bab 9

762 51 26
                                    

Setelah apa yang diperbuat Aksa kepadanya, laki-laki itu berhasil memenuhi pikirannya, Vania mengacak rambutnya dengan frustasi dan merutuki nama Aksa dalam hatinya.

"AWAS AJA LO AKSA!" Ujarnya kepada dirinya sendiri, merebahkan tubuhnya pada king size miliknya, Vania memeluk bonekanya dan berusaha fokus pada tugas fisikanya, notifikasi pada handphone miliknya membuat Vania menutup buku pr-nya dan mengambil benda pipih yang dirinya letakan di atas nakas. Vania mengernyitkan keningnya ketika mendapatkan sebuah pesan dari nomor tak dikenal.

+62**********

Van gue di depan

Lo sp?

Aksa calon pacar lo.

Vania hampir menjatuhkan handphonenya saat membaca pesan yang dikirim oleh Aksa, mencoba mencerna apa yang di katakan oleh Aksa Vania segera beranjak dari tempat tidurnya dengan panik, memastikan apakah benar Aksa berada di depan rumahnya vania melihat itu dari jendela kamarnya.

"ADUH DIA MAU NGAPAIN SIH!" Ujar vania dengan panik, melihat penampilannya di depan cermin Vania semakin panik karena dirinya yang terlihat seperti gembel. "Mau ngapain coba, mana gue kayak gembel gini." Sambung Vania kepada dirinya sendiri.

"VANIA SAYANG, INI ADA PACAR KAMU SAYANG," panggilan dari papanya membuat Vania panik dan memutuskan untuk turun ke lantai satu.

"Andra kesini?, Terus gue harus bilang apa kalok dia liat aksa." Ujar Vania panik kepada dirinya sendiri sambil mengacak rambutnya dengan frustasi, saat tiba di lantai satu dan ruang tamu Vania bisa melihat punggung seorang laki-laki menggunakan sebuah jaket kulit dengan lambang kupu-kupu di belakangnya, saat mengetahui orang itu adalah Aksa Vania hanya menghembuskan nafasnya dan menatap Aksa dengan malas.

"Vania kenapa kamu berdiri disana sayang, buatin Aksa kopi sama papa sekalian ya sayang." Ujar mahen papa vania dan mahen melanjutkan acara menonton bolanya bersama Aksa, Vania hanya menatap Aksa dan papanya dengan tak habis pikir, memutuskan untuk menuju dapur dengan perasaan kesal, Vania bisa melihat melati mamanya sedang menyiapkannya makan malam.

"Hai ma." Sapa Vania kepada melati, melati yang melihat wajah lesu sang putri lantas mematikan kompor, mencuci tangannya dan menghampirinya Vania yang duduk di pantry. "Di samperin pacar kok lesu gini." Vania yang mendengar penuturan sang mama semakin cemberut.

"Gue berharap yang kerumah gue Andra bukan Aksa." Batin Vania.

"Kamu ada perlu apa sayang?" Ujar melati kepada putri semata wayangnya itu. "Mau buat kopi buat papa." Ujar Vania kepada sang mama.

Membawa sebuah nampan yang berisikan 2 gelas kopi, vania bisa mendengar sebuah kehebohan yang berasal dari papanya dan Aksa.

"GOL!" Vania bisa melihat papanya yang berteriak saat tim bola kesayangannya berhasil mencetak gol, Vania melototkan matanya saat papanya memeluk Aksa.

"Udah om bilang pasti gol." Ujar mahen kepada Aksa, dan Aksa hanya mengangkat bahunya acuh, mengambil sebuah Snack yang tersedia di atas meja, Aksa benar-benar bersikap seperti dia adalah tuan rumah dan itu membuat vania menggelengkan kepalanya dengan heran.

"Permisi ini kopinya." Ujar Vania kepada dua orang yang berbeda usia itu, Aksa menatap Vania tanpa berkedip, mahen yang melihat itu menyenggol lengan Aksa yang mampu membuat laki-laki itu tersadar dari lamunannya.

Playboy Insyaf [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang