DIVE WITH YOU - Bagian 5

2.3K 320 2
                                    

(Klik vote sebelum membaca + berikan komentar)


•••••

"Kenapa kamu lakuin ini, Naina? Kenapa kamu berbuat seburuk ini?"

"Aku kecewa sama kamu, Naina. Aku bener-bener ngerasa dikhianatin. Kamu udah buat aku kecewa!"

"Aku bener-bener kecewa!"

"Kecewa!"

"Kamu gak waras, Naina!"

"Enggak!" Kedua mata Naina membulat sempurna, tubuhnya banjir oleh keringat serta nafas yang memburu.

Kepalanya perlahan menoleh pada jam yang tertempel di dinding. Pukul dua pagi. Dan dia terbangun seperti biasa, diwaktu yang sama karena alasan yang sama. Mimpi buruk.

Naina menekuk kedua lututnya, mengusap wajahnya yang sudah tidak karuan. Padahal malam ini cukup dingin tapi karena nightmare-nya, dia dibuat kepanasan. Perempuan itu memutuskan untuk bangkit dan mengambil air di dapur. Biasanya segelas air putih akan berhasil membuat kecemasannya berkurang.

Setelah mendapatkan apa yang dia mau, Naina memilih duduk di kursi tengah. Mengambil sebuah figura foto berukuran kecil yang selalu dia pajang di atas meja. Tatapannya mengarah pada tiga orang yang tengah tersenyum dengan lebar ke arah kamera, salah satunya adalah dirinya yang berdiri di paling tengah diantara sepasang kekasih yang selalu berhasil membuatnya merasa cemburu.

"Ih, Naina 'kan tinggi, kok di tengah, sih?" Naina merotasikan kedua bola matanya jengah.

"Kan aku yang pegang kue, harusnya aku yang ditengah," timpalnya tak mau kalah.

"Tapi 'kan Gara yang ulang tahun!"

"Udah-udah, kalo debat terus kapan fotonya?" Naina menjulurkan lidahnya pada perempuan yang kini menekuk wajahnya.

Tanpa sadar setetes air mata turun dan terjatuh mengenai tepat potret sahabatnya. Sosok yang sekarang paling dia rindukan kehadirannya, dan yang selalu membuatnya memiliki perasaan bersalah hebat.

"Amanda, aku minta maaf. Aku bener-bener nyesel. Sangat. Andai aku bisa memutar waktu, aku akan jadi orang yang sibuk dengan pembelajaran dan fokus jadi dokter hebat seperti yang selalu kamu bilang. Aku nyesel karena lalai, Man. Dan aku gak akan bisa kembaliin sesuatu yang udah hilang karena kebodohanku. Aku harus gimana, Man? Aku udah cukup tersiksa selama ini. Aku mohon, sesekali datang ke mimpi aku dan kasih aku sebuah ketenangan. Bukan ketakutan." Air mata itu semakin deras di iringi isakan yang terdengar menyayat hati.

Naina menangis tersedu-sedu, dipeluknya dengan erat foto tersebut, sedangkan satu tangan yang lain terus memukul kepalanya.

Seperti sebuah rutinitas, terbangun di dini hari karena mimpi buruk lalu menangisi dibawah rasa penyesalan yang Naina yakini tidak akan ada ujungnya.

Pagi ini Naina sudah siap dengan kemeja hitam serta rok span putih. Outfit bekerjanya dan tak lupa mendempuli wajahnya dengan make up meskipun tidak dapat sepenuhnya menutupi mata sembab akibat menangis sampai tidak bisa tidur lagi.

"Pagi!"

Apes. Sepertinya Naina lupa berdo'a saat akan membuka pintu tadi.

Dihadapannya, berdiri seorang lelaki berjaket denim sembari melemparkan senyuman manis kearahnya. Sangat-sangat manis sampai memberikan efek mual jika terlalu dinikmati berlebihan.

Tanpa ingin menghiraukan kehadiran Samudera ---yang entah ada tujuan apa datang ke kediamannya setelah terang-terangan diusir--- Naina berjalan meninggalkannya dan menghampiri mobilnya yang terparkir di depan halaman kostan. Masih terdapat beberapa motor milik tetangga kostnya.

Dive With You (Revisi)Where stories live. Discover now