1. Wawancara Kerja

1.8K 207 17
                                    

Awalnya cerita ini berjudul The Secret. Sekarang diubah menjadi The Brighton's Secret

Baca lagi ya, Bestie, karena alur ceritanya diubah . Kenapa diubah? Supaya lebih greget dan yang sudah memplagiat cerita ini menjadi bingung menulis akhirnya. Toh, cerita ini kan belum tamat sebelumnya. Hehehe

By the way, anyway, busway, cerita ini bergenre Romance yang disajikan dengan sentuhan sedikit Psycological Thriller. Bagi pembaca yang tidak menyukai alur cerita berat dan rumit disarankan untuk tidak membaca cerita ini. 

Baca bab terbaru dan lebih banyak di KaryaKarsa. Terima kasih. 

=====

Jakarta, 2021

"Sudah pernah menjadi ART sebelumnya?" Pertanyaan bernada tegas terlontar dari mulut Elizabeth. Iris cokelat yang dibingkai bulu mata lentik dan tebalnya menilai Malia dari atas ke bawah. Tidak ada keramahan yang terpancar dari tatapan itu. Elizabeth duduk bertumpang kaki. Rok span pendek berwarna hijau yang dikenakan wanita itu mengekspos kaki langsing dan indahnya. Kedua tangan yang dia letakkan di atas tangan kursi membuatnya terlihat seperti seorang ratu yang sedang duduk di singgasana. Iya, dialah ratu keluarga Brighton.

Sementara itu, Malia mencoba untuk mengubur perasaan gugupnya dan duduk setenang mungkin di hadapan Elizabeth. Dia sempat mengagumi penampilan Elizabeth yang masih terlihat cantik dan awet muda meski Elizabeth sudah berumur. Namun, Malia segera menepis kekagumannya pada Elizabeth. Dia datang ke rumah keluarga Brighton untuk mendapatkan pekerjaan, bukan untuk mengagumi nyonya rumah itu.

"Belum pernah, Bu, tapi saya—"

"Jangan pernah memanggil saya ibu," potong Elizabeth, "saya bukan ibumu. Panggil saya Nyonya."

Sombong. Malia menelan ludah dengan susah payah. Dadanya bergemuruh oleh rasa kesal. Andaikan dia tidak membutuhkan pekerjaan, dia pasti sudah angkat kaki dari sana sejak pertama kali Elizabeth memandang rendah kepada dirinya.

"Baik, Nyonya." Malia meralat panggilannya pada Elizabeth sebelum menurunkan pandangan.

"Bagaimana kamu akan mengerjakan pekerjaan sebagai asisten rumah tangga di rumah ini sementara kamu belum pernah jadi ART?" Elizabeth bertanya dengan nada merendahkan.

Malia mengangkat kembali pandangannya. "Saya pernah menjadi room attendant di sebuah hotel. Saya yakin pekerjaan yang ditawarkan Nyonya, tidak jauh berbeda dengan pekerjaan saya dulu."

Bibir Elizabeth yang dipulas gincu merah menyunggingkan senyum sinis. "Kenapa kamu tidak melanjutkan pekerjaan kamu sebagai room attendant? Apa kamu dipecat setelah melakukan kesalahan saat bekerja?"

"Tidak, Nyonya. Saya berhenti bekerja karena ada pengurangan karyawan di hotel. Di masa pandemi ini, hotel tempat saya bekerja mengalami kebangkrutan. Dalam CV saya, saya menyertakan salinan paklaring dari hotel tempat saya bekerja dulu. Nyonya bisa melihat prestasi dan kontribusi saya untuk hotel tersebut." Malia menjelaskan dengan detail. Dalam hati dia ingin sekali mencekik Elizabeth. Hanya untuk mendapatkan pekerjaan sebagai asisten rumah tangga pengganti sementara, Elizabeth harus mencari seorang yang berpengalaman dengan latar pendidikan minimal SMA atau yang sederajat. ART jenis apa yang sebenarnya dicari wanita itu? Pikir Malia. Walaupun begitu, Malia bertekad mendapatkan pekerjaan tersebut karena gaji yang ditawarkan di iklan media cetak dan sosial begitu menggiurkan.

Penasaran dengan penjelasan Malia, Elizabeth mengambil kembali amplop cokelat besar yang berisi CV Malia dari atas meja. Selama beberapa menit, wanita Indonesia yang berlagak menjadi bangsawan Inggris itu meneliti isi CV Malia. Dia lalu memandangi dan menilai ekspresi di wajah Malia setelah menutup kembali amplop cokelat milik wanita muda itu.

The Brighton's SecretWhere stories live. Discover now