07.

4.2K 383 5
                                    

H A P P Y  R E A D I N G


ΦΦ

"Turunin gue!"

Rusma memberontak, dia menggerakkan kakinya secara acak dan memukuli punggung belakang Dzαkα brutal.

Para pelayan yang berlalu lalang langsung sigap membentuk barisan memanjang dan membungkukkan badan menyambut kedatangan tuan muda dan istri tuan mudanya yang tidak biasa.

"Dzαkα!"

Brak!

Pintu di banting cukup kuat. Cowok itu langsung melempar Rusma ke ranjang. Saat cewek itu berniat melarikan diri, Dzαkα langsung sigap menindih tubuh Rusma dan mengunci pergerakan cewek itu dengan menahan kedua tangan Rusma di atas kepala.

"Diam." Desis Dzαkα di depan bibir Rusma yang berjarak hanya satu inci dari bibirnya.

"Minggir!"

"Lo diam, baru gue lepasin."

Takut di macem macemin Dzαkα, Rusma akhirnya mengalah. Dia berhenti brontak dan menatap cowok itu. "Lepasin gue."

Dzαkα beranjak dari atas tubuh Rusma. Dia duduk di pinggir ranjang dan menatap tajam cewek berambut pirang yang masih tidur terlentang di atas ranjang.

"Gue gak ngizinin lo buat pergi tawuran dan gak akan pernah ngizinin lo buat kumpul kumpul lagi sama geng abal ab-"

"Gue gak suka sama orang yang ikut campur sama urusan pribadi gue!"

"Gue gak perduli. Yang terpenting gue gak akan biarin lo deket deket sama geng abal ab-"

"Vagos!" Rusma marah. Dia menatap tajam Dzaka, tidak terima jika cowok itu menyebut Vagos sebagai geng abal abal. "Lo gak berhak ngatur gue! Vagos itu udah kayak keluarga bagi gue. Vagoslah yang buat gue bertahan sampe sekarang! Gue gak perduli lo mau ngelarang gue apa enggak, yang terpenting gue gak bakal ninggalin Vagos."

Dzaka tetap memasang wajah datar, dia berdecih sesaat. "Tanpa sadar geng abal abal itu juga ngewaba pengaruh buruk buat lo."

"Pengaruh buruk apanya? Jangan seberangan kalo ngomong!"

"Banyak." Balas Dzaka kalem. Dia memutuskan untuk berdiri dan berjalan hendak masuk kedalam ruangan yang biasa dia pakai untuk bermain game. "Kalau aja lo memang benar benar pintar. Setidaknya lo sedikit sadar kalau Vagos banyak menimbulkan dampak negatif ke diri lo."

Brak.

Rusma bersedekap dada, mata gadis itu menatap tajam pada daun pintu kaca transparan yang baru saja di masuki oleh Dzaka.

"Setidaknya hanya mereka yang ada di sisi gue saat detik detik terburuk dalam hidup gue."

🎮💘🎮

"Jadi kita gimana? Lanjut apa enggak?"

Ira meraih tongkat besi yang memiliki tanda kepunyaan dari sahabatnya Rusma. Sayang sekali kini mereka tawuran tanpa peretas terhebat di Vagos.

Tatapan Maria berubah tajam, sebagai ketua Vagos dia harus siap menghadapi kemungkinan terburuk seperti ini.

"Lanjut," Perempuan itu mengenakan helmnya dan naik ke atas motor sport hitam miliknya. "Kita gak punya waktu banyak, baik tanpa adanya Rusma kita bakal tetap pergi."

GAUN PENGANTIN ITU TAKDIRKU💘Where stories live. Discover now