02.

5.6K 714 28
                                    

Semalaman Haechan tidak bisa tidur sama sekali. Setelah merapihkan barangnya, ia bergantian dengan Jaemin dan Renjun untuk membersihkan tubuh. Kamar mandi itu kecil sekali, hanya ada tempat untuk air dan sebuah closet untuk buang air besar. Bahkan tidak ada bathub untuk berendam di sana. Tempat macam apa ini!

Meski dengan mengumpat tanpa henti ia tetap saja mengunakannya, tidak ada pilihan lain juga yang ia punya. Air di sana pun sangat dingin seperti dicampurkan dengan es batu membuat Haechan tidak bisa berlama-lama. Ia merasa bisa saja membeku jika terlalu lama mandi dengan air itu.

Sehabis membersihkan diri tentu saja tujuannya adalah tidur untuk beristirahat. Keluar dengan pakaian yang sudah berganti Haechan sedikit merinding karena ruangan itu hanya disinari oleh cahaya dari lilin yang memang sudah ada di sana. Bersama dengan Renjun dan Jaemin ia ikut menyalakan lilin tersebut. Penerangan di luar juga hanya menggunakan dua buah obor yang berada di depan setiap ruangan. Haechan jadi berpikir, bagaimana jika obor atau lilin tersebut tidak sengaja jatuh? Pasti mudah sekali terjadi kebakaran karena bangunan-bangunan disini semuanya menggunakan kayu. Tapi semoga saja tidak. Ia tidak mau datang kesini susah payah hanya untuk menjadi abu.

Dengan tubuh dan pikirannya yang lelah, Haechan mencoba merebahkan diri. Bukannya ketenangan yang ia dapatkan, ia justru bertambah kesal. Benar dugaannya tentang ranjang aneh ini.

Ranjangnya sangat-sangat keras dan hanya dilapisi kain tipis diatasnya. Ranjang apa itu? Sekalian saja mereka menyuruhnya tidur di tanah, tanah tidak ada bedanya dengan ranjang bobrok ini. Ia jadi semakin merindukan kasurnya yang nyaman dan hangat. Di sini mereka hanya diberi sehelai kain yang agak tebal untuk dijadikan selimut. Meski agak tebal kain itu tentu tidak cukup untuk menghalau rasa dingin dari angin malam yang menusuk di tengah hutan. Awas saja jika ia sampai masuk angin, keluar dari sini Haechan akan menuntut mereka.

Selain itu Haechan juga masih mempunyai keluhan lain. Berada di hutang yang merupakan alam liar membuatnya tidak bisa terhindar dari nyamuk. Sejak tadi nyamuk-nyamuk bergentayangan di sekitarnya membuatnya kesal.

Berguling-guling mencari posisi yang nyaman meski tidak dapat, masih harus berpegang melawan nyamuk pula. Belum ada satu hari di sini sudah cukup untuk membuatnya gila. Ia sampai heran kepada Renjun dan Jaemin yang kini terlihat tengah tertidur pulas di sebrang ranjangnya.

Bagaimana bisa dua orang itu tertidur nyenyak dan damai di dalam hutan dengan ranjang bobrok seperti ini sementara ia sedari tadi sudah ingin menangis dan meminta pulang? Aneh sekali.

Pada akhirnya tubuh dan juga pikiran Haechan yang sudah lelah tidak lagi bisa membuatnya tetap terjaga. Ia tertidur tanpa perduli dengan punggungnya yang sakit atau kulitnya yang sudah menjadi santapan nyamuk. Ia hanya butuh istirahat.

Tapi tampaknya keadaan tidak berpihak kepadanya. Baru beberapa saat saja ia memejamkan mata sudah terdengar suara bising dari luar sana. Mereka memang sengaja dibangunkan pagi-pagi buta seperti ini sebagai salah satu bentuk pelatihannya.

"Sialan mereka itu!" Sambil bersungut-sungut Haechan berjalan ke arah kamar mandi. Ia hanya berniat mencuci wajahnya dan menggosok giginya. Haechan tidak sanggup mandi di jam seperti ini dengan air yang sangat dingin.

Keluar dari kamar mandi bisa ia lihat Jaemin dan Renjun yang juga ternyata sudah bangun. Wajah keduanya juga masih tampak mengantuk namun terlihat lebih baik dari wajahnya sendiri.

"Kau sudah bangun, Haechan?" Renjun bertanya sembari meregangkan tubuhnya yang terasa agak kaku.

"Aku tidak tidur." Haechan menjawab dengan agak ketus. Sebenarnya ia tidak bermaksud seperti itu namun karena lelah moodnya pun menjadi buruk begini.

"Pantas saja wajahmu tampak mengerikan." Kini Jaemin lah yang menambahkan. Anak ini, sekalinya ia mengeluarkan suara sudah bisa membuat sudut mata Haechan berkerut karena kesal. Sepertinya mereka akan berteman dengan baik.

LUNAWhere stories live. Discover now