| 48 | KOTA TUA

36 3 0
                                    

[ A R A N D R A ]

"Seperti laut ... pasang surut akan selalu ada. Tapi, air laut tidak pernah berubah rasa." — Candra

48. KOTA TUA

Arana membuka pintu utama menggunakan satu tangan, tangan kanannya. Ia melangkah menuju satu set kursi dan meja di taman depan rumah, lalu meletakkan sepiring brownies dengan keju melimpah di atasnya.

Itu brownies kloter kedua. Yang pertama tadi sudah habis dimakan bersama Arjun dan Fancy. Karena rasanya enak dan bahan-bahan juga masih banyak, Arana membuatnya lagi sendiri setelah Fancy tidur.

Teringat sesuatu, gadis itu kembali masuk ke dalam rumah dan keluar lagi dua menit kemudian dengan sepasang minuman kaleng berwarna hijau. Di minuman itu ada gambar lemonnya, masih dingin, dan pasti akan terasa menyegarkan.

Kemudian, Arana melangkah menuju gerbang rumah yang menjulang tinggi. Di perjalanan menuju gerbang, ia merapatkan cardigan tebal berwarna lilac-nya. Udara malam ini terasa sangat dingin.

"Sorry lama," ucap Arana dengan santai menyambut seorang lelaki yang masih bertengger di atas motor besarnya.

Lelaki itu hanya mendengus sebal. Terhitung sudah lebih dari tiga puluh menit yang lalu ia mengabari Arana kalau ia sudah sampai, tapi baru sekarang dibukakan gerbang.

Tak menunggu lama, lelaki itu membawa motornya memasuki pekarangan rumah dan parkir sesuka hatinya.

Sementara itu, Arana sudah duduk di kursi taman yang dibuat dari cor-coran yang menyerupai batu. Kaki mejanya juga sama, bedanya di atasnya diberi kayu tebal yang dibuat mengkilap.

Candra menyusul Arana, duduk di seberang gadis itu bersamaan dengan meletakkan kantong kresek berisi sekotak martabak asin. Arana langsung mengeluarkan martabak itu dan membuka kotaknya, membuat aroma martabak langsung menguar memenuhi indra penciuman.

Arana mengambilnya satu potong dan memasukkannya ke dalam mulut, mengunyahnya. "Gue juga tadi bikinin lo brownies cokelat," ucapnya setelah menelan kunyahannya.

Candra mengambil satu potong brownies sambil berkata, "Thanks."

Arana mengangguk dengan canggung.

Setelah itu, suasana berubah menjadi senyap. Mereka berdua saling diam. Hanya memakan brownies dan martabak sembari saling melirik sesekali.

Saat Candra hendak minum, ia juga membukakan penutup kaleng untuk Arana dan menyerahkannya pada gadis itu tanpa berkata apa-apa. Benar-benar sangat canggung.

"Gue minta maaf," ucap Candra.

"Kenapa?"

"Karena lo kayaknya nggak ada tanda-tanda mau minta maaf duluan," jawab Candra diakhiri dengan terkekeh.

Arana jadi ikutan tertawa kecil. Membuat suasana berangsur-angsur mencair.

"Gue juga minta maaf, ya, buat yang di pesawat. Sumpah, gue udah ngerusak moment banget waktu itu," ucap Arana terdengar tulus. "Dan by the way, Arjun udah tahu."

"Gue udah nebak. Kalo dia belum tahu, nggak mungkin lo minta gue buat ke sini," sahut Candra.

Arana mengangguk sambil tersenyum tipis. "Ya gitu lah .... Tapi dia nggak marah kok. Cuma katanya, kalo lo nyakitin gue lagi, dia bakal hajar lo sampe bonyok."

𝐀𝐑𝐀𝐍𝐃𝐑𝐀 (End)Where stories live. Discover now