7. I Know What You Did Last Weekend

430 106 10
                                    

Di KaryaKarsa sudah hampir tamat.

=======

Siang itu Elizabeth pulang dengan raut wajah penuh kemarahan. Sengatan emosi mengubah kulit wajahnya yang secerah mutiara menjadi kemerahan. Langkahnya yang terdengar mantap menggema memecah kesunyian di setiap ruangan yang dia lewati hingga berakhir di ruang kerjanya.

"Tinaaa!" teriakan Elizabeth sesaat kemudian memacu kehadiran tergesa-gesa Tina ke hadapannya.

Sambil berjalan cepat dan dengan napas terengah-engah, Tina segera merespons. "Iya, Nyonya."

Dengan tubuh sedikit gemetaran, Tina berdiri sambil meremas tangannya sendiri beberapa meter di depan meja kerja Elizabeth. Pelayan bertubuh subur itu tampak panik.

"Kamu sudah mendengar gosipnya, 'kan?" Pertanyaan menuduh terlontar dari mulut Elizabeth.

Tina mengangguk lalu menurunkan pandangan. Wanita itu tidak berani menatap sang nyonya.

"Seberapa ramai gosip itu?" tanya Elizabeth.

Pelan-pelan dan disertai antisipasi penuh, Tina kembali memandang Elizabeth. "Cukup ramai, Nyonya. Di beberapa akun gosip di media sosial sampai beberapa tetangga di komplek perumahan ini membicarakannya."

"Kira-kira, siapa orang yang berani melakukan hal gila seperti ini?" Selidik Elizabeth lebih jauh.

Tina menggeleng. Bulu kuduknya meremang melihat tatapan Elizabeth yang seakan-akan sedang menelitinya. Kilat mata Elizabeth lebih tajam dari pisau dan terasa menusuk dadanya.

"Ada yang kamu curigai?" lanjut Elizabeth.

"Saya tidak berani berasumsi, Nyonya. Nyonya dan Tuan adalah pasangan yang sukses. Tidak hanya dalam berumah tangga, tetapi di dalam hal pekerjaan juga. Perusahaan yang dipegang Nyonya maju pesat, begitupun dengan perusahaan Tuan. Mungkinkah orang-orang yang iri dengan keberhasilan Nyonya dan Tuan yang melakukannya?"

Elizabeth mengangkat sebelah alisnya sebelum mengemukakan opininya sendiri. "Bisa jadi. Namun, penjahat berkelas akan menyingkirkan musuhnya dengan cara berkelas pula. Tidak dengan trik kampungan seperti ini."

"Iya, Nyonya."

"Kalau begitu pergilah. Jika Alex datang, beritahu dia aku menunggunya di sini."

"Baik, Nyonya." Tina lalu keluar dari ruang kerja Elizabeth.

Sekitar tiga puluh menit kemudian Alex tiba di sana. Di atas busa sofa yang lembut dan empuk, Alex duduk berseberangan dengan Elizabeth.

"What should we do?" Alex mencetuskan pertanyaan.

"Kita akan mencari tahu siapa pelaku penyebaran video kita di hotel."

"Jangan buang-buang waktu, aku sudah tahu siapa dia."

Mata Elizabeth melebar. Dia kemudian menarik punggungnya dari sandaran sofa. "Siapa?"

Alex mengambil ponsel dari saku jasnya, lalu memperlihatkan pada Elizabeth video rekaman CCTV yang dia dapatkan.

Elizabeth tercengang seketika. Wanita itu menutup bibir merahnya dengan tangan. Dia menelan ludah dengan susah payah setelah memastikan apa yang dilihatnya.

Alex kemudian bangkit dari duduknya. Air muka pria itu tampak masam dan dingin. Tatap sebiru safirnya menggelap oleh marah.

"Kamu mau ke mana?"

"Menghukum si pelaku supaya tak lagi bisa berkoar."

Elizabeth menggeleng dan melayangkan peringatannya. "Don't do it, Alex. Not now."

The Brighton's SecretWhere stories live. Discover now