CHAPTER 20

150 12 0
                                    

Selamat membaca! Semoga suka dan bermanfaat ♡

🍂

Eska sudah sampai di sekolah. Setelah perbincangan panjangnya dengan seorang wanita yang baru ia kenal, dan berakhir saling tukar menukar nomor handphone. Siapa lagi kalau bukan seseorang yang sudah Eska anggap seperti kakaknya sendiri. Ahla.

Eska merasa sudah punya dua orang yang siap untuk menopang bahunya ketika dirasa sudah lelah dengan alur kehidupannya. Yang pertama Ayyara, dan yang kedua kak Ahla.

Entah kenapa, ketika melihat kak Ahla ada rasa tenang dalam hatinya. Merasa seperti terjaga ketika dekat dengannya. Entah karena pakaian tertutupnya, atau karena lisannya yang selalu dipenuhi dengan lantunan-lantunan dzikir ataupun ayat suci. Tapi untuk saat ini, Eska tak ingin terlalu memikirkannya. Yang harus ia fokuskan adalah tentang ujiannya. Karena sebentar lagi, Eska akan meninggalkan masa-masa SMA nya.

"Tumben Eska, awal banget datengnya" tiba-tiba Samudera sudah ada di samping Eska, yang Eska sendiri tak tahu kapan lelaki itu tiba di sekolah ini. Karena pasalnya, ketika ia mengijakkan kaki di sekolah ini, hanya ada satpam yang masih membuka setiap kelas.

"Bukan urusan lo!" jawab Eska dingin.

"Gimana ya, Eska... Gue juga nggak tau sebenernya apa salah gue ke lo. Tapi kayaknya, bukan cuman gue laki-laki yang lo cuekin. Gue liat, berapa banyak laki-laki yang coba deketin lo, lo juga cuek, dingin banget dah. Melebihi es batu" jelas Samudera panjang lebar.

Sementara Eska yang berjalan di sampingnya sedikit tersontak. Karena tadi Samudera sempat mengatakan kalau dia melihat banyak laki-laki yang mencoba mendekati Eska, tapi Eska tetap cuek. Itu berarti, selama ini Samudera mata-matain Eska.

"Udah seriusan nggak bener ni cowok" batinnya.

"Jadi lo selama ini mata-matain gue? Apa maksud lo mata-matain gue? Ada niatan nggak beres lo, ya?!" jawab Eska dan membuat lawan bicaranya yang bergantian terkejut.

"Eh eh eh... Istighfar Eska... Istighfar.. Walaupun gue terkenal di sekolah ini, gue tetep nggak mau kok manfaatin keterkenalan gue. Gue juga masih punya hati kali, Eska. Kalo lo emang nggak suka sama gue, oke nggak papa. Tapi setidaknya jangan mikir yang aneh-aneh tentang gue.

Dan lo juga inget ya, Eska.. Selama ini gue deketin lo karena gue tau, lo ada masalah sama bokap lo. Gue nggak mau kalo lo itu sampe berpikiran semua laki-laki di dunia ini sama kayak bokap lo. Lo boleh punya trauma, Eska. Orang-orang juga pasti ngerti, kok. Tapi jangan sampe, gara-gara trauma yang lo punya, jadi nyakitin orang lain. Dan terutama laki-laki. Di antara hari-hari, pasti ada hari yang lebih spesial. Semoga suatu hari nanti lo paham"panjang lebar Samudera menjawab, dan sempat membuat keduanya berhenti sejenak untuk sampai ke dalam kelas masing-masing.

Samudera seperti tak berniat lagi untuk memberi candaan pada Eska. Ia memilih untuk jalan lebih dulu, dan masuk ke dalam kelasnya.

🍂

"Eska.. Nanti kita jalan, yuk? Jalan-jalan sore, yaaaa cari-cari anginlah"

Setelah jam pelajaran telah selesai semua, saatnya para siswa untuk kembali ke rumah mereka masing-masing. Dan sebelum Eska memutuskan untuk pulang, Ayyara mencoba untuk mengajak sahabatnya jalan-jalan nanti sore. Karena Ayyara tahu, Eska lebih sering sendiri di rumah. Setidaknya, untuk nanti sore Eska nggak kesepian.

"Maaf ya, Yar. Kayaknya aku nggak bisa, deh. Soalnya papa sama mamaku juga pulang lebih cepat hari ini. Katanya sih, mau ada acara. Tapi nggak tau juga memang, aku ikut atau enggak" jawab Eska yang dia sendiri sebenarnya kurang yakin, akan diajak ke acara nanti.

"Ooohh.. Yaudah deh, Es. Nggak papa, kok. Lain kali aja, ya. Lagian nggak mungkinlah kamu nggak diajak. Namanya aja acara keluarga"jawab Ayyara dan hanya mendapat senyuman dari Eska.

Lebih tepatnya senyuman sebagai penenang.

🍂


"Loh.. Papa sama mama udah siap? Eska belum ganti baju, ma. Tapi Eska bisa cepat kok, ganti bajunya. Sebentar ya-

"Nggak usah! Kamu nggak perlu ikut. Lagian ngapain juga kamu di sana? Nanti kami bilang aja kamu lagi keluar sama temen. Takutnya nanti kamu buat malu, di sana!" jawab Abdi dengan cepat, bahkan sebelum Eska menyelesaikan kalimatnya.

Tak ada yang bisa Eska katakan, selain diam seribu bahasa. Papa dan mamanya perlahan lenyap dalam pandangan. Dan saat ini, dirinya hanya seorang diri di rumah.

Ada rasa penyesalan dalam dirinya. Seharusnya Eska tidak menolak ajakan Ayyara. Dan dengan itu, Eska bisa pulang malam karena menghabiskan waktu bersama sahabatnya. Tapi apalah daya.
Nasi sudah menjadi bubur.

Sekarang, Eska hanya seorang diri. Memeluk diri dalam keadaan sepi. Membayangkan suatu keinginan, yang sepertinya mustahil untuk terjadi.

Bersambung

• • • •
Jangan lupa vote dan commentnya, ya!

Aku Trauma [TAMAT] ✔Where stories live. Discover now