Story Part 21

116 18 1
                                    

Prilly menyandarkan kepala nya di dada bidang Ali, dengan tangan melingkar indah di perut Ali yang nampak buncit. Bibir Prilly memancarkan senyuman indah di wajah cantik nya, terasa menggemaskan perut Ali saat ini. Dia sesekali tertawa pelan saat jari lentik nya mengelus lembut perut Ali.

"Aku yang hamil kok perut kamu yang buncit si" Protes Prilly yang mendongakkan kepala nya untuk melihat wajah Ali lebih dekat ralat lebih tepat nya menatap mata Ali secara dalam.

"Iya ni belum sempat workout" Ali mengeratkan pelukan nya kepada bahu Prilly tak lama Ali mengunyel pipi Prilly tanpa henti.

"Enggak usah workout, aku suka kamu kayak gini. Biar enggak tepe tepe sama cewek di luar" Entah mengapa Prilly mempunyai pikiran seperti itu, Prilly takut Ali akan menghianatinya.

"Kok gitu? Yak enggak bakal sayang, cuma kamu pertama dan yang terakhir untuk aku. Jadi jangan pernah berasumsi aku selingkuh! Itu kesalahan besar dan enggak akan pernah aku lakuin! Kamu paham itu" Ucap Ali pelan sedikit memberikan pengertian terhadap istri tercinta nya.

"Aku takut aja, apalagi kerjaan kamu sekarang yang ke luar kota! Bisa aja banyak cewe cewe di sana yang mau sama kamu terus kamu respon" Wajah Prilly menjadi sendu, pikiran nya saat ini benar benar berkecamuk dan tidak dapat di jelaskan.

"Kamu percaya aku kan? Aku enggak pernah berpikiran seperti itu" Ali menggenggam tangan Prilly di kecup nya secara perlahan.

"Aku percaya, promise dear" Prilly mengacungkan jari kelingking nya saat itu pula Ali ikut menautkan jari kelingking nya dan mereka berjanji untuk tidak berhianat antara satu dan lain nya.

"I'm promise sayang" Ucap Ali pelan, saat itu pula bibir Prilly kembali tersenyum. Sungguh mood perempuan hamil tidak bisa Ali tebak.

Kedua nya kembali berpelukan melepaskan rasa rindu sebelum Ali pergi meninggalkan Prilly, meninggalkan Prilly hanya demi sebuah pekerjaan yang sudah menjadi tanggung jawab besar untuk Ali, mau tidak mau Prilly harus siap di tinggalkan oleh Ali karena di sini Prilly juga mempunyai pekerjaan yang lebih penting yaitu menjadi dosen di salah satu universitas ternama.

"Sayang sebelum kamu berangkat, aku mau makan bubur ayam di depan" Pinta Prilly dengan kedua mata yang berbinar dan berharap Ali akan menuruti kemauan nya, entah itu kemauan Prilly sendiri atau kemauan bayi yang di dalam perut nya.

"Ok let's go" Ajak Ali bersemangat.

"Tapi naik motor yak, aku mau kita naik motor ke depan nya" Ujar Prilly menyusul Ali yang tengah berdiri.

"Kok naik motor? Enggak boleh naik motor, bahaya! Apalagi kamu lagi hamil" Ali tidak setuju dengan keinginan istrinya yang menginginkan naik kendaraan beroda dua, dengan kondisi yang hamil muda membuat Ali khawatir akan kedua orang yang Ali sayang. Bahkan melebihi diri Ali sendiri.

"Please sayang, aku mau makan bubur tapi ke depan nya naik motor" Bujuk Prilly kembali, berharap Ali akan menuruti kemauan nya.

"Enggak sayang, aku enggak mau" Tolak Ali halus takut istri tercinta nya merajuk.

"Jadi kamu enggak mau nuruti kemauan aku? Kok kamu tega sih" Prilly membuang wajah nya, laki laki di depan nya ini begitu menyebalkan.

"Bukan enggak mau nuruti, tapi enggak harus di motor juga kan" Ali merasa bimbang apakah kemauan Prilly harus dia penuhi atau dia abaikan, itulah yang Ali pikirkan saat ini.

"Aku mau di motor! Bisa enggak si kamu turuti permintaan aku kali ini!" Suara Prilly terdengar begitu tinggi dari nada bicara seperti biasanya.

"Tapi enggak harus naik motor! " Ali bersikeras dia tidak mau memenuhi permintaan Prilly, membuat emosi Prilly menggebu gebu.

Kekuatan CintaWhere stories live. Discover now