28. Anak Ayah, Bangun Ya?

947 62 12
                                    

Ga ada alasan jelas kenapa saya up terlambat, hanya ingin. Sengaja update malam takbiran, siapa tahu bisa menemani kalian yang cuma rebahan, 'kan?

Untuk part ini akan menjadi Danial (sang Ayah) yang akan menjadi pemeran utama kita.

Anw, enjoy your read!

°°°

Suara pintu yang dibuka kasar mengejutkan lima orang yang ada di sana. Danial tergopoh-gopoh menuju bangsal di mana anak laki-lakinya terbaring tak berdaya dengan berbagai alat medis yang terpasang. Melihat hal itu, Andre buru-buru menarik sang istri keluar dari ruangan Arza. Ia tahu istrinya ini pasti sudah siap meneriaki adik iparnya, dengan berbagai umpatan. Sebelum hal itu terjadi, ia harus mengamankan Rizka. Itu juga yang dilakukan tiga anak remaja di sana, mereka satu per satu keluar, memberi ruang untuk Ayah dan anak itu berdua.

Kini hanya tersisa Danial dan Arza. Suasana menjadi hening, hanya suara dari patient monitor yang terdengar. Danial menggenggam tangan anak satu-satunya itu. Walau selama ini dirinya terlihat jahat dan tak peduli pada Arza. Namun, Ayah mana yang tak sedih melihat sang anak terbaring lemah ditemani alat penunjang hidup. Bahkan Ayah buruk seperti dirinya pun merasakan sakit yang amat dalam.

"Arza, ini Ayah. Anak Ayah yang kuat, ya?" Suaranya terdengar gemetar. Dielusnya surai samg putra. "Anak Ayah, bangun ya?" Tak dapat ditahan lagi, air matanya lolos begitu saja. Ini pertama kalinya Danial menjatuhkan air mata setelah sekian lama.

"Ayah minta maaf sama Arza. Jangan ninggalin Ayah kayak Bunda, ya? Bangun, nak. Anak Ayah harus bertahan." kata demi kata terlontar seiring tetes demi tetes air mata yang keluar. Danial menyesal. Menyesal baru menyadari betapa berharga anaknya, menyesali  hatinya yang baru terbuka saat sang putra tengah sekarat. Ia menyesali keegoisannya.

Danial tak ingin terlambat lagi, sudah cukup ia kehilangan sang istri. Ia tak sanggup jika harus turut kehilangan sang putra saat bibirnya belum sempat mengucapkan maaf. Digenggamnya semakin erat, mengecup lembut telapak tangan Arza sembari terus memohon pada Tuhan untuk mengasihani anaknya. Padahal beberapa hari lalu, Danial sudah merencanakan segala hal untuk memulai dari awal kehidupan keluarga kecilnya, tapi sepertinya Tuhan tak ingin sesuatu berjalan sesuai harapan Danial.

°°°

Sat itu, 3 hari lalu sebelum Arza kecelakaan. Danial sedang duduk nyaman di sofa kamar hotel. Televisi di hadapannya menayangkan berita yang sama sekali tak ia lirik. Fokusnya justru tertuju pada IPad digenggamannya. Sibuk menggulir halaman dari marketplace online yang menampilkan banyak barang. Ia sedang memilih sesuatu untuk seseorang.

Puas melihat-lihat hingga akhirnya menemukan barang yang diinginkan. Segera menelusuri toko online itu, mencari berbagai referensi warna dan ukuran. Sampai ia kembali dibuat bingung dengan 2 pilihan, hitam atau biru tua?

Danial menghela mafas panjang, berbelanja memang menyusahkan. Terlebih jika tak tahu bagaimana selera orang yang akan diberi hadiah.

"Biru tua bagus." Suara dari belakang mengagetkan Danial. Buru-buru ia keluar dari aplikasi itu, menoleh dan tersenyum canggung pada sang istri. Sial, dia ketahuan.

"Kenapa dimatikan? Aku ingin lihat juga! Kado untuk Arza 'kan? Biar aku bantu pilihkan." Viana mendudukkan diri di samping sang suami. Ia tahu suaminya ini mencari hadiah ulang tahun untuk Arza, karena jelas sekali di papan pencariannya Danial mengetikkan 'kado ulang tahun untuk anak laki-laki remaja.'

"Kado untuk apa? Cih, apa peduliku dengan anak itu." Danial menyangkal.

Viana terkekeh mendengar jawaban Danial. "Berhenti mengelak, aku tahu jauh di dalam sini, kamu menyayanginya," ucap Viana. Tangannya menunjukkan pada dada Danial, mengisyaratkan hati pria itu.

KAK! | Lee Haechan (Revisi)Complete✔Where stories live. Discover now