DIVE WITH YOU - Bagian 2

2.8K 394 13
                                    

•••••


Air yang mengalir dari keran terlihat berubah warna menjadi kemerahan, saat sebuah tangan dengan luka menganga mencoba membilasnya. Tidak ada ringisan ataupun keluhan atas rasa perih yang sang pemilik rasakan, seolah luka tersebut sama sekali tak menyakitkan bagi si empu.

Sebuah getaran yang berasal dari saku snelli yang dikenakan, membuat perempuan berambut kuncir kuda tersebut menghentikan kegiatannya dan menutup lukanya dengan handuk kecil yang sebelumnya dia bawa.

"Halo, Nak? Kamu dimana? Hari ini jadi pulang, 'kan?" Perempuan itu terdiam ketika mendengar suara sang ayah yang sudah lama tak di dengar. Bukan karena tidak pernah menghubunginya, tapi lebih tepatnya karena dirinya yang terus menerus menghindar dari mereka.

"Naina, kamu disana?" Helaan nafas kasar perempuan itu keluarkan.

"Iya, Pa. Naina jadi, kok, tapi gak bisa lama."

"Bagus kalo begitu. Gakpapa, yang penting kamu ada di rumah. Ini hari yang bahagia untuk adik kamu dan kamu juga harus ikut merayakannya."

Naina berdecih pelan. Bahagia katanya? Sepertinya hanya mereka yang akan menyambut kebahagiaan itu sedangkan dirinya? Menyambut malapetaka.

Setelah sambungan telepon terputus, Naina bergegas keluar dari kamar mandi dan melepas snellinya. Menggantungnya diatas dinding ruangan dan mematikan lampu. Jadwalnya telah usai dan sekarang waktunya untuk pulang. Hal yang sangat tidak Naina sukai.

Disaat semua orang menjadikan rumah sebagai tempat tujuan pulang dan beristirahat, setelah seharian dilanda rasa lelah serta kecemasan terhadap hari. Naina justru sangat menghindarinya. Dia tidak suka pulang dan dia tidak suka rumah. Karena disana Naina akan merasa kesepian, kecemasan, serta rasa takut, justru akan mendominasi bersamaan dengan tubuhnya yang ditelan kegelapan.

Naina tidak pernah mendapatkan ketenangan yang dimaksud orang-orang terhadap rumah. Karena faktanya, dia tidak pernah mengerti definisi rumah itu sendiri. Naina selalu ingin pulang meskipun dia sudah berada dirumahnya.

Mobil yang dia kendarai berhenti tepat di depan halaman rumah besar yang selama beberapa tahun sempat dia tinggali. Tepatnya hanya sampai menyelesaikan bangku kuliah, karena setelahnya Naina lebih memilih tinggal di kost-kostan, tempat tinggalnya saat ini.

Naina tidak akan pernah pulang kecuali ayahnya yang memaksa, itupun harus dengan alasan yang kuat serta jelas.

Seperti malam ini contohnya, Naina harus pulang karena keluarganya atau lebih yang lebih tepat keluarga ayahnya akan menyambut kedatangan calon suami adiknya. Iya, Naina memiliki dua adik se-ayah ---satu perempuan dan satu laki-laki.

Usianya dengan adik perempuan ini hanya terpaut dua tahun sedangkan adik laki-lakinya masih menduduki bangku SMA.

Tepat setelah Naina masuk ke dalam ruang tamu yang ternyata sudah di dekorasi sedemikian rupa, matanya langsung tertuju pada dua keluarga yang tengah berbincang seraya sesekali tertawa dan kedatangannya berhasil menghentikan tawa mereka. Semua mata kini tertuju padanya.

Tatapan Naina mengarah pada wanita berambut sanggul tinggi yang tampaknya bingung akan kedatangannya.

"Dia putri pertama suami saya, pertemuan pertama dia tidak bisa hadir karena sibuk di rumah sakit." Wanita lain yang duduk di samping ayahnya mulai menjelaskan tentang kehadirannya, dan mengusir rasa penasaran satu keluarga di depan sana.

Naina mengambil posisi duduk di samping Naufal yang sedari tadi tersenyum ke arahnya. Perempuan itu lantas membalasnya dengan usapan di lengan sang adik. Satu-satunya orang setelah sang ayah yang mampu menerima kehadirannya dikeluarga ini.

Dive With You (Revisi)Where stories live. Discover now