Part 09. "Pindah rumah"

15.3K 946 29
                                    

Haihaiii, sambil nunggu cerita sebelah up lagi kalian baca ini dulu ya, hayo tau cerita ini dari mana? Kalian ngikutin aku dari Aileen & Regan atau apa nih?

Btw salam kenal buat yang baru baca, antusias kalian buat aku jadi semangat, happy reading ya jangan lupa voment❤

♡♡♡

Saat ini Felisa dan Arvin tengah di perjalanan menuju rumah Arvin, sesuai perkataan Arvin kemarin jika hari ini dia akan membawa Felisa ke rumahnya karena gadis itu sudah menjadi tanggung jawabnya. Tidak banyak barang yang Felisa bawa, hanya tiga koper berukuran sedang dan satu tas sedang yang berisi make-up serta skincare.

Tak lama kemudian mereka sampai di sebuah rumah besar yang terdiri dari tiga lantai, Arvin membawa barang Felisa dibantu oleh satpam rumah. Pria itu meletakan koper-koper Felisa di dalam kamarnya dan menyuruh pembantu rumahnya membantu gadis itu menyusunnya.

"Saya mau mandi, kamu silahkan susun barang-barang kamu disana." ujar Arvin sembari menunjuk lemari hitam besar miliknya.

"Iya, mas mau makan apa nanti?" balas Felisa bertanya.

"Apa pun, asal jangan mengandung kacang karena saya alergi." jawab Arvin.

Felisa mengangguk kemudian memberikan handuk pada Arvin, pria itu berjalan kearah kamar mandi. Sebelum masuk dia berhenti dan berbalik menatap Felisa yang rupanya masih menatapnya.

"Masalah meja rias jangan khawatir, nanti sore barangnya datang, saya sudah memesan." ucapnya setelah itu masuk kedalam kamar mandi.

Felisa dibuat terbang, ya ampun pak gantengnya itu perhatian sekali, padahal dia belum mengatakan tentang meja rias dan jika begini bagaimana bisa dia tidak jatuh cinta pada pria itu. Felisa benar-benar diserang baper stadium akut, sejak Arvin mengatakan sudah memesan meja rias untuk dirinya, hati dan jantung seperti digelitik.

"Bu, semua sudah siap, ada yang bisa saya bantu lagi?" tanya seorang pembantu yang sejak tadi membantu Felisa.

"Ehh, terima kasih ya bi, sisanya biar saya aja." jawab Felisa.

Pembantu tersebut mengangguk kemudian pamit undur diri, dia akan mengerjakan pekerjaan lain. Felisa sendiri turun ke bawah untuk ikut berperang dengan alat-alat dapur, sekarang dia sudah memiliki kekuasaan di dapur dan bebas memakai dapur rumah Arvin, jika di rumah maka dia akan berebut dengan Mamanya hanya demi mematangkan sebuah masakan.

"Hahah, nggak perlu bersaing sama Mama gue, akhirnya punya wilayah sendiri." bangganya sambil menatap perkakas yang sangat lengkap itu.

Felisa membuka kulkas, matanya berbinar cerah melihat isi kulkas yang sangat-sangat diluar ekspetasinya, sayur, daging, ikan dan segala macam jenis buah-buahan ada disana membuat Felisa ingin mengkeloni kulkas tersebut. Gadis itu dengan cepat mengeluarkan beberapa sayuran seperti jagung muda, wortel, brokoli serta jamur. Dia akan membuat capcay, salah satu makanan favorit Arvin.

Setelah berkutat dengan dapur selama satu jam akhirnya Felisa berhasil mematangkan tiga buah masakan sekaligus, Capcay, udang balado dan tumis kangkung. Gadis itu menyiapkan semuanya di meja makan sebelum memanggil Arvin untuk makan siang, dengan langkah santai gadis itu menaiki tangga satu persatu untuk mencapai kamarnya.

"Mas?" panggil Felisa yang tidak mendapati sahutan dari manapun.

"Mas Arvin?!" panggilnya lagi.

Si bapak kemana sih, kalau mandi kan udah selesai dari tadi. Nggak kelihatan turun juga.

Felisa berdiri si depan pintu kamar sambil berpikir, kemudian salah satu pembantu turun dari lantai tiga dan menghampirinya.

"Bu, Pak Arvin ada di ruang kerjanya, beliau berpesan pada saya agar memberi tahu ibu." ucap wanita paruh baya itu sopan.

AMOUR (Mr. Pradipta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang