4. Apakah Aku?

580 124 8
                                    

"Alex, come back!" Perintah Darius dengan nada kesal.

Elizabeth memegang tangan Darius untuk menenangkan suaminya yang mendadak syok lantaran sikap Alex. Wanita itu lalu mengalihkan tatapan tajamnya pada Malia.

"Cepat simpan kuenya dan pergi dari sini!" titah Elizabeth.

Malia tersentak oleh perintah kasar Elizabeth. Pundaknya terangkat dan tangannya sedikit gemetar. Untung saja piring berisi makanan penutup yang dipegangnya tidak jatuh.

"B-baik, Nyonya." Malia asal meletakkan kue kering berlapis selai raspberry dan krim vanila itu di atas meja tanpa menimbang-nimbang posisi yang pantas untuk memajangnya. Reaksi Darius dan perintah Elizabeth membuatnya kebingungan. Ditambah reaksi Alex tadi, Malia semakin hilang akal. Wanita itu hanya bisa melongo.

Malia pun kembali ke dapur. Dia berdiri di dekat jendela sambil memandang kerlip riak kolam ikan yang diterpa embusan angin dan diterangi lampu taman. Apa yang terjadi di ruang makan tadi menciptakan tanda tanya besar di kepalanya.

"Sudah mengantar kuenya? Disimpan di tengah-tengah meja, 'kan?" Suara Mbok Bar menyentak Malia.

Malia berputar sembilan puluh derajat, berdiri di depan Mbok Bar. "Sudah, Mbok, tapi tidak ditaruh di tengah karena—"

Braaak! Suara daun pintu dapur yang membentur dinding memutus ucapan Malia. Tina masuk dengan baki berisi piring-piring bekas steak sapi dan gelas-gelas bertangkai bekas anggur. Dia menyimpannya di atas bak cuci piring.

"Makan malam yang kacau!" seru Tina.

"Ada apa toh, kok jadi kacau?" tanya Mbok Bar sambil melihat Tina dengan pandangan heran.

"Tanya sama dia apa yang terjadi." Tina menunjuk Malia dengan dagunya.

Mbok Bar menyatukan alisnya. Raut wajahnya memperlihatkan kuriositas yang tinggi ketika dia beralih melihat Malia. "Ada apa, Nduk?"

Malia menggeleng. Dia sama sekali tidak tahu kenapa reaksi Darius dan Alex di ruang makan tadi mendadak berubah saat melihatnya. "Saya tidak tahu, Mbok. Begitu saya masuk, Tuan Alex langsung memelototi saya. Aneh, bukan?"

"Yang benar, ah?" ketidakpercayaan tercetus dari mulut Mbok Bar selanjutnya.

"Iya, Mbok Bar." Tina menegaskan. "Waktu Malia masuk ke ruang makan, Tuan Alex langsung melotot kayak ngeliat setan."

"Hush, ngomong apa sih kamu. Gadis cantik begini kok dibilang setan," protes Mbok Bar.

"Ya, maksudnya bukan Malia yang jadi setan. Tuan Alex kayak melihat setan, hantu, gitu lho, Mbok." Tina memperjelas. "Aneh, Mbok. Padahal, sudah beberapa hari Tuan Alex dilayani Malia. Sekarang kok reaksinya kayak gitu?"

"Iya, Mbok," imbuh Malia, "saya juga tidak mengerti kenapa Tuan Alex bisa begitu."

"Oh, iya. Nyonya minta malam ini kamu jangan berkeliaran dulu di dalam rumah. Setelah mencuci piring sebaiknya kamu masuk ke kamarmu saja," saran Tina.

"Baik, Mbak. Kalau begitu, saya mau mencuci piring dulu." Malia segera menuju ke bak cuci piring. Dalam waktu singkat Malia telah menyelesaikan tugasnya mengembalikan piring-piring keramik kotor dan gelas-gelas kristal menjadi bersih kembali seperti sedia kala.

"Mbok Bar, Mbak Tina, saya ke kamar saya dulu ya." Malia berpamitan kepada kedua rekan kerjanya yang sedang menghabiskan sponge cake yang tidak disentuh sama sekali oleh anggota keluarga Brighton.

"Kamu nggak mau mencicipi kuenya?" tawar Tina.

"Nanti saja, Mbak. Saya sudah kenyang. Saya permisi ya, Mbak, Mbok." Malia berpamitan pada Mbok Bar dan Tina.

The Brighton's SecretWhere stories live. Discover now