Civil War

645 81 252
                                    

Luca tidak habis pikir dengan tingkah bosnya yang tambah hari makin aneh. Tiba-tiba saja Vincenzo menyuruhnya memesan tiket menuju Korea Selatan menggunakan maskapai komersil, padahal keluarga Cassano punya sebuah pesawat jet pribadi dan tiga helikopter. Dan Vincenzo tidak mau naik pesawat lain selain Hanguk Airlines yang akan berangkat dari bandara Malpensa jam 8 pagi. Yang lebih mencengangkan lagi, bukan di kelas bisnis, melainkan kelas ekonomi.

Karena pemesanan tiketnya dadakan, para pengawal Vincenzo tidak bisa ikut. Hanya Luca yang akan mendampinginya.

Pemilihan seat yang tepat sederet dengan Hong Cha Young memang murni kebetulan. Awalnya seat itu adalah milik Luca, sedangkan Vincenzo seharusnya duduk dua kursi di belakangnya. Tetapi Vincenzo segera meminta untuk tukar seat dengan consiglierenya itu, saat mengetahui siapa yang akan sederet dengan Luca.

~~~

Selama 35 tahun hidup dalam kemewahan membuat Vincenzo agak kesulitan duduk di bangku ekonomi. Jarak antar bangku yang sempit membuat tungkai panjangnya sakit karena tidak bisa selonjoran. Sandaran kursi yang tegak membuat tulang pinggulnya terasa pegal. Pelayanan dari pramugari di kelas ekonomi tidak semaksimal di kelas bisnis. Menu makanannya pun terbatas, hanya ada 2 macam menu, chicken katsu rice dan meetball spageti. Dan ia harus 'menikmati' itu selama sekitar 10 jam.

Sementara itu, yang membuatnya rela mengorbankan segala kenyamanannya ini tengah terlelap dengan damai di sampingnya. Sebuah penutup mata berbentuk kepala babi warna pink menutupi sepasang mata indahnya. Mulutnya yang sedikit membuka mengeluarkan dengkuran halus.

Pesawat sedikit berguncang oleh turbulensi, membuat kepala Cha Young jatuh terkulai di bahu Vincenzo. Vincenzo menegakkan tubuhnya dan bergeser untuk menyamankan Cha Young. Segaris senyum kecil terbentuk di bibirnya.

Tetapi senyum itu berakhir hanya dalam beberapa detik. Valerio menarik kepala Cha Young untuk bersandar kepadanya. Vincenzo memelototi adiknya, tidak terima. Ia kembali menarik Cha Young, lalu merangkulnya erat. Valerio pun tidak menyerah begitu saja. Ia menarik Cha Young lagi.

"Aishhh..." Cha Young melenguh protes. Tangannya menepis ke mana-mana seperti sedang menghalau kawanan nyamuk, hingga tak sengaja menampar wajah kedua kakak beradik yang sedang memperebutkan dirinya. Lalu ia kembali terlelap.

Vincenzo dan Valerio saling melemparkan lirikan tajam.

~~~

Pesawat telah tiba di bandara Incheon. Para penumpang mulai berdesak-desakan di lorong kabin. Vincenzo keluar dari kursinya, namun ia tersenggol oleh seorang bapak berbadan besar sehingga ia jatuh lagi ke kursinya. Orang itu bahkan tak meminta maaf. Vincenzo menggertakkan gigi menahan kekesalannya.

"Kau baik-baik saja?" Cha Young menunjukkan perhatiannya.

Vincenzo mengangguk dengan senyuman.

"Hal ini memang biasa terjadi di kelas ekonomi. Anda seharusnya pesan tiket kelas bisnis, atau naik jet pribadi saja. Saya yakin anda pasti punya minimal satu," kata Valerio, yang terdengar seperti meledek.

"Sebaiknya kita tunggu sampai agak sepi," Cha Young menyarankan.

Setelah agak sepi, Vincenzo keluar lagi dari kursinya kemudian mempersilakan Cha Young jalan duluan di depannya. Saat Valerio hendak keluar, Vincenzo mendorongnya sampai ia jatuh lagi ke kursi. Valerio mengumpat dalam 2 bahasa tanpa suara sambil memelototi kakaknya.

Bertiga mereka berjalan menuju tempat pengambilan bagasi. Valerio mengambil dua koper miliknya dan Cha Young, membawanya menggunakan troli. Ia berjalan di belakang Cha Young yang berjalan di samping Vincenzo. Ia jadi terlihat seperti kacung mereka.

[IDN] Opium [Vincenzo FF]-HIATUSWhere stories live. Discover now