7. Takut Naik Motor

14 14 2
                                    

"kalo gitu aku bakalan jadi temannya dong kalo duduk disini" tanya Raisel lalu meneguk air mineral di botolnya

"mungkin aja, tapi kamu hati-hati ya. Dia itu guy" kata Loloan memperingati Raisel

"guy itu apa ya?" tanya Raisel mengerutkan keningnya

"guy itu ga suka sama perempuan walau secantik bidadari seperti kamu" jawab Loloan usil

"ih, apaan si. Aku kan biasa aja" jawab Raisel sambil kembali menutup botolnya

"kamu cantik, Sel. Bener deh aku ga bohong" kata Loloan sambil membuat jari peace. Raisel hanya tersenyum saja.

Triiingg

Bel masuk pun telah kembali berdering. Semua murid memasuki ruang kelasnya masing-masing. Dilihatnya Carla dan Audya memasuki kelas. Loloan langsung pergi ke tempat duduknya.

"aku balik ke tempatku dulu, ya. Kapan-kapan kita ngobrol lagi" ucap Loloan. Raisel hanya menganggukan kepala

"cie, ngapain tuh sama Loloan. Baru aja masuk hari pertama udah deket aja nih sama cowo" ledek Carla

"ngaco kamu, dia yang deketin aku" kata Raisel

"masa?" tanya Audya cengengesan
"iyaa"

"oh iya. Bagi whatsapp kamu dong mau aku masukin ke grup kelas" kata Carla sambil mengeluarkan ponsel dari saku rok nya

"emang boleh bawa hp?" tanya Raisel terkejut

"boleh, asal ga dimainin pas guru lagi ngajar" jelas Audya yang diangguki Carla

"oh gitu, sini hp kamu aku ketikin whatsapp aku" pinta Raisel, Carla langsung membuka aplikasi telepon dan memberikan kepada Raisel. Lalu, Raisel mengetikkan nomer whatsapp nya.

"udah ni" ucap Raisel dan memberikan kembali ponsel Carla

Tak berapa lama guru matematika datang dan pelajaran dimulai sampai jam pulang sekolah. Mata pelajaran ini sangat disukai oleh Raisel, pasalnya ia sangat suka berhitung. Ia sudah memiliki rencana untuk berkuliah di fakultas matematika terapan di Tokyo Univercity. Sesulit apapun persoalan matematika bisa ia pecahkan. Akal dan logikanya sangat bagus dalam masalah pelajaran, beda dalam penerapan kehidupannya. Ia paling lemah jika diberi cobaan yang tidak bisa ia lampaui, tapi bukankah Tuhan tidak akan memberi cobaan kepada hamba-Nya yang di luar batas kemampunnya. Ia selalu berpegang teguh kata-kata itu saat ia sedang kacau akan kehidupannya.

Triiingg

Bel pulang pun telah berbunyi. Semua murid langsung bersorak gembira karena akan kembali ke rumah.

"baiklah, anak-anak jangan lupa kerjakan pr yang udah bapak kasih ya. Terimakasih" ucap pak Diego selaku guru matematika. Cara ia mengajar sangat mudah dipahami jadi murid tidak bosan jika belajar matematika.

"Sel, kamu pulang sama siapa?" tanya Audya

"aku dijemput sama kakak aku" jawab Raisel

"yaudah, aku sama Carla pamit dulu ya" kata Audya dan diangguki Raisel yang masih membereskan buku-bukunya dan dimasukkan ke tas. Tiba-tiba Loloan datang mendekati.

"hey, Sel. Pulang bareng kuy" ajak Loloan yang sudah berdiri di sebelah Raisel

"makasih, Lo. Aku dijemput kakakku"

"ya udah, kalo gitu ke parkiran bareng ya" ajaknya lagi demi bisa deketin Raisel. Ia hanya mengangguk pasrah dan langsung keluar kelas bersama Loloan.

"ngomong-ngomong kamu bawa kendaraan ke sekolah?" tanya Raisel saat sudah di lorong sekolah

"iya, aku bawa motor. Kapan-kapan kita pulang bareng ya, Sel. Oh, iya. Rumah kamu dimana, Sel?" tanya Loloan penasaran sialnya Raisel belum sempat menjawab ia sudah bertemu Arva dan memanggilnya

"kak Arva" teriak Raisel saat melihat Arva di depan gerbang

"aku duluan ya, Lo. Terimakasih atas ajakannya tadi" ucap Raisel dan melambaikan tangannya dan langsung menghampiri Arva. Tanpa pikir panjang Loloan bergegas mengambil motornya dan berniat untuk mengikuti Raisel.

"loh, kok. Pake motor sih, aku naeknya gimana ni?" tanya Raisel bingung ada Arva

"emangnya kamu ga pernah naek motor?" tanya Arva

"belom lah, aku di Jepang selalu naek bus atau mobil papa" keluh Raisel

"yaudah, yo naek aja sini kamu aku pegangin" kata Arva smbil menengadahkan tangan kirinya yang disambut oleh Raisel dan langsung menaiki motor

"siap, Sel. Pegangan ya" kata Arva sambil meletakkan kedua tangan Raisel dipinggangnya. Ia langsung tancap gas membelah jalan di hiruk pikuknya kota Jakarta.

"kak Arvaaa, Raisel takut kaakk. Pelan-pelan dong" teriak Raisel memeluk erat Arva

"kalo pelan-pelan kapan sampai rumahnya, Sel. Tenang aja aku udah pro kok" ujar kak Arva cengengesan

Di belakang sudah ada Loloan yang mengikuti motor Arva, jaraknya agak jauh biar ga ketauan Raisel. Setelah hampir sampai di depan gerbang komplek, Loloan sudah tidak mengikutinya lagi, ia langsung bablas ke rumahnya. Karena jika ingin masuk kesana harus memiliki kartu member.

Sesampainya di rumah, rambut Raisel langsung acak-acakan lalu merapikan. Kelihatannya ia sangat pusing dan pertama kali naik motor dan yang bawa seperti orang ngajak mati. Raisel langsung masuk ke rumah sedangkan Arva memakirkan motornya di garasi.

"omaaa, lihat deh kak Arva tadi bawa motornya kayak orang kesetanan" keluh Raisel masih merapikan rambutnya

"ya Tuhan, mana tuh anaknya" tanya oma dan saat Arva memasuki rumah langsung dimarahi oleh oma

"Arvaa, kamu apakan cucu oma, hah?" oceh oma

"ih, oma. Emangnya aku bukan cucu oma juga? Orang Raisel ga diapa-apain kok, oma. Raisel nya aja lebay"

"apa si kakaknya aja yang bawa motor kayak ngajakin mati. Kalo mau mati ga usah ajak Raisel, mati aja sono sendiri" kesal Raisel

"ya udah, maaf. Ini juga aku kesel sama kamu tau" kata Arva yang membuat bingung Raisel

"lah, emangnya kenapa sih kak?" tanya Raisel mengerutkan keningnya

Arva POV

Saat cuaca pagi ini mendung, Arva memutuskan untuk memakai jas hujan. Ketika sudah rapi, ia langsung menaiki motornya dan langsung menuju tempat ia berkuliah. Di perjalanan hanya dirinya yang memakai jas hujan, tapi hujan tak kunjung turun. Sesampainya di kuliahnya Arva bertemu Adit, teman Arva.

"Va, hujan dimana? Aspal kayaknya kering tuh" ledek Adit

"ah, parah sih. Gua mah udah pake jas hujan rapi-rapi gini malah ga jadi hujan" keluh Arva

"yang sabar ya, Va" ucap Adit menepuk pundak Arva pelan dan sedikit cengegesan

POV End

"jadi, kayak gitu ceritanya" kata Arva dan Raisel langsung tertawa terpingkal-pingkal saat mendengarnya sampai perutnya sakit dan keluar air mata

"kamu tuh, ya. Sodaranya lagi kesusahan malah diketawain" ucap Arva dengan nada sedikit tinggi

"abisnya lucu banget sih, kak"

"makanya tadi aku sengaja bawa motornya ngebut-ngebut" kata Arva

"oh, jadi yang tadi maksudnya balas dendam ni?" tanya Raisel yang sudah berhenti tergelak

"iya, biar kamu tau rasa" kata Arva sambil mencubit hidung pesek Raisel dan langsung berlari ke kamarnya

"iihh, kak Arva rese banget yaa" ucap Raisel menyusul Arva ketika sudah dekat langsung melempari tasnya ke Arva dan langsung tertawa bersama.

Oma yang melihat tingkah kedua cucunya itu hanya menggelengkan kepalanya. Lalu, memegang dadanya yang terasa sesak.

~~


Bagaimana kisah di bagian ke-tujuh ini? Semoga kalian menikmatinya ya. Jangan lupa tinggalkan jejak dan tambahkan cerita ini ke library kalian. Untuk mendukung author menuliskan kisah ini jangan lupa vote, comment and share ke teman-teman kalian.

Arigatou gozaimasu.

Sunset and SunriseWhere stories live. Discover now