1

666 77 10
                                    

Onna?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Onna?

•••


Kesalahan.
Segalanya menjadi kacau seakan sang pencipta selalu menikmati hiburan atas kendali diri yang semakin buruk, sedangkan aku hanya bisa menitihkan air mata dalam angan.

Kali ini entah apa lagi yang harus kulakukan untuk menghindari kesialan.

Pikiran berkecambuk, bulu kuduk meremang tanda merinding, dan aku yang bergeming menyaksikan pemandangan pertumpahan darah seolah mendapatkan tiket VIP syuting film bergenre aksi.

Tidak. Itu hanya imajinasiku yang berlebihan.

Berjarak 4 meter dari hadapanku dua orang anggota geng penguasa Shinjuku tengah beradu fisik. Agaknya mereka tengah merundungi anak geng lain yang melewati teritorial mereka entah secara sadar maupun tak sadar. Geng tersebut sangat terkenal, bahkan untuk seorang karakter sampingan seperti ku saja mengetahuinya.

Termasuk dua orang itu.

Kebetulan yang tidak menyenangkan membuatku berada di kelas yang sama dengan mereka selama 2 tahun lamanya. Tetapi, keberuntungan yang menyenangkan membuatku tidak pernah berurusan dengan mereka selama 2 tahun belakangan.

Memang patut diapresiasikan, tetapi tidak untuk saat ini.

Mengapa aku bisa berakhir menjadi saksi perkelahian mereka?! Ini gawat! Aku harus segera lari kemudian bertingkah seolah angin yang lewat, namun kedua kaki seketika tertahan gravitasi. Apakah setelah ini akan ada teori terbaru untuk menambah buku fisika ku? Baik, mari kita tepis pemikiran tidak masuk akal tadi.

Dengan menutup mata lalu menarik napas tidak lupa membuangnya lagi akhirnya kaki bisa kembali bergerak. Aku pun segera putar balik untuk memasang start berdiri.

"Wah wah, ada seekor kelinci tersesat."

Hih! Tubuhku menegang. Sangat diyakini bahwa orang tadi merupakan salah satu dari teman sekelasku. Lantas, apa yang perlu kukhawatirkan? Tentu saja karena mereka adalah anggota geng Black Dragon yang terkenal kejam!

Ya Tuhan semoga saja aku tidak dijadikan sate oleh mereka. Desas-desusnya, mereka tak segan menjadikan korban mereka sate dengan tulang mereka sendiri.

Kowai yo!

Terlampau banyak kabut ketakutan yang menyelimuti diri, membuatku menulikan sekitar. Rasanya mau pura-pura mati saja.

"Onna?"

DIA MEMANGGILKU! Apa yang harus kulakukan Kami-sama!? Aku mulai mamaksakan otak untuk memikirkan rencana.

Ketika langkah kaki terdengar, sontak aku jongkok lalu menutup wajah menggunakan telapak tangan dengan rapat. Perlu diingatkan, ini reaksi spontan setelah kakiku terasa meleleh bagai jelly. Rasanya akan lebih nyaman bila meringkuk dalam kotatsu ditengah musim panas saja!

Rencana yang terpikirkan hanyalah satu. Yaitu merengek guna meyakinkan mereka bahwa aku hanyalah seekor kelinci dengan daging alot.

"Kumohon, jangan jadikan aku sate. Dagingku sangat alot dan tidak sedap dimakan!" Biarkan saja harga diriku menurun asalkan jiwa masih menempel pada raga yang utuh.

Beberapa menit berlalu dan yang kudengar hanya keheningan.

Are?

Mereka tidak membunuhku? Apakah itu berarti mereka mempercayai ucapanku lalu membebaskanku? Dan sekarang mereka sudah pergi karena tidak tertarik dengan dagingku? Arigatou Kami-sama! Setelah ini aku akan mengunjungi kuil untuk memberimu koin!

Aku menurunkan telapak tangan yang tadinya menutupi wajah lalu membuka kelopak mata secara perlahan hingga cahaya silau menusuk kornea.

"Apa yang kau lakukan?"

KENAPA SAAT INI MEREKA BERDUA MALAH BERADA DI HADAPANKU?

Aku menganga terlampau terkejut. Ide untuk pura-pura mati kembali terlintas dibenak. Figur 2 lelaki tampan menyambut pengelihatan. Salah satu dari mereka menjulurkan lidah seolah mengejek membuat gadis tak berdaya ini lemas.

Setetes air mata sudah menumpuk di sudut mata. Aku mulai merapalkan doa serta kata-kata terakhir dalam benak.

Ibu semoga kau segera mencari duda kaya raya dan meninggalkan ayah yang tidak berguna.

Ayah setidaknya bertobatlah sebelum Tuhan juga menjemputmu.

Aku meringis, ada yang bisa kusyukuri dari akhir hayat ini. Aku masih diizinkan untuk melihat lelaki tampan.

Satu lagi! Aku menginginkan satu hal darimu Kami-sama. Kuharap kau akan mengabulkannya.

Semoga saja aku ditempatkan di isekai lalu membangun haremku sendiri.

.

.

.

Pada akhirnya aku lebih memilih untuk pura-pura mati.


****

Pythagoras | Kokonoi x Reader x InuiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang