Story Part 09

122 19 1
                                    

Hari sudah semakin gelap gulita, bulan pun hanya menampakkan rembulan sinar nya yang tidak begitu terang, di iringi dengan satuan bintang yang berkumpul di langit.
Prilly mondar-mandir, menunggu kepulangan suami nya, namun sudah beberapa jam ini sang suami belum juga terlihat batang hidung nya. Pikiran yang sudah meracau kemana-mana, apakah suaminya ini mempunyai perempuan lain? Atau pergi ke tempat yang tak lazim, Prilly membuyarkan pikiran nya agar tidak berprasangka buruk.

"Enggak biasanya si jam segini baru pulang? Habis dari mana aja? Tepe tepe sama perempuan di luar? Iya? " Ali yang baru saja memijakkan kaki di lantai dua merasa kaget atas ucapan Prilly.

"Aku habis kerja, enggak kemana-mana kok, ini langsung pulang" Ucap Ali apa ada nya.

"Alah bilang aja kamu punya perempuan di luar? Iya kan?" Prilly menatap Ali tajam, jari telunjuk nya tepat berada di bawah dagu nya.

"Astaghfirullah, enggak sayang, aku enggak gitu" Ali mengelak karena ucapan Prilly itu tidak 75% betul.

"Coba aku tanya sekali lagi, kamu dari mana? " Tanya Prilly mengontrol emosi dan intonasi berbicara nya.

"Aku habis kerja" Ali yang merasa capek pun harus bisa mengontrol ucapan nya.

"Aku tau itu, ma-" Ucapan Prilly terpotong karena Ali lebih dulu berbicara.

"Terus" Ali terlihat pasrah saat di interogasi oleh perempuan di hadapannya, sebisa mungkin dia mengontrol diri nya agar tidak terjadi hal yang diinginkan.

"Jangan ngomong dulu! Aku belum selesai! " Pinta Prilly meninggikan suaranya sampai sepuluh oktaf.

Ali melongo tak percaya setelah mendengar suara istrinya, seperti nya Prilly malam ini akan menguji kesabaran Ali.

"Tahan Ali tahan, jangan sampai terbawa suasana" Batin Ali berkata dan membiarkan Prilly kembali berbicara.

"Kamu dari mana jam segini baru pulang? Kemana aja? " Tanya Prilly dengan emosi yang sudah stabil.

"Aku enggak kemana-mana, aku cuma di lokasi aja, percaya sama aku" Ali mendekatkan jarak nya dengan Prilly, lalu tangan nya mengusap pipi chubby Prilly dan mencubit nya gemas.

"Kalau mau pulang telat, apa susah nya telfon! Handphone kan ada! Terus kasih kabar ke aku, jangan buat aku khawatir gini dong! Ngerti enggak si maksud aku! " Nada Ucapan Prilly kembali meninggi, Ali hanya mampu menjadi pendengar yang baik.

"Iya sayang" Ucap Ali pelan, merasa capek dengan kerjaan nya di lokasi syuting di tambah pulang kerja istrinya mendumel.

"Jangan iya-iya terus! Ngomong yang benar, dengerin aku ngomong enggak si" Entah apa yang terjadi dengan Prilly sekarang, membuat darah Ali semakin mendidih

"Iya maaf" Ali seperti anak kecil yang meminta maaf kepada ibu nya di saat memecahkan guci kesayangan. Wajah tampan nya terlihat lelah dan lesu namun, sekarang dia harus menghadapi istrinya jika Ali mengabaikan Prilly sudah di jamin telinga Ali akan terasa pengang.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Kekuatan CintaWhere stories live. Discover now