| 40 | SEGELAS KEHANGATAN

40 2 0
                                    

[ A R A N D R A ]

"Orang kaya bisa membeli apapun, kecuali waktu, sahabat, dan kehangatan." —Arana dan teman-teman.

40. SEGELAS KEHANGATAN

Apartemen Grevan sangat ramai malam ini. Suara tawa menguar dari berbagai sudut ruangan. Ditemani gelas-gelas berisi cokelat hangat untuk para cewek dan kopi hitam untuk para cowok. Ada martabak telur dan beberapa camilan lain juga untuk pelengkap.

"Curang lo! Mana bisa gitu, anjir!" protes Jonathan tak terima.

"Ya bisa lah," balas Arjun sambil tertawa. Merasa menang.

Sementara itu, tangan keduanya sibuk menjalankan stik play station. Dengan mata yang fokus mengarah ke layar.

"YESS MENANG!" Grevan berseru di sisi lain sambil mengangkat ponselnya tinggi-tinggi.

Kemudian, tawa Raya menyambut. Diakhiri dengan gerakan mengambil potongan kripik kentang dan mengunyahnya.

"Noob banget lawan kita. Baru pernah main ML kali ya," balas Raya.

"Iya nggak asik, kurang menantang," timpal Grevan. "Lagi nggak nih? Push rank."

"Udah, ah. Capek gue," jawab Raya. Grevan pun mengangguk dan ikut mematikan ponselnya, meletakkannya di samping ponsel Raya.

"Em ... boleh liat nggak?" tanya Raya.

"Liat apa?"

Raya melirik ponsel Grevan yang polos tanpa casing. "Hp lo."

Grevan mengambilnya dan langsung memberikannya pada Raya. "Mau buat apa emangnya?"

"Liat-liat aja, sih," jawab Raya. Ia menekan tombol power dan harus memasukan pola.

Peka dengan hal itu, Grevan menempelkan jari telunjuknya ke tempat sidik jari. Membuat ponselnya langsung terbuka. "Nggak ada apa-apa."

Baru selesai berkata seperti itu, Raya menampilkan raut cemberut. "Kok lo masih nyimpen foto mantan sih?"

Di antara keramaian apartemen Grevan, hanya Arana seorang yang menyendiri di balkon. Tadinya ia mengobrol dengan Renata dan Fancy di sudut ruangan, tapi ia menjauh. Pikirannya tidak sinkron dan seringkali tidak nyambung saat diajak bicara.

Pikirannya semrawut. Perasaannya tidak karuan.

Ia menyandarkan tubuh ke pembatas balkon. Kedua tangannya menggantung ke bawah, kepala dan seluruh badan dilemaskan.

Arana sedang berpikir mengenai tindakannya. Apakah tindakannya salah? Atau justru malah benar?

Tadi, setelah ciuman itu, ia langsung pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Harusnya dia ngejar gue," lirih Arana. "Bego banget sih dia, gue kan malu."

Memikirkan cowok itu, Arana jadi teringat dengan kontaknya yang masih ia blokir. Ia pun mengeluarkan ponsel hitamnya dari dalam saku dan memandangi layar.

"Kalo di drakor, ciuman kan berarti jadian. Masa gue blokir pacar gue sendiri," batinnya dalam hati. "Tapi ini kan Indonesia? Orang Indonesia kalo jadian biasanya gimana sih?"

𝐀𝐑𝐀𝐍𝐃𝐑𝐀 (End)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ