BAB 12 : SABRINA SAKIT

2.2K 222 25
                                    

"Dia yang tidak bisa aku cintai, namun memikirkannya akan hilang dariku nyatanya menyesakkan"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Dia yang tidak bisa aku cintai, namun memikirkannya akan hilang dariku nyatanya menyesakkan"

Hampir empat bulan rumah tangga yang tengah di jalani oleh dua manusia yang menikah karena terpaksa itu berlalu,  namun keduanya masih menyimpan rahasia masing-masing.  Meskipun begitu kegiatan sehari-hari mereka tetap berjalan dengan baik. Langit masih yang selalu memasak untuk sarapan, maka Sabrina juga yang selalu kebagian beres-beres. Terlihat kompak di luar tapi hal itu ternyata bukanlah seperti rumah tangga yang penuh kebahagian.

Sabrina hanya bisa menerima Langit sebagai suami sementaranya sampai saat ini. Sekeras apapun cara Langit membuat Sabrina beralih mencintanya dan melupakan cintanya pada sang adik,   nyatanya masih belum berhasil.

Langit tidak perduli jika sampai saat ini Sabrina bahkan belum melaksanakan kewajibannya sebagai istri untuk memberikan hak yang seharusnya ia terima sebagai suami. Dia tidak perduli jika hati milik istrinya itu bukan untuknya, karena nyatanya yang Langit inginkan hanya selalu bersama Sabrinanya. Asal Sabrina tidak menghilang darinya ia siap menahan ribuan bahkan jutaan luka lagi. Demi Sabrina yang ia cintai.

Pagi ini setelah sarapan seperti biasanya Langit berpamitan untuk berangkat ke kantor. Namun saat mobilnya sudah sampai di luar gerbang rumahnya, Langit berhenti mendadak lalu keluar dari mobil dan masuk kembali ke dalam rumah. Ia melupakan sesuatu yang begitu penting hingga sedikit berlari meski jasnya menjadi sedikit kusut setelahnya.

"Sabrina!" teriak Langit mencari istrinya yang tidak ada di meja makan. Langit kembali sedikit berlari di dalam rumah menuju dapur. Ia yakin istrinya itu ada di sana.

"SABRINA!" teriak Langit lagi namun tersenyum setelah yang di cari benar ada di dapur sedang mencuci piring bekas sarapan mereka.

"Kamu kenapa ngos-ngosan gitu sih, Ka?Ngapain sih pake lari-lari di dalam rumah?" tanya Sabrina tidak mengerti sambil menatap aneh suami sementaranya nampak berkeringat setelah berlari entah karena apa. "Ada yang ketinggalan? Apaan coba?"

Setelahnya justru tiba-tiba Sabrina merasakan bibir Langit mencium kening lalu pipinya. Pemilik mata biji leci itu hanya bisa mematung dan bersemu malu mendapat perlakuan tersebut.

"Aku nggak bisa fokus kalau belum ambil energi aku buat kerja hari ini. Dah, Sayang. Assalamu'alaikum," pamit Langit langsung pergi meninggalkan Sabrina yang masih terdiam bengong kemudian mata biji lecinya melotot menatap punggung suami sementaranya itu.

"Kata Bunda Nirmala sama Mas Dwi dia pendiem. Ini apaan? Nyosor mulu, banyak kelakuan bikin Bina spot jantung tiap hari." ujar Sabrina misuh-misuh sendiri.

Kembali mengerjakan pekerjaan rumahnya, Sabrina masih terus membicarakan ulah tidak terduga kakak dari kekasih yang di cintainya tersebut. "Tidur telanjang dada, suka banget peluk-peluk, cium-cium ga bilang. Tidur nempelin Bina mulu, mandi lupa bawa handuk mulu, abis keramas rambutnya ga di keringin dulu, ceramahin Bina mulu, pamerin Bina ke semua tetangga di kompleks tiap lari pagi, suka sisir-sisir rambut Bina sok jadi tukang salon lah, apalah, itulah. Kapan sih ini cerainya? Takut banget Bina tuh nanti nyakitin Mas Dwi." terlihat kini mata Sabrina berkaca-kaca meski dengan bibir yang di manyunkan.

Wedding Because AllahWhere stories live. Discover now