9

344 59 5
                                    


Bertengkar

•••

"Kau menghindariku." Inui menahan lenganku yang hendak pergi darinya.

Aku tidak mengerti mengapa keadaannya menjadi seperti ini. Tepat seminggu sejak hari itu aku mencoba menghindarinya, akhirnya Inui-san membuka suara.

Bodohnya, aku belum mempersiapkan diri untuk menangani hal ini.

"Hanya perasaanmu saja, Inui-san." Aku membalas sambil mengalihkan pandangan. Lagi.

Aku mendengar helaan napas panjang keluar darinya.

"Kau terus mengalihkan padanganmu dariku sejak malam tahun baru itu. Apakah kau risih setelah pengakuanku?"

Aku menggeleng dengan cepat.

"Itu tidak benar. Hanya saja aku ...."

Aku sendiri tidak mengerti.

"Maafkan aku Inui-san. Aku terlampau labil dengan perasaanku sendiri. Seharusnya aku tidak menyikapi hal itu dengan bersikap kekanakan. Memang benar, aku sangat bodoh untuk menyanggupi hal sekecil apapun."

Rasanya aku ingin menangis saja.

Ia memegang bahuku dengan lembut, membawa mata ini menatap matanya yang serius.

"Kau tidak salah. Aku yang salah karena berkata demikian secara tiba-tiba. Hanya saja, aku ingin mengakui perasaan yang terus mengganggu ku bila terus ku pendam. Gomenne [Name]-chan karena sudah bersikap egois." Inui tersenyum di akhir kalimatnya.

Gawat! ini serangan langsung. Pertahanan garis depan sudah hancur tak terbendung hingga mengirimkan impuls berupa gelitikan serta debaran hebat di jantung.

"T-tidak masalah Seishu-kun, ah maaf maksudku Inui-kun."

"Tidak apa-apa. Panggil namaku senyamanmu saja [Name]-chan."

"B-baiklah Seishu-kun."

Aku tersenyum malu-malu.

"Ekhem."

"Tidak ada peraturan yang mengizinkan kalian berlagak romantis di koridor sekolah."

Celetukan seseorang membuatku salah tingkah.

Di sisi lain, Inui tampak kesal.

"Tidak ada peraturan yang melarang. Kami bebas melakukan apapun, tuh."

Kenapa sekarang aku merasakan aura tidak menyenangkan dari dua orang ini?

Koko membalas Inui dengan tatapan sinis juga. "Lantas, kau ingin berciuman dengannya di sini hingga ditonton semua orang, begitu?"

Huh? Apa-apaan ini?

"Koko kau berlebihan," balas Inui.

"Oh ya? Bukankah itu masih biasa untuk seukuran anak SMA? Ku pikir kau tidak akan segan untuk segera menggunakan tubuh-"

Bugh
Tinjuan mendarat di bawah Koko. Tak memberi kesempatan, Inui langsung melayangkan beberapa tinjuan lagi pada lelaki itu.

Tidak terima, Koko juga membalasnya.

Kedua lelaki itu saling melayangkan serangan dan mengabaikanku yang sudah keringat dingin ketakutan.

Bukankah seharusnya aku yang marah karena Koko berkata seolah melecehkanku?

Aku berusaha memisahkan mereka. "Kalian berdua! Hentikan itu sekarang juga!"

"Bodoh, ini masih di lingkungan sekolah!"

"Dengarkan aku! Jika tidak kalian hentikan sekarang juga, aku akan memanggil guru ke sini!"

Tetapi mengapa tidak ada seorang pun yang tiba untuk membantuku?

Sialan, lama-kelamaan kesabaranku habis.

Aku menendang punggung Koko hingga lelaki itu terjatuh ke lantai menimpah Inui yang tepat di hadapannya.

"Aku tidak mengerti dengan kalian, terutama denganmu Koko! Aku tidak pernah mengizinkan siapapun untuk menciumku termasuk kata-kata yang tadi akan kau ucapkan. Apakah kau sadar? Kau sudah melecehkanku sialan!"

Aku membungkukkan badan. "Aku berterima kasih padamu karena sudah membelaku, Inui-san. Tetapi maaf, temanmu berhasil melukai perasaanku hingga aku tidak sanggup menatap kalian berdua lagi!"

Tak tertahankan sudah, air mata mengalir dengan deras membasahi pipi.

Sebelum benar-benar berlari dari mereka. Sekali lagi aku menendang kaki Koko hingga terdengar ringisan darinya.

Kali ini perasaanku sangat terlukai.




***

Pythagoras | Kokonoi x Reader x InuiМесто, где живут истории. Откройте их для себя