CHAPTER 2

380 44 3
                                    

Selamat membaca! Semoga suka dan bermanfaat ♡

• • • •

Eska spontan menghentikan kegiatannya yang sedari tadi menarik rambut Kamala, sampai-sampai pemilik rambut tersebut terus meringis walaupun Eska sudah melepaskan tarikannya.

Ada rasa pusing di kepala Kamala karena cukup lama juga tangan Eska menarik rambutnya. Untung saja rambut gadis itu tidak sampai lepas dari kepalanya.

Setelah itu, para guru memanggil Eska dan Kamala untuk masuk kedalam kantor. Dan meng-introgasi mereka berdua. Keduanya saling menyalahkan antara satu sama lain.

Maka dari itu, bu Yuli selaku guru BP memanggil saksi yang ada ketika kejadian itu berlangsung. Saksi tersebut adalah Ayyara.

Ayyara menceritakan dari awal kejadian, mengapa Eska sampai melakukan seperti itu kepada Kamala. Dan setelah mendengar penjelasan Ayyara, buk Yuli baru percaya bahwa yang salah dalam permasalahan ini adalah Kamala.

Tapi tidak semua kesalahan, buk Yuli tujukan pada Kamala, karena dalam permasalahan ini Eska juga bersalah. Tidak seharusnya ia melakukan kekerasan terhadap temannya sendiri.

Bu Yuli menasihati mereka berdua. Walaupun Kamala tak acuh terhadap apa yang buk Yuli sampaikan, tetapi tidak dengan Eska. Gadis tersebut menerima nasihat buk Yuli.

Karena ia sadar, kalau dirinya juga salah dalam permasalahan ini. Entah apa yang membuat Eska menjadi gadis yang kasar. Namun, bisa jadi semua ini karena perlakuan yang papanya berikan kepada dirinya.

Bu Yuli meminta agar mereka berdua saling berjabat tangan. Awalnya Eska tidak ingin melakukan nya, tapi karena Ayyara menyenggol lengannya, dengan terpaksa Eska melakukannya.

Dengan tatapan sinis Kamala menerima tangan Eska yang sudah terulur kepadanya. Setelah itu, mereka dipersilahkan untuk keluar dari kantor guru dengan catatan tidak akan membuat keributan yang sama lagi.

Untung saja tidak pakai sesi panggil orang tua. Karena jika itu sampai terjadi, tamat sudah nasib Eska ketika sampai di rumah.

🍂


Jam istirahat berbunyi, Eska tidak berminat untuk keluar kelas. Sementara Ayyara bersikeras untuk tetap mengajaknya pergi ke kantin.

Tapi karena sudah kesekian kali Ayyara mengajak Eska, dan tetap dengan jawaban yang sama, Ayyara memutuskan untuk pergi ke kantin sendiri.

"Kamu yakin gak mau ke kantin? Tadi kamu bilang belum sarapan dari tadi pagi. " Ajak Ayyara untuk yang terakhir kalinya.

"Iya, yakin. Aku lagi males keluar. Pengen di kelas aja. Kamu aja yang ke kantin" . Kata Eska, dengan gaya malasnya.

"Yaudah deh, kalau kamu gak mau. Aku sendiri aja ke kantin. Tapi ingat, jangan kemana-mana sebelum aku balik". Tegas Ayyara seperti ada ancaman dibalik kalimat-kalimatnya.

" Iya... Bawel banget sih. Kamu kira aku anak kecil, yang harus dikawal terus kalau kemana-mana? Aku udah besar kali Yar, mandiri juga" . Kata Eska tak lain dan tak bukan adalah kalimat ejekan dan penguat untuk dirinya sendiri.

Tak berapa lama Ayyara keluar dari kelas, Samudera datang menghampiri Eska. Samudera adalah siswa kelas sebelas IPA satu. Dia termasuk siswa terpintar di kelas dua belas. Sebenarnya, ia tak satu kelas dengan Eska.

Tapi karena ada sesuatu yang harus ia sampaikan kepada Eska, makanya ia langsung datang ke kelas Eska.

Nama panggilan nya Samudera. Nama lengkap nya Dirgantara Samudera Pratama. Termasuk siswa yang banyak digemari oleh seluruh siswi yang ada di sekolah tersebut.

Tapi itu tidak berlaku untuk Eska, karena ia beranggapan bahwa seluruh laki-laki yang ada di muka bumi ini sama seperti papanya yang tidak tahu bagaimana memberikan kasih sayang kepada Eska, gadis sulungnya.

Samudera duduk di sebelah Eska. Tapi Eska tidak menghiraukannya sama sekali. Ia malah membaca novel, yang dibawanya dari rumah.

Eska memang sengaja membawa novel setiap hari kesekolah nya. Karena jika ia lagi tidak mood untuk melakukan apapun ketika di sekolah, Eska memilih untuk tetap di kelas dan membaca novel yang dibawanya.

"Eska... " Kata Samudera yang dari tadi sudah berada di samping Eska.

Namun tak ada jawaban dari Eska. Bahkan menoleh ke arah Samudra pun ia enggan.

"Eska... " Panggil Samudera dengan sedikit meninggikan suaranya. Karena ia pikir, Eska tidak mendengar panggilan nya.

Namun masih tetap seperti tadi. Eska sama sekali tidak menjawab nya, bahkan melihat Samudera saja pun ia tidak berminat.

Sebenarnya sudah dari awal Eska menyadari kalau Samudera ada di sebelah nya. Tapi Eska tidak mau ambil pusing. Ia tetap melanjutkan kegiatan nya.

"Eska... " Panggil Samudra untuk yang ketiga kalinya.

Akhirnya, Eska menoleh ke arah Samudra dengan wajah yang sangat datar. Ia tak suka jika dirinya sedang melakukan suatu kegiatan, namun ada orang yang menganggunya.

Entah kenapa, Eska sangat sangat tidak menyukai jika ada laki-laki yang mendekati dirinya. Ingin rasanya dia habisin seluruh laki-laki yang berusaha untuk mendekati dirinya.

"Lo gak bisa liat gue lagi ngapain? Lo gak punya mata? Lo siswa terpintar di kelas dua belas IPA satu, kan? Tapi kenapa lo kayak orang paling bego di hadapan gue?"

Bukannya menyahut dengan baik, Samudera malah mendapat semburan dari Eska. Eska yang dari tadi menahan amarahnya pun langsung mengeluarkan semuanya kepada Samudera.

Bersambung

• • • •
Jangan lupa vote dan komen, ya!

Aku Trauma [TAMAT] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang