bab 11

650 32 20
                                    

Jam telah menunjukkan pukul 22.30 pm, setelah dari taman tadi Aksa memutuskan untuk mengantarkan perempuan itu pulang, saat tiba di kediaman Anderson Aksa bisa melihat mahen yang sedang duduk di teras sambil membaca sebuah koran, memarkirkan mobilnya aksa membukakan pintu mobilnya untuk Vania dan mempersilahkan perempuan itu untuk turun dan Aksa bisa melihat senyum di wajah perempuan itu, berjalan di mana mahen menunggu mereka Aksa mengulurkan tangannya untuk menyalimi tangan pria itu dan Aksa meminta maaf kepada mahen karena telah mengajak putrinya pergi hingga selarut ini.

"Kemana aja tadi?" Ujar mahen kepada Aksa sambil menatap laki-laki itu dengan tangan bersidekap dada, Vania yang melihat itu meremas jaket Aksa dan memandang laki-laki itu, Aksa menggenggam tangan Vania seakan-akan mengisyaratkan bahwa semuanya baik-baik saja.

"Maaf om Aksa mulangin Vania selarut ini, tadi Aksa ngajak Vania ke restoran merumata senggigi buat nyobain menu baru disana, habis itu kita ke taman." Ujar Aksa menjelaskan tujuannya kemana saja bersama vania, mahen memajukan langkahnya dan mecengram kerah Aksa, Vania yang melihat itu memegang tangan sang papa.

"P-pa." Vania menatap sang papa dengan tatapan memohon, mahen menatap sang putri dan mengulas sebuah senyuman yang membuat Vania mengerutkan keningnya menatap sang papa.

"Kenapa kamu gak ajak om?" Ujar mahen kepada Aksa sambil menepuk pundak laki-laki itu. "Om suka laki-laki gentle seperti ini, kamu persis Seperti om waktu om masih muda." Sambung mahen kepada Aksa kemudian pria itu merangkul pundak Aksa dan membawanya menuju ruang tamu, Vania yang melihat itu menatap tak percaya kearah sang papa.

"Ini gue di tinggal?" Ujarnya kepada dirinya sendiri kemudian menyusul Aksa dan Sang papa menuju ruang tamu.

Vania menatap kedua pria berbeda usia itu dengan geli, menatap interaksi Aksa dan Mahen membuat Vania merasakan sesuatu yang aneh dalam hatinya, lamunannya buyar ketika sang mama menepuk pundaknya.

"Kamu ngapain disini ngelamun?" Ujar melati. "Itu si aksanya udah mau pulang, dia nungguin kamu dari tadi, kamunya malah ngelamun." Mendengar penuturan sang mama membuat vania linglung.

"E-eh iya ma." Ujar vania dan segera menyusul Aksa yang sudah menunggunya di rumah tamu bersama papanya, Vania bisa melihat Aksa yang berpamitan kepada sang papa, dia hanya menatap punggung ketua casanova itu, Aksa menghampiri Vania ketika dia melihat perempuan itu berada di belakangnya.

"Van gue pulang dulu, gue takut kalok gue lama-lama disini gue gamau pulang." Ujar Aksa.

"Jangan nangis setelah ini, soalnya gue gak ada buat ngapus air mata Lo." Sambung Aksa yang mampu membuat Vania tak bisa melepaskan tatapannya dari ketua Casanova itu, setelah Aksa mendapatkan sebuah anggukan dari Vania laki-laki itu mengacak rambut Vania dengan gemas, Vania merasakan hatinya kacau ketika Aksa melakukan itu kepadanya.

"Sa Andra aja gak pernah giniin gue." Batinnya.

Vania bisa melihat Aksa yang hilang perlahan dari pekarangan rumahnya dan mendadak dia merasakan ada yang kosong dalam dirinya, memutuskan untuk menuju kamarnya Vania bisa melihat kedua orang tuanya yang masih setia menonton sebuah drama cina yang pasti itu adalah ulah melati mamanya.

Menghempaskan tubuhnya pada king size miliknya, mendengar suara notifikasi Vania mengambil handphone-nya yang ada di sebelahnya, melihat nama Aksa yang tertera pada notifikasi miliknya membuat jantungnya berdetak dengan tidak wajar, menarik nafasnya sebelum membuka pesan yang dikirimkan Aksa, pesan dari ketua Casanova itu justru membuat debaran jantungnya semakin tidak karuan.

Playboy Insyaf [ On Going ]Where stories live. Discover now