DIVE WITH YOU - Bagian 3

2.7K 347 6
                                    

(Klik vote sebelum membaca + berikan komentar)


•••••

"Kamu itu gimana, sih, Jun? Kakak 'kan udah bilang supaya gak kasih makan Orion yang aneh-aneh. Untung aja dia gak kenapa-napa. Gak bakalan lagi, deh, Kakak titip Orion ke kamu. Kapok!"

Naina melipat kedua lengannya didepan dada seraya menonton tayangan seorang adik yang sedang dimarahi oleh kakaknya habis-habisan dan menjadi pusat perhatian beberapa orang yang berlalu lalang.

Juna, lelaki itu hanya menunduk bak seekor kucing tercebur got, ketika kakaknya datang dengan tampang yang garang lalu menyemprotnya dengan omelan. Dan ini sudah menit ke-30 Naina menyaksikan wanita berambut pendek itu mencecar sang adik.

"Maaf, Kak. Gak lagi, deh, lain kali."

"Yakali mau di ulangin! Mau Kakak aduin ke Papa supaya kamu disunat dua kali? Kalo tau tau cucunya sampe dibuat sakit sama anak bungsunya, abis kamu. Kakak masih baik, ya, gak kasih tau Papa dan cuman bilang ke ayahnya Orion. Kesel banget Kakak sama kamu, Juna!" Celoteh wanita itu dan menghembuskan nafasnya dengan kasar.

Juna bergerak menjauh dari sang kakak, berhenti saat matanya berpapasan dengan Naina yang kini melempar senyuman ---seperti mengejek--- padanya.

"So ... gimana siraman rohani setengah jamnya, Bapak Arjuna? Sudah merasa mendapat cahaya?" Naina terkikik geli sembari menggeleng-gelengkan kepalanya dan hal itu berhasil membuat Juna mendengus sebal.

"Temenin saya ngopi!"

Kini, disinilah mereka berada sekarang, di sebuah kantin rumah sakit dengan masing-masing tangan memegang kopi dingin yang sebelumnya Naina pesan.
Pemandangan di kantin sore-sore itu adalah pilihan terbaik untuk menyegarkan otak setelah seharian sibuk berdebat dengan pikiran sendiri. Terlebih karena balkon yang sengaja tidak di batasi dinding, membuat angin bebas masuk ke dalam kantin.

"Makasih udah tolongin Orion, maaf saya udah marah-marah tadi. Sebenernya saya itu kesel sama diri saya sendiri, tapi endingnya malah lampiasin sama orang lain." Naina kembali mengarahkan pandangannya pada Juna yang tersenyum smirk.

Perempuan itu menggedikan kedua bahunya dengan bibir bawah tercebik. "Jelek juga, ya, sifat kamu yang satu itu. Ya, seenggaknya kamu tetep ngucapin makasih atas kerja keras saya, jadi saya terima permintaan maafnya." Naina meneguk kopinya penuh dengan kenikmatan.

Juna terkekeh pelan. "Saya akui untuk yang satu itu. Tapi, sebuah kebetulan lagi bukan? Kita ketemu lagi, terakhir itu berbulan-bulan yang lalu saat di puncak. You look so fine now," ucapnya seraya memperhatikan secara lekat wajah Naina yang terlihat jauh lebih segar.

Perempuan itu mengulum senyumnya. Ingin sekali dia berteriak dan mengatakan tidak ada yang berubah tentangnya. Semuanya masih sama ---masih begitu buruk untuk dia anggap baik-baik saja.

"Ya, seperti yang kamu lihat." Akhirnya hanya kata itu yang berhasil keluar.

Bukankah mereka tidak cukup dekat untuk berbicara lebih dalam?

"Bagus kalo gitu."

Keduanya kembali dilanda keheningan seraya menikmati kopi masing-masing, Naina sebelumnya tidak pernah mau diajak minum bersama orang asing, rasanya sedikit tidak nyaman saja dan pastinya akan dilanda kecanggungan. Tapi entah kenapa kali ini dia seolah sedang menjilat ludahnya sendiri, duduk berdua bersama Juna sembari meminum kopi, bahkan sebelumnya berbicara layaknya teman akrab. Padahal ini baru kali ketiga mereka mengobrol.

"Gue kerja sebagai model dibawah naungan agensi." Juna berbicara tiba-tiba, membuat kening Naina berkerut dalam.

"For your information aja, sih! Gakpapa 'kan kita ngobrol santai?" Lanjutnya diakhiri kekehan.

Dive With You (Revisi)Where stories live. Discover now