8. Denting Peringatan

468 114 11
                                    

Di KaryaKarsa sudah Bab 35. Bisa dibaca juga di Innovel.

=====

Malia melebarkan mata di bawah air yang terus mengguyur tubuhnya dan juga Alex. Masih melekat di ingatan Malia hari Minggu pagi itu dia menyaksikan pertemuan diam-diam Alex dan Elizabeth di ruang makan. Tidak hanya pertemuan tersebut, Malia pun mendengarkan sendiri percakapan mereka tentang rencana pertemuan keduanya di hotel saat dia bersembunyi di bawah meja bar. Apakah Alex tahu kalau pagi itu dia bersembunyi di sana? Pertanyaan itu berdenyut di kepala Malia dan membuat dadanya berdebar dua kali lebih kencang.

Pelan-pelan Malia mensejajarkan pandangannya dengan Alex. Dia lalu menggeleng dengan kaku. "S-saya tidak tahu apa yang Tuan bicarakan."

Seringai terbit di bibir Alex dan sesaat kemudian pertanyaan bernada menekan terlontar dari pria itu. "Kamu bekerja untuk siapa?"

"Saya bekerja untuk Tuan," jawab Malia dengan polos. "Dan untuk keluarga di rumah ini," imbuhnya.

"Katakan, kamu bekerja untuk siapa? Media apa yang membayar kamu untuk memata-mataiku dan Elizabeth?"

Malia menggeleng. Alisnya mengernyit memikirkan pertanyaan Alex sementara otaknya sibuk mencari makna pertanyaan Alex. "Saya bekerja untuk keluarga ini. Saya tidak memata-matai Tuan dan Nyonya. Saya tidak berani."

Satu tangan Alex bergerak naik ke leher Malia lalu mencengkeram rahang gadis itu dan membuatnya menengadah. Malia hampir kehabisan napas ketika air dari pancuran langsung menyemprot persis ke atas wajahnya. Semampunya dia meronta. Namun, Alex justru semakin menghimpit tubuh Malia. Tidak ada lagi jarak. Tubuh keduanya melekat erat, bahkan lebih dari itu.

"Kalau kamu tidak mau mengatakannya, aku pastikan kamu tidak akan pernah bisa pulang dan akan membusuk di sini selamanya." Alex melayangkan ancamannya pada Malia sekali lagi tepat di telinga gadis itu.

"Aargh ...." Malia mengerang merasakan oksigen semakin menipis di dalam paru-parunya. Air yang masuk ke mulutnya membuat perutnya kembung dan mual. Meskipun tidak mencekik, tetapi Alex berhasil membuat Malia hampir mati karena sulit bernapas. Tangan Malia yang menggenggam erat bagian depan kemeja Alex terlepas. Dia tidak lagi mampu meronta. Tenaga yang tersisa hanya untuk bertahan dan bernapas.

Menyadari tubuh Malia melemah, Alex melepaskan cengkeramannya dari rahang Malia. Dia mundur dua langkah dan membiarkan Malia melorot jatuh terduduk sambil kedua tangannya memegangi rahang. Malia menangis tersedu-sedu. Selama ini dia hanya melihat berita di TV mengenai penganiayaan yang dialami ART. Malia tidak menduga dia akan mengalami sendiri aksi brutal sang majikan.

"Saya tidak bekerja untuk siapa pun selain untuk Tuan dan keluar-ga i-ni," jelas Malia dengan terbata-bata.

Kesangsian masih tergambar di wajah Alex. Pria itu hanya menatap Malia selama beberapa saat sampai kekhawatirannya pada kondisi fisik pelayannya tiba-tiba muncul. Alex mengerjap sambil menggelengkan kepala. Dia kemudian mengembus napas.

Sial! Aku bisa saja membunuhnya tadi. Penyesalan muncul dalam diri Alex. Tanpa dia sadari kedua tangannya gemetaran. Seolah-olah dihantam perasaan bersalah yang sangat besar, seluruh kekuatannya pun menghilang sampai dia ingin menjatuhkan diri dan memeluk Malia. Namun, perintah untuk mendominasi mengiang lagi di telinga Alex. Bujukan itu kian mengalahkan empatinya. Air muka yang terlihat melembut dan nyaris melankolis dalam hitungan detik kembali menjadi seangkuh gunung batu.

"Aku tahu kamu melihat dan mendengarkan semua pembicaraanku dengan Elizabeth di Minggu pagi itu," ungkap Alex.

Malia mengangkat wajahnya menatap Alex. "S-saya tahu, tapi saya tidak mengatakannya kepada siapa pun."

The Brighton's SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang