Dua puluh tiga

220 38 5
                                    


Dor!!

Haha kaget ngak aku up lagi? Enggak ya? Yaudah..

Tapi hari ini spesial, karena lagi #posesifdayun1ty begitu sih kata Youn1t di Twitter, and so, aku tambah up satu part lagi.

Ngomong-ngomong soal posesif day, ceritnya Youn1t bakalan oleng ya ke BG lain? Hihi, ada yang oleng ngak? Emang berani oleng dari masyun kesayangan?

Enggak lah! Gila!

Yaudah, tanpa mau banyak basa-basi lagi, ini dia!!!

~~~~~

Senin, siapa sih yang menyukai hari senin? Hari dimana kita merasa berat untuk mengawali pagi, hari di mana kita merasa dunia tak adil, mengingat masih ada lima hari lagi untuk mencapai hari minggu berikutnya, haha, kadang kita memang selalu mengeluh dan menyalahkan dunia.

Mengingat perjanjiannya dengan Zemira belum selesai, pagi ini Zweitson tiba bersama gadis itu di parkiran tepat pada waktunya. Melihat keberadaan mantan ketua OSIS SMA Rajawali itu bersama Zemira bukan hal yang asing dimata warga rajawali. Ibaratkan induk ayam yang selalu diikuti anaknya di belakang.

"Zweit, gue bawa nasi goreng dua porsi, tapi satunya pakai telor satunya lagi enggak, soalnya tadi kehabisan telor. Lo mau yang with egg nya apa Without egg?"

"Gue udah sarapan."

Zemira masih berusaha mengejar langkah Zweitson, tak peduli dengan satu kali penolakan pagi ini.

"Tapi gue udah bikinin lo sarapan, gue masak sendiri, loh." Gadis itu masih berusaha, ia mengulurkan dua kotak bekal, yang satu berwarna biru dan yang satunya berwarna pink.

Zweitson menghentikan langkahnya, tubuhnya langsung merespon dengan helaan napas."Zem__"

"Zweit_"tukas Zemira, wajahnya berubah muram. "Seenggaknya lo terima. Kalau kenyang, lo bisa makannya pas jam istirahat."

Zweitson tak pernah berniat untuk membuat Zemira terus menerus mengharapkan nya, terus menerus mengikutinya dan terus menerus mengungkapkan suka, tapi perasaan tidak bisa di dorong paksa, kenyataan membawa Zweitson ke sebuah perasaan persahabatan kepada Zemira, hanya itu saja.

"Zem, permintaan lo tersisa tiga, kalau lo maksa gue, sama aja itu permintaan ketiga lo udah lo pakai."

Zemira mengulum bibir, segitu sulitnya Zweitson menerima pemberiannya? Zemira cuma meminta Zweitson memakan makanannya, tapi kenapa seolah-olah semua itu harus dibayar?

Ia tersenyum getir, "Kalau itu yang bisa bikin lo nerima ini, yaudah, anggap aja permintaan gue sisa dua." Zemira menarik tangan Zweitson, memindahkan kotak bekal itu ke tangan Zweitson, "Jangan lupa dimakan, itu nasi goreng spesial buat orang yang spesial. Gue ke kelas dulu, bye!"

Punggung gadis itu menjauh, semakin mengecil dan tenggelam di balik belokkan koridor. Zweitson menatap kotak di tangannya. Ia menyakiti Zemira?

~~~~~

Jari panjangnya menekan tuts piano itu dengan lihai. Memainkan lagu berjudul, 'Ain't mountain high enough' dari Marvin Gaye dan Tammy Terrell, Fiki seakan terhanyut oleh permainannya sendiri. Bibirnya terangkat dengan mata terpejam.

Ruang musik memang menjadi pilihan yang tepat untuk Fiki mengungkap segala perasaan yang dirasakannya. Ia senang, sedih atau bahkan jatuh cinta.

"Lo main piano malah ngeribetin perasaan orang, Fik."

Begitu permainan nya berhenti, gendang telinga Fiki disapa oleh suara cempreng milik Chelsea. Entah bagaimana gadis itu tiba-tiba muncul di sini.

"Kapan datangnya?"

FATUM || ENDWhere stories live. Discover now