10. Kejutan Paling Tak Menyenangkan

426 107 11
                                    

Baca lebih banyak bab di KaryaKarsa.

❤🍒❤

Elizabeth menekan dada sambil menahan napas melihat Alex berlalu begitu saja. Dia baru bisa bernapas lega setelah pria itu benar-benar tak terjangkau lagi oleh pandangannya. Berpindah secepatnya ke ruang kerja adalah cara terbaik mendapatkan ketenangan. Elizabeth menutup rapat-rapat pintu ruang kerjanya lalu duduk di balik meja yang dipenuhi kertas-kertas sketsa rancangan busananya. Wanita paruh baya yang masih tampak cantik memesona itu segera menghubungi seseorang melalui ponselnya.

"Aku mau kamu mengawasi Alex. Apa pun yang dia kerjakan dan ke mana pun dia pergi, laporkan kepadaku," perintahnya pada seseorang di balik sambungan telepon. Setelah menutup panggilan itu, Elizabeth kemudian menghubungi Darius.

"Kamu tidak memercayai gosip itu kan, Sayang?" Waswas menyertai kalimat tanya yang dilontarkannya pada Darius yang berada ratusan kilometer darinya.

"Bukankah keluarga kita sudah sering digosipkan?" Embusan napas Darius merambat cepat melalui gelombang suara yang akhirnya menyapa telinga Elizabeth dan membuat wanita itu tertegun selama beberapa saat sebelum menjawab.

"Baiklah. Kapan kamu kembali?" tanya Elizabeth dengan suara pelan seolah-olah baru saja menyadari sesuatu yang salah.

"Dalam beberapa hari. Aku masih ada pekerjaan penting di sini."

"Oke. Aku akan menunggumu."

***

Sementara itu di dapur, Malia hampir kehilangan separuh konsentrasinya. Kedua tangannya yang dipenuhi busa sabun harus memegang erat-erat piring keramik yang sedang dicucinya agar tidak jatuh. Kejadian mengejutkan sekaligus memalukan bersama Alex tadi sungguh di luar dugaannya. Malia tidak percaya bahwa dirinya bisa menyerah sebegitu mudahnya pada sentuhan yang ditawarkan Alex, bahkan dia sempat melupakan tindak kekerasan yang Alex lakukan kepadanya. Malia mengerjap sambil bergidik. Bodoh.

"Kenapa berdigikkan begitu? Baru ngeliat hantu?" Mbok Bar ternyata memperhatikan Malia dari balik meja dapur sambil menaburkan bawang goreng ke atas nasi goreng yang baru saja dibuatnya.

Malia menoleh ke belakang ke arah Mbok Bar. Selama beberapa detik otaknya berputar mencari alasan palsu yang bisa menyembunyikan kenyataan. Akhirnya sebuah kebohongan pun terucap, "Nggak, Mbok. Perut saya tiba-tiba mual lagi."

"Makanya sarapan dulu. Nanti kamu sakit lambung kalau selalu menunda makan," saran Mbok Bar.

"Iya, Mbok."

"Sudah. Berhenti dulu mencucinya. Ayo, sini makan!" titah Mbok Bar.

"Iya, Mbok. Tanggung, satu lagi." Malia mengangkat piring dan memperlihatkannya pada Mbok Bar.

Setelah selesai mencuci semua peralatan kotor, Malia menghampiri Mbok Bar sambil membawa segelas air minum lalu duduk di seberang meja berhadapan dengannya. Untuk menghargai tawaran Mbok Bar, Malia menyedokkan nasi goreng buatan Mbok Bar dari dalam mangkuk saji ke piring yang sudah disediakan.

"Kok, makannya sedikit?" Mbok Bar melihat nasi goreng di piring Malia.

"Sedikit dulu, Mbok. Kalau kurang, gampang nambah." Semampunya Malia berpura-pura. Dia tidak bisa mengatakan kalau perutnya sudah diisi roti lapis yang seharusnya menjadi menu sarapan Alex.

"Ya, sudah. Kalau begitu, cepet dimakan."

Entah kenapa, Malia sangat menyukai aksen jawa yang selalu mengiringi ucapan Mbok Bar. Dia merasa begitu akrab dengan aksen tersebut. Bibir gadis itu kemudian menyunggingkan senyuman manis. Tidak ingin membuang waktu, Malia menyantap nasi goreng. Tanpa dia sadari, Mbok Bar tengah memperhatikannya dari seberang meja.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 01 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Brighton's SecretWhere stories live. Discover now