| 46 | FITTING GAUN

38 2 0
                                    

[ A R A N D R A ]

"Bahwa pernikahan bukan hanya mengubah status, tapi juga menyatukan dua hati, dua dunia, dan dua keluarga." —Arjun

46. FITTING GAUN

Fancy menghela napas panjang. Sementara itu, Arjun yang duduk di kursi kemudi mobil mengusap wajah dengan kasar. Keduanya merasa gusar dan sangat gelisah.

Sang Mami mengusap bahu putra satu-satunya dari kursi belakang. Ia memberikan senyum meneduhkan ketika Arjun menoleh ke arahnya. Semua orang tahu, seburuk apapun keadaan akan terasa baik-baik saja selagi kita masih bisa melihat senyum orang tua.

"Kamu pasti bisa," lirih Lana. "Apapun yang terjadi, ini tanggung jawab kamu."

"Tanggung jawab kami berdua, Mi. Di sini bukan cuma Arjun yang berdosa," sahut Fancy. Ia meletakkan telapak tangannya di atas punggung tangan Lana. Sama-sama memegang bahu Arjun.

Sedangkan Arana hanya menyaksikan hal itu dalam diam. Ia juga merasakan atmosfer yang tegang di dalam mobil itu.

Tak lama kemudian, Arjun membuka pintu mobil. "Ayo, Cy. Mami sama Arana tunggu di mobil aja ya," ucapnya sebelum keluar.

Arana dan Lana mengangguk bersamaan. Fancy keluar dari mobil dan segera menghampiri Arjun. Keduanya pun melangkah menuju pintu utama rumah Fancy yang besar bagaikan istana.

Mobil berada di luar gerbang. Pasangan itu berjalan beriringan memasuki pekarangan rumah yang dipenuhi berbagai jenis bunga. Harum sekali baunya. Di sudut juga ada baliho yang cukup besar untuk bersantai. Di depan baliho itu terdapat air mancur dengan ikan warna-warni yang harganya jutaan.

"Kamu deg-degan?" tanya Fancy. Arjun mengangguk. "Aku juga."

"Kira-kira kita bakal diusir atau direstuin?" Sekarang gantian Arjun yang bertanya.

"Aku nggak bisa jawab," ucap Fancy yang membuat Arjun menghela napas. Karena sejujurnya Fancy tidak terlalu paham karakter orang tuanya. Ia tidak cukup dekat. Apalagi dengan Papanya.

Sampai di depan pintu utama yang bercat putih, Fancy menekan bel dua kali. Mengingat sekarang adalah hari Minggu, seharusnya Mama dan Papanya sedang berada di rumah. Sang kakak—Feron juga biasanya ada di rumah saat hari Minggu.

Selang satu menit, Fancy hendak menekan bel lagi. Tapi gerakannya terhenti karena pintu tiba-tiba dibuka dari dalam. Muncullah Avira—Mamanya yang memakai setelan piyama berwarna biru muda.

Wajah terkejut Avira sangat terlihat jelas. Matanya sedikit melotot dan mulutnya terbuka. Ia tidak menyangka kalau Fancy pulang ke rumah bersama Arjun yang menggenggam tangannya.

"Ma ...," panggil Fancy dengan suara lirih.

Fancy menjabat tangan Avira dan mencium punggung tangannya. Diikuti dengan Arjun yang melakukan hal yang sama.

"Kamu ngapain, Cy? Ada Papa di rumah," tanya Avira seraya menutup pintu di belakangnya.

"Justru itu, Ma. Fancy sama Arjun mau ngomong sama Papa sekali lagi," ucap Fancy. Selain itu, ia juga sangat merindukan Mamanya. Sejak terakhir kali ia ke sini, ia hanya bertukar pesan dengan Mamanya. Itu pun tidak sering.

𝐀𝐑𝐀𝐍𝐃𝐑𝐀 (End)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ