bab 16

630 32 32
                                    

Jika bisa memutar waktu Vania ingin mengenal aksa lebih dulu sebelum dia memutuskan untuk jatuh cinta dengan seorang andrayan Wijaya, Aksa selalu bisa membuatnya kesal tetapi laki-laki itu selalu tau caranya untuk mengembalikan suasana hatinya, pertemuannya dengan Aksa pun benar-benar sangat aneh walaupun sehari mengenal Aksa tetapi rasanya dia sudah mengenal laki-laki itu sangat lama, andai waktu bisa dibalikkan Vania akan memilih percaya kepada perkataan Aksa, disaat semuanya sudah terjadi melihat kekasihnya dengan perempuan lain fakta bahwa laki-laki yang selalu di kenal dengan keplayboyannya itu yang menghapus air matanya dan sekarang laki-laki itu sedang terbaring tak berdaya karena ulahnya apa daya nasi sudah menjadi bubur, melihat seorang laki-laki yang dikerubungi oleh banyaknya perawat dan dokter yang menolongnya vania hanya bisa menatap itu dengan nanar dengan air mata yang terus mengalir. Valdi, Nathan dan gara saling merangkul dan menguatkan dan terus memandangi sahabat mereka yang sedang berjuang melawan hidup dan mati.

"Aksa val." Ujar gara dengan lesu.

"Aksa pasti bisa dia kuat." Ujar Nathan menguatkan kedua sahabatnya.

"Jangan gini Aksa pasti gak suka." Sambungnya.

Mendengar suara pintu terbuka membuat nathan, Valdi, gara, Meira dan Vania menghampiri dokter gunawan dan menuntun jawaban dari pria paruh baya itu mereka berharap mendapatkan sebuah kabar baik, melihat dokter gunawan yang hanya diam membuat Valdi memegang lengan dokter gunawan dan mengguncang lengan dokter itu.

"Temen saya baik-baik aja kan dok?, Jawab!" Melihat Valdi yang sedikit emosi membuat Meira menarik tangan laki-laki itu, Valdi lantas menggenggam tangan Meira agar emosinya mereda.

"Dia baik-baik saja ini suatu keajaiban." Ujar dokter gunawan dengan senyum memandang kelima anak remaja di depannya itu.

"Saya punya satu kabar lagi ini kabar baik, pasien sudah melewati masa kritisnya." Sambungnya yang mampu membuat Nathan, gara dan valdi berpelukan ala pria dan mereka segera menghampiri aksa.

Vania yang mendengar itu tak kalah senangnya dan mencoba kembali mencerna apa yang dikatakan oleh dokter gunawan, meira yang melihat Vania terdiam dengan segala pikirannya membuat perempuan rambut sebahu itu mengguncang lengan sahabatnya.

"Van lo nunggu apa lagi?" Ujar meira dan Vania menatap sahabatnya dengan senyum di wajahnya.

"Kondisi Aksa udah stabil mei gue seneng banget!" Ujarnya dan langsung melenggang pergi meninggalkan meira, meira yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya.

Vania bisa melihat alat-alat yang melekat di tubuh ketua casanova itu sudah tidak ada dan pendeteksi detak jantung yang kembali normal membuatnya memandang Aksa dengan senang, gara, Nathan dan valdi yang melihat kehadiran Vania menyingkirkan diri mereka untuk memberikan perempuan itu ruang, Valdi yang melihat Meira berada di belakang Vania membuat wakil casanova itu menarik tangan perempuan itu dengan lembut dan menatap gadis itu dengan perasaan yang tidak bisa dia deskripsikan.

"Cabut." Ujar Valdi sambil menggenggam tangan Meira melihat itu membuat Nathan dan gara memutar bola mata mereka dengan malas dan ketiga Inti casanova itu memilih untuk menunggu di depan ruangan Aksa agar vania bisa lebih leluasa berbicara kepada sahabat mereka walaupun tidak ada sahutan dari laki-laki itu.

Memandang seorang laki-laki yang masih belum sadarkan diri ada rasa kebahagian dihati Vania karena kondisi Aksa yang sudah mulai membaik dan luka di perut laki-laki itu juga sudah mengering membuatnya mengukir senyumnya kepada aksa walaupun ketua Casanova itu tidak bisa melihatnya.

Playboy Insyaf [ On Going ]Where stories live. Discover now