14.

4K 462 89
                                    

Haechan terbangun di tempat yang tidak asing, ia pernah juga tertidur di tempat ini sebelumnya. Luka-luka di tubuhnya sudah dibersihkan kan juga diobati. Terbukti dengan adanya beberapa luka yang sudah terbalut. Ia yakin pasti Luna Doyoung yang melakukannya.

Meski kepalanya terasa begitu sakit, ia tetap mencoba bangkit dan mencari di mana keberadaan pemilik tempat ini. Tidak jauh, aromanya masihlah sangat kuat.

Baru saja Haechan ingin membuka pintu, Mark sudah lebih dulu membukanya dari luar. Ia nampak tidak suka melihat Haechan sudah berdiri.

"Apa yang kau lakukan? Kembali ke ranjang."

Dengan patuh Haechan menuruti perkataan Mark. Ia juga sudah merasa pusing sekali, mungkin ia akan kembali ambruk jika tetap memaksakan diri.

Mark membantu Haechan untuk kembali kembali kenyamanan duduknya, satu tangannya memegang sebuah mangkuk. Haechan tebak itu adalah makanan untuknya.

"Aku suapi atau makan sendiri?"

"Aku bisa makan sendiri, Mark."

"Baiklah."

Mangkuk itu kini berpindah tangan kepada Haechan. Isinya adalah bubur nasi yang uapnya masih mengepul. Ia tergoda, tekstur dari bubur itu adalah kesukaannya.

Sementara Haechan makan, Mark masih berdiri di tempatnya sembari mengawasi. Emosinya kembali tersulut melihat luka-luka yang ada di tubuh Haechan, padahal ia sendiri juga mendapatkan beberapa luka.

Tapi bagi Mark luka-luka itu tidak sama sekali menyakitkan. Ia lebih kesakitan karena merasa gagal melindungi Haechan. Andai saja ia berada di sana.

"Apa?"

Sedari tadi Haechan sudah merasa di perhatian, sudah mencoba abai namun jika terus menerus ia tidak bisa lagi menahan salah tingkahnya.

"Duduk saja ini kan kamarmu."

Haechan berpikir mungkin Mark merasa tidak nyaman terus menerus berdiri dan jika ia langsung duduk begitu saja Mark juga takut Haechan terganggu.

Lagipula Haechan tidak setega itu membuat Mark hanya berdiri saja di sana. Ini kan kamarnya, Haechan hanya tamu saja di sini sehingga ia yang harusnya merasa sungkan.

Meskipun sudah mendengar perkataan Haechan Mark tidak menjawab apapun, ia masih tetap berdiam diri sambil t rus memperhatikan Haechan. Apakah ada yang salah dengannya?

"Duduk, Mark!"

Nada yang digunakan Haechan terdengar sebal. Ia jadi tidak nafsu makan jika Mark menatapnya terus seperti itu.

Mark juga tampak segera mendudukkan diri di pinggiran ranjang setelah mendengar perintah Haechan. Bukan apa-apa, ia hanya tidak ingin anak itu mengamuk. Haechan masih belum sehat.

"Jam berapa sekarang?"

"Hampir jam 9. Kenapa?"

"Aku ingin kembali ke pondok ku."

Masih belum terlalu malam jika Haechan ingin kembali ke pondoknya. Ia tahu Renjun pasti tengah khawatir akan kondisinya, ia juga tidak tega meninggalkan Renjun sendirian. Lagipula Mark pasti tidak akan nyaman jika ia berada di sini.

Tapi sayang sekali Mark memberikan gelengan tegas, Haechan tidak diperkenankan untuk pergi dari sana.

"Kau tetap di sini, Haechan."

"Renjun sendirian."

"Dia bisa menjaga dirinya sendiri."

"Tapi aku ingin kembali."

"Tidak. Habiskan makanan mu dan istirahatlah lagi."

Setelah mengatakan itu Mark lekas pergi dari sana meninggal Haechan dengan makanan yang tinggal separuh.

LUNAWhere stories live. Discover now