10.

4.2K 386 154
                                    

Maaf banget udah jarang updet, aku lagi sakit.

Gak tau sakit apa, berat badan aku turun drastis entah kenapa') wajar gak sih bb 35 tinggi badan 153? Padahal dah 18 thn😢

Pas di cek, ternyata divonis alergi dingin'( apa itu berbahaya?

Happy reading><

Suara bising para siswi di pelataran sekolah membuat kepala Rusma pusing. Dia menepi ke pinggir lapangan sembari memegang kepalanya yang berdenyut sakit. Hidup memang merepotkan, dia lelah menjalani hari harinya yang semerepotkan ini.

"Gimana Rus? Udah selesai?"

Suara seorang gadis menyadarkan Rusma dari lamunannya, dia menoleh dan menemukan Olivia dan Astrid sedang berdiri dengan santai di sebelahnya.

"Rekomendasi yang lo pilihin enggak banget ya." Dia menyidir halus. "Gue ganti semua nama nama suporter yang bakal ikut."

Olivia mengerutkan alis. "Loh kok gitu? Gak inget apa kata guru kepala? Semuanya punya kesempatan masing masing buat jadi suporter?" Gadis itu meraih dua lembar kertas yang di sodorkan Rusma padanya.

Astrid mengambil satu lembar dan membacanya. "Inikan nama nama siswi yang udah pernah ikut." Komentar Astrid yang sedang fokus membaca.

"Sisa siswi yang lo kasih ke gue gak memenuhi kriteria." Ujar Rusma dengan santai. "Kalau lo ada masalah sama list nama itu, lo rombak sendiri."

"Plislah lombanya bentar lagi. Gada waktu buat ngerombak, lagian jadwal gue sibuk banget."

Rusma mengerutkan alis. "Lo pikir gue juga gak sibuk? Gue udah absen latihan tari dua kali. Tapi gue masih bisa bela belain buatin list nama itu."

Astrid hanya diam saja, dia tidak berani bersuara karena dia akui posisinya saat ini memang sangatlah bersalah. Kesibukannya didunia modeling membuatnya lalai dalam tugas yang seharusnya dia laksanakan dan pertanggung jawabkan.

"Siapa suruh lo malah cepet cepet nikah, baru umur enam belas tahun tapi udah maksa buat berumah tangga." Olivia berujar sewot, terlihat sekali emosi gadis itu sedang tidak terkendali.

Alis Rusma mengerut, agak tidak mengerti dengan sifat Olivia yang baru saja dilihatnya. "Bukannya kemaren kemaren lo fine, fine aja? Kok sekarang jadi sewot?"

Olivia berdecak, dia mengibaskan kertas yang berisi list nama yang sudah dibuatkan oleh Rusma.

"Awalnya gue gak merasa terganggu dengan status lo yang udah nikah. Tapi ya, gue gak memperkirakan kinerja lo bakal berkurang setelah menikah." Olivia meremukkan kertas yang berisikan list nama siswi yang akan ikut menjadi suporter. "Gue gak mau kena amukan guru kepala. Ayo, Astrid. Buang aja tuh kertas yang ada di tangan lo."

"Sekalian buangin juga yang ini." Titah Olivia setelah melempar gumpalan kertas itu pada Astrid dan di tangkap dengan baik oleh gadis itu.

Rusma memutar bola matanya dengan malas. "Buang aja, gue gak masalah. Seenggaknya lo gak ngebebani gue lagi." Ujarnya tanpa merasa tersinggung.

"Oh iya." Gadis berambut pirang itu semakin mendekatkan diri pada Olivia. "Gue gak suka lo ngomentari hidup gue seakan akan hidup lo udah sempurna banget."

"Gue tahu cacat keluarga lo ada di bagian mana." Lanjutnya menepuk bahu Olivia dengan santai.

Sementara Olivia terdiam mematung dengan tangan yang memgepal kuat. Mata gadis itu memanas menatap tajam pada Rusma.

"Papi lo dan-"

"Stop it." Bisik lirih ketua osis SMA KP itu penuh penekanan.

Rusma bersedekap dada dengan satu alis yang terangkat menantang.

"Liv." Astrid menarik tangan Olivia menjauhi Rusma, takut hal yang dia pikirkan akan terjadi sebentar lagi.

"Surat pengunduran diri gue dari osis besok pagi bakal gue anter."

"Rus!"

Astrid tidak percaya Rusma semudah itu untuk mengatakan kalimat demikian. Ayolah, untuk masuk menjadi anggota osis di SMA KP tidaklah mudah. Begitu banyak tes dan tantangan yang di berikan sebelum menjadi anggota osis. Terlebih posisi Rusma di osis bukan main main, perempuan berambut pirang itu adalah sekretaris utama di organisasi siswa itu. Sekretaris yang di pilihkan secara langsung oleh guru kepala.

"Gue udah muak jadi babu kalian. Sekarang gue udah mulai sibuk, takutnya gue gak bisa ngejalanin tugas dengan baik, kayak kejadian tadi contohnya. Kinerja gue gak sebaik dulu setelah menikah, bukan begitu bu ketos? Mending gue fokus untuk ngelayanin suami gue aja."

"Hmm."

Mata Rusma membulat, dia memicing tak percaya ketika matanya menangkap keberadaan Astro. Walaupun begitu, Rusma lebih terkejut saat mendengar suara hantu itu untuk pertama kalinya. Suara berat dan serak serak basah itu membuat jantungnya hampir pindah ke usus.

😏😏😏

"Astro, lo gak cepukan?"

Kini kesadaran Rusma kembali seutuhnya, dia membawa Astro ke belakang sekolah untuk membicarakan kesalahan mulutnya tadi yang asal bicara.

"Lo tahu gue gak ada maksud buat kata kata gue jadi kenyataan. Berharappun gue amit amit keknya, pernikahan gue paksaan asal lo tahu. Gue ngomong gitu buat manas manasin si cabe aja." Rusma menjelaskan dengan sungguh sungguh, takut sekali Astro akan memberitahu ucapannya tadi pada Dzaka.

Namun, bukannya membalas ucapan Rusma. Astro hanya diam dengan wajah datarnya, tapi jika dilihat dengan teliti ada gurat kecewa dimata hantu tampan tersebut. Apa Rusma telah melakukan kesalahan pada Astro? Apakah ada kata katanya tadi yang menyinggungnya? Gadis berambut pirang itu malah panik sendiri.

"Lu gak cepukan As?" Rusma ingin menyentuh lengan Astro, sadar bahwa dia tidak dapat menyentuh Astro dia kembali menarik tangannya.

"Astro?"

Rusma melambai lambai di depan Astro yang hanya diam dengan wajah datar. Lelah sendiri mengajak Astro berinteraksi, gadis itu lebih memilih membuka tasnya dan meraih sebuah novel yang sengaja dia bawa kesekolah untuk mengisi waktu luang.

"Dasar bisu." Umpatnya sebal.

Lebih baik dia masuk ke kelas dan membaca novel sembari menunggu bel masuk berbunyi.

🌹🌺🌹

Sementara disisi lain, seorang pemuda tampak meremas pulpen yang ada di tangannya dengan kuat. Wajahnya terlihat buruk dan merasa tidak terima akan sesuatu.

"Dzaka!"

Pemuda itu menoleh sekilas saat ada yang memanggil namanya. Ketika tahu siapa yang memanggil, dia langsung mendengus dan beranjak menjauh dari tempatnya tadi setelah membawa buku serta pulpen yang sedang dia pegang.

"Tunggu dulu ih!"

Tangannya di tarik sehingga buku dan pulpen yang Dzaka pegang terjatuh ke lantai, menarik atensi para siswa siswi yang sedang berlalu lalang di sekitaran gazebo.

"Gak ada habis habisnya si Jane ngedeketin si Dzaka. Padahal dia udah tahu Dzaka udah punya bini."

"Kok gue yang malu yah? Padahal dia udah di tolak berkali kali sama Dzaka."

"Singkirin tangan lo dari gue." Dzaka menghempas tangan gadis berambut di kucir dua itu begitu saja.

"Padahal gue udah ngejar lo dari lama Zaka. Apa lo gak bisa ngasih hati lo ke gue sedikit aja." Jane berujar sendu.

🐷
Emot diatas untuk kalian lov:v

Sorry lama updet, kesehatan gue agak keganggu😥

Bye.







GAUN PENGANTIN ITU TAKDIRKU💘जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें