2. Alexander Brighton

811 170 19
                                    

Di KaryaKarsa sudah hampir tamat. 

=======

Malia bergegas keluar dari kamar Alex dan seperti yang disarankan Tina, dia menanti kedatangan sang tuan muda dengan berdiri di depan pintu kamarnya. Suara entakkan sepatu terdengar semakin dekat. Malia tidak sabar ingin melihat wajah pria yang membuat Elizabeth kehilangan akal sehatnya sebagai ibu tiri. Hanya ketika suara langkah itu semakin menggema di telinga, Malia segera menunduk. Beberapa detik kemudian Malia melihat ujung sepatu kulit berwarna hitam dan mengkilat berhenti bergerak di depannya.

"Siapa kamu?" Alex bertanya dengan bahasa Indonesia yang cukup lancar dan fasih. Suara pria itu terdengar berat dan mengintimidasi.

Malia mengangkat wajah pelan-pelan sambil menduga-duga seperti apa rupa Alex yang sebenarnya. Selama ini dia hanya mengetahui wajah pria itu dari berita di media. Kamera bisa menipu, pikirnya.

Pandangan Malia menjelajahi sepatu, celana, sampai ke jas yang dikenakan Alex. Hingga wajahnya sedikit mendongak, Malia baru bisa melihat wajah Alex. Level ketampanan dan kecantikan seseorang memang relatif, tergantung siapa yang memandangnya. Namun, Alex terlihat berbeda dari foto-foto dan video singkat tentang dirinya yang beredar di media sosial. Alex yang sebenarnya jauh lebih tampan dan memesona. Mata sebiru safir yang dibingkai bulu mata lentik dan alis tebalnya tampak lebih bersinar ketika menatap heran pada Malia.

"Di mana Sutinah?" tanya Alex lagi dengan ketus.

Sutinah? Malia mengernyit. "Siapa Sutinah, Tuan?"

"Tina."

"Oh, ...." Malia mengangguk mengerti. Ternyata nama asli kepala ART itu Sutinah.

"Di mana dia?"

"Mbak Tina sepertinya masih ada di dapur, Tuan."

"Kamu siapa?" Alex melontarkan kembali kuriositasnya dengan nada ketus.

Seluruh anggota keluarga Brighton ternyata mahir bersikap arogan, cibir Malia dalam hati. "Saya Malia. Saya ART baru, Tuan."

Kali ini Alex yang mengamati Malia dan membuat wanita itu merasa tidak nyaman. Menyadari dirinya sedang menjadi objek kemelitan Alex, Malia segera bertransformasi berpura-pura tenang dan berusaha mengalihkan perhatian ahli waris keluarga Brighton itu. "A-ada yang bisa saya bantu, Tuan?"

"Panggil Tina ke sini."

"Baik, Tuan."

Malia segera pergi mencari Tina ke dapur, tapi dia tidak menemukan wanita itu. Dia hanya menemukan Mbok Bar, si juru masak. Dan berpijak pada keterangan Mbok Bar, Malia memberanikan diri untuk kembali ke ruang kerja Elizabeth demi mencari Tina. Rumah luas yang memiliki desain split level itu berhasil menguras tenaga Malia yang belum bisa mengingat letak setiap ruangan. Meskipun sudah dua kali salah masuk ruangan, Malia tetap gigih mencari ruang kerja Elizabeth sampai dia menemukannya.

"Ada apa?" Elizabeth bertanya dengan nada sedikit tinggi setelah mengizinkan Malia masuk ke ruangannya. Wanita itu jelas-jelas merasa terganggu oleh kehadiran Malia.

"Maaf, Nyonya. Saya mencari Mbak Tina. Tuan Alex meminta Mbak Tina menemuinya." Malia mencoba mengatur napasnya yang terengah-engah.

Elizabeth mendesah kesal. Sorot matanya kini terlihat sebengis raut wajahnya. Dia bangkit lalu berjalan mengitari meja.

"Kamu ikut saya."

"Mbak Tina bagaimana, Nyonya?"

"Kamu nggak usah ngurusin si Tina. Kalian punya tugas masing-masing."

"Tapi Tuan Alex—"

"Kalau Alexander Brighton tidak memintamu melakukan apa-apa, tapi dia malah memintamu memanggil pelayan lain, kamu dalam masalah."

The Brighton's SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang