01.

10.3K 449 11
                                    

Aku punya cerita baru!

Kalau kalian gak terima bodoamat😆 otakku udah terlanjur ngerangkai begitu banyak jenis dan jalan cerita🤭 aku udah nahan dari lama biar gak debutin cerita ceritaku ini🤧 tapi mau gimana lagi, aku gak tahan😖

Baca aja ya guys, kalau kalian ketemu sama cerita ini dan ngebaca puji syukur😂

Yang mau nunggu cerita ini sampai tamat, silahkan. Yang gak mau nunggu ya gak papa☺ aku gak bisa jamin nih cerita terselesaikan sampe tamat🙂 Author orangnya cepet bosen, doain aja aku tahan buat lanjutin sampe end🤧

UNTUK KALI INI AUTHOR HARAP KALIAN MANGGIL AUTHOR DENGAN NAMA R,Y. YA? YA? JAN ADA YANG INGKAR LOH🙄

Yang terakhir, jan lupa vote🌟

Happy reading🎮
👣👣

"Rus!"

Gadis yang merasa namanya di panggil menoleh, dia menaikkan satu alisnya penasaran tanpa memiliki niat untuk bersuara.

"Lo udah selesein pr dari bu Tias, belum?"

Anggukan malas gadis bernama Rusma itu lemparkan, sudah tahu apa yang akan temannya itu lontarkan selanjutnya.

"Pinjem."

Putaran bola mata malas adalah tanggapan pertama yang dilakukan Rusma sebelum meraih tas punggungnya dan memberikan buku tugasnya kepada temannya yang bernama Diana.

Diana adalah teman yang cukup dekat dengannya di sekolah ini, mereka selalu pergi ke kantin bahkan ke toilet bersama. Rusma bukan anak yang ansos, tetapi dirinya agak canggung bila selalu berdekatan dengan orang lain. Dia selalu merasa tidak seharusnya dirinya berbaur terlalu sering dengan orang banyak. Cukup beberapa saja, untuk yang lain Rusma jadikan hanya sebagai teman tegur sapa saja.

"Lain kali kerjain di rumah." Ujarnya yang tentu saja tidak akan pernah di dengarkan oleh Diana. Waktu gadis berkulit sawo matang itu sudah di renggut habis oleh voly.

Terkadang Rusma melihat cerminan salah satu sahabatnya di diri Diana. Mungkin karena itu juga dia jadi agak betah berteman lebih lama dengan gadis ini. Voly merupakan olahraga yang sangat di gemari sahabatnya Anjeli, obsesi Diana pada salah satu jenis olahraga itu selalu mengingatkannya pada Anjeli.

"Kalau sempat." Diana cengengesan, dia memasukkan buku tugas Rusma kedalam tasnya.

Mata pelajaran bu Tias, berada di urut jam terakhir. Jadi masih banyak waktu untuk Diana menyalinnya. Ada hal yang lebih penting yang harus dia katakan pada temannya hari ini juga.

"Gue ke kelas Andin dulu ya, Rus." Wajahnya terlihat serius kali ini, Rusma sebenarnya tidak penasaran apa yang membuat gadis humoris ini bisa menampilkan rawut serius seperti itu, namun gadis itu sendiri yang membocorkannya.

"Gue harus bilang ke Andin kalau jalan Manggala kayaknya bakal gak bisa di pake nanti. Otomatis lapangan Manggala gak bisa di pake buat tanding Voly, mungkin aja pertandingannya bakal di pending, atau mungkin juga pindah tempat." Celotehnya di sebelah Rusma, saat hendak berbelok memasuki kelas mereka, Diana kembali berujar. "Dadah... Gue ke kelas sebelas Mipa dulu ya!"

Rusma berdeham saja, dia masuk ke dalam kelas dan duduk di bangkunya yang berada di urutan tiga pojok kanan. Baru saja meletakkan tas, mejanya sudah di kerubungi oleh dua orang siswi yang memakai seragam ketat, makeup yang menempel di wajah keduanya menambah kesan dewasa pada diri mereka.

"Pinjem buku pr lo ya?" Siswi bernametag Naila memelas, diikuti siswi bernametag Rani di sebelahnya.

"Sama Diana." Rusma meraih ponsel ketika mendapat notifikasi dari benda pipih itu. "Dia pergi ke kelas Andin." Sambungnya dengan nada santai, tangannya bergerak mengetik pin ponselnya.

GAUN PENGANTIN ITU TAKDIRKU💘Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz