24. Perasaan yang sebenarnya?

415 52 8
                                    

Apa yang terlintas di benak kalian, jika mendengar kata libur 2 minggu? Tentu saja kalian akan memikirkan 1000 kegiatan menyenangkan untuk menemani hari libur. Hal itu juga dilakukan Arza. Anak kelas 12 yang sedang melakukan ujian kelulusan, membuat sekolah meliburkan kelas 11 dan 10 selama 2 minggu.

Arza sudah membayangkan hal apa yang akan ia lakukan. Tidak banyak memang, hanya seharian bermain game dan membaca buku, tanpa diganggu. Garis bawahi itu, tanpa diganggu. Namun, memang pada dasarnya ekspektasi selalu tak sesuai dengan realita, yang Arza lakukan saat ini justru mendekam di kamar singa ganas, yang kapan saja bisa mengamuk. Kalian tahu siapa singa ganas itu? Ya, tentu saja Alvian Azka, siapa lagi memang? Tidak ada orang yang menyeramkan selain Alvian. Setidaknya bagi Arza begitu.

Kalian ingin tahu mengapa Arza bisa ada di sini? Itu karena om Andre dan tante Rizka harus pergi ke luar kota untuk beberapa waktu. Karena rumah mereka yang tak memiliki pembantu, akhirnya sang tante meminta Arza untuk tinggal sementara bersama Alvi. Tak enak menolak, mau tidak mau Arza menyetujui permintaan sang tante. Ya, walaupun sebenarnya Alvi juga tak keberatan tinggal sendiri, ia sama sekali tak masalah. Justru lebih bermasalah karena Arza yang akan menemani. Kalian ingatkan? Arza punya kepribadian berbeda-beda, pada orang yang berbeda-beda. Sialnya jika bersama Alvi, kepribadian Arza adalah sosok yang menyebalkan.

Ini sudah hari ketiga Arza tinggal bersama Alvi, dan dia sudah tak tahan lagi. Bagaimana tidak? Arza sama sekali tak diizinkan membuat suara sekecil apapun. Kalian bayangkan, apa yang menyenangkan dari main game dengan mode silent? Argh sial! Arza benar-benar tak tahan. Dengan menghela nafas kasar, Arza berguling-guling di ranjang Alvi. Dia bosan, dan tak tahu harus melakukan apa.

"Za, diam!" protes Alvi. Tubuhnya berbalik, dari yang menghadap buku, kini menatap garang Arza. Arza sangat berisik, membuat dia jadi tak fokus belajar.

"Gue bosen, sialan!" sungut Arza.

"Lo tinggal keluar, pergi ke mana kek, terserah. Gak ada larangan."

Mendengar ucapan sepupunya itu, Arza segera bangkit dari tidurannya, mengambil posisi duduk dengan menjulurkan tangan, seperti meminta sesuatu.

"Kalau gitu, minjam motor," pinta Arza. Ini karena dirinya tak membawa motor saat ke sini, melainkan Alvian yang menyusulnya.

"ga!" tolak Alvi tegas.

Arza mempoutkan bibirnya kesal. "Terus gue perginya gimana Alviaannn?"

"Lagian lo keluar mau ke mana? Ingat Za, lo gak punya teman," ucap Alvi dengan nada bicara yang sangat menyebalkan.

Oh astaga, ingin rasanya Arza meremas mulut lemes Alvi. Yang Alvi katakan sedikit benar, tapi terlalu kejam! Arza tentu saja memiliki teman, sahabat malah. Ya, memang cuma satu sih, tapi tetap saja artinya Arza memiliki teman! Seharusnya Alvian sadar diri, dialah yang tidak memiliki teman, satupun. Karena dia berkepribadian buruk. Orang-orang cenderung takut dengan Alvi, bahkan para gadis sungkan untuk sekedar menjadikan Alvi 'crush'. Sedangkan Arza, ah, sudahlah. Arza tak ingin pamer, nanti dibilang sombong.

Memilih tak meladeni, Arza kembali ke kegiatan semula, berguling-guling di ranjang. Cukup lama, sampai bunyi notifikasi ponsel mengalihkan perhatiannya. Segera Arza mengecek aplikasi chatting miliknya, butuh waktu untuk Arza mengerti maksud dari chat yang dikirimkan Rifda. Sampai akhirnya ia mengangguk mengerti.

Arza memandang was-was Alvian yang tengah belajar. Isi chat dari Rifda, adalah gadis itu sekarang berada di halaman rumah Alvi, dan Arza takut jika Alvi akan tega mengusir Rifda jika tahu ada orang lain datang ke rumahnya. Selain karena Alvi yang memang tak suka rumahnya dikunjungi orang lain, Arza juga merasa ada hal aneh antara mereka. Seperti... perang dingin? Entahlah.

KAK! | Lee Haechan (Revisi)Complete✔Where stories live. Discover now