTENG

14. Wistara secantik lautan

Tidak butuh waktu lama, bel di rumah Namira berbunyi. Sepertinya itu Shaka, tapi kenapa sampai cepat sekali?

Ceklek!

Pintu rumah Namira terbuka lebar, yang menampakkan sosok Shaka yang sedang berdiri dengan sebuah kresek di tangannya.

Shaka berjalan masuk ke dalam rumah saat Namira membukakan nya pintu. Namun bukannya mengikuti Shaka, Namira malah meneliti kakaknya dari atas sampai bawah dengan tatapan mencurigakan.

"Kenapa?" tanya Shaka melihat gerak-gerik aneh dari Namira.

Namira berjalan mendekat dengan tatapan curiga pada kakaknya itu, "Cepet banget nyampenya, ngebut ya lo?" curiga Namira yang masih saja menatap Shaka dengan tatapan menyelidik.

"Nggak. Emang tempat nongkrong nya deket sini aja, makanya cepet nyampe," jelas Shaka

Namira berjalan semakin mendekat ke arah Shaka, dan jangan lupakan tatapan nya yang membuat Shaka sangat ingin mencongkel mata adiknya itu.

"Nggak, Nam, astaga" ucap Shaka berusaha untuk meyakinkan Namira, namun gadis itu masih kekeh dengan tatapannya yang tidak percaya.

Dengan sekali tarikan, Shaka membuat Namira berada dalam dekapannya. Ternyata tubuh adiknya itu sangat mungil, Shaka baru menyadarinya, "Dibilangin gak, ya berarti gak." Tangan Shaka tadinya di gunakan untuk memeluk Namira kini terlepas. "Nih titipan lo, sana makan"

Namira terduduk di salah satu kursi yang tersedia di pinggir meja makan itu, "Kak, ayo makan bareng" ajak Namira menoleh ke arah kakaknya yang terlihat ingin berjalan ke arah kamarnya.

Kepala Shaka tertoleh saat Namira memanggilnya untuk makan bersama, "Gue udah makan bareng anak-anak, tadi"

"Yaudah temenin gue makan aja," pinta Namira dengan wajah yang memelas.

Shaka akhirnya menuruti perintah Namira. Laki-laki itu kini duduk di kursi yang tersedia di samping Namira. Shaka sendiri saat duduk hanya memainkan handphone nya, sesekali Shaka melirik ke arah Namira untuk memastikan gadis itu makan dengan benar atau tidak. Namun saat melihat adiknya yang sedang makan, entah kenapa Shaka merasa gemas melihat Namira, ternyata adiknya itu sudah tumbuh sebesar sekarang.

Sempat hening beberapa saat, tiba-tiba saja Namira melontarkan sebuah kalimat, "Kak?" Shaka menoleh ke arah Namira yang baru saja menyebutkan namanya.

"Gue kangen sama Mama, Papa," Kalimat yang selalu Shaka benci adalah kalimat ini. Shaka kadang ingin memberitahukan pada Namira untuk tidak membicarakan soal Ibu dan Ayahnya saat bersama Shaka. Shaka kadang ingin marah saat Ibu dan Ayahnya benar-benar tidak mempunyai waktu untuk Namira dan dirinya. Sepenting itukah pekerjaan bagi kedua orang tua nya? Shaka tidak pernah melarang orang tua nya untuk bekerja, namun, Shaka hanya menginginkan sedikit waktu dari kedua orang tua nya. Cukup luangkan 2 atau 3 hari bersama Namira dan dirinya. Shaka merindukan kebersamaan mereka berempat.

"Gak usah ngomongin mereka, Nam." tekan Shaka yang mencoba untuk meredam emosi nya.

Namira paham, Shaka pasti merasa kecewa akan perlakuan orang tua nya, namun, Namira juga tidak membenarkan perilaku Shaka yang terkadang sering tidak menganggap keberadaan orang tua mereka berdua. Terkadang Namira ingin marah jika ada yang bertanya 'orang tua kalian dimana?' dan Shaka akan menjawab 'gak punya orang tua.'

Jujur saja, Namira sangat ingin memeluk kedua orang tua nya, gadis itu merindukan pelukan hangat dari sang Ibu. Gadis itu merindukan sebuah kecupan di keningnya dari sang Ayah.

"Kak? Lo gak bakal ninggalin gue, kan?" Namira berkata seraya menatap Shaka yang sedang menatapnya penuh luka. Laki-laki itu merasa kasihan pada adiknya. Namira sering sakit karena merindukan kedua orang tua nya, namun yang dilakukan Ibu dan Ayahnya hanyalah bisa menelepon beberapa detik kalau terputus lagi, dan alasannya akan selalu sama. 'nanti Papa telefon lagi, ya? Papa lagi ada meeting penting' begitupun dengan Ibu nya, Ibu nya juga selalu sibuk menemani Ayahnya bekerja.