10

384 58 21
                                    


Memilih

•••

Untuk kedua kalinya seumur hidupku, aku membolos sekolah.

Tidak terlalu memikirkannya lagi, sebab aku terus berlarian keluar sekolah dengan arah tak menentu sembari menghapus air mata yang terus mengalir.

Mengapa aku jadi cengeng?

Napas terengah-engah barulah aku berhenti berlari. Rupanya aku berada di tengah jalan raya.

Tintin!

Tidak sempat! Berjuta-juta kali aku merutuki kebodohanku dan sekarang masa bodohku akan berakhir konyol akibat tertabrak truk yang melaju kencang.

Ha ... isekai aku datang.

Bugh
Aku memejamkan mata ketika sesuatu mendekapku hingga tubuh kami berguling-guling.

Menyakitkan.

"Bodoh! Apa yang kau lakukan, hah? Bunuh diri?!"

"Aku tahu kau bodoh, tapi aku tidak mengerti mengapa kau sebodoh ini!!"

Ugh dia sangat berisik. Aku sedang mengelus kepala setelah terbentur tanah. Bagaimana jika aku bertambah bodoh?

Agaknya ia menjadi khawatir, ia mengelus kepalaku lalu mengecek apakah ada luka lainnya padaku.

"Aku tidak apa-apa," sahutku untuk menenangkannya.

"Koko terluka?" Aku bertanya setelah kami berdua duduk.

Ia menggeleng. Syukurlah.

"Kau tidak berniat bunuh diri kan?" Koko bertanya dengan menyelidik.

"Tidak!" Tentu saja aku menyangkal tak terima.

Walau sempat terpikir olehku untuk menuju isekai.

Keadaan menjadi hening. Aku baru mengingat jika kami tengah berperang dingin.

"Aku minta maaf."

Apakah dia baru saja diceramahi Inui?

"Aku menyusulmu sendiri, bukan karena Inupi."

Menyeramkan, apakah ia membaca pikiranku?

"Aku tidak membaca pikiranmu, hanya menebaknya dari raut mu saja."

Hm ...

"Sungguh, aku minta maaf padamu. Emosi ku langsung terpancing saat melihatmu bersama Inupi." Kali ini ia berkata dengan lembut.

"Aku sangat menyesal," tambahnya.

Tidak memberi respon apapun padanya. Aku membiarkan Koko terus mengeluarkan kalimat.

"Tidak pernah terpikirkan olehku untuk melecehkanmu. Mulut sialan ini malah berucap demikian hingga menyakiti perasaanmu."

"Maaf."

Aku mengedipkan mata yang sudah membengkak. "Alasanmu?"

"Aku takut sialan!"

Hah? Takut karena Inui menyukaiku dari pada dirimu?

Koko menahan bahuku. Seketika aku deja vu.

"Tepis pikiran tidak masuk akalmu itu, aku takut bukan karena Inupi yang menyukaimu. Tetapi aku takut karena aku juga menyukaimu!"

Aku ... kehabisan kata-kata.

Dengan menahan napas, aku bertanya padanya, "Bagaimana dengan Akane-san? Jangan bilang padaku jika kau menganggapku sebagai pengganti Akane-san?"

Jika itu benar, maka aku tidak akan segan untuk menghajarmu Koko.

"Aku menyukaimu bukan sebagai Akane!" Koko menjawabnya dengan yakin.

Apakah ini berarti kadal sudah berevolusi menjadi buaya?

"Jadi ... kalian bertengkar untuk memperebutkanku? Aw jadi malu."

"Aduh!"

Aku memegang kepala saat Koko mengetoknya sedikit kuat.

"Koko!"

Akhirnya Inui tiba. Aku langsung berlari ke arahnya lalu mengadu jika Koko baru saja melukaiku.

"Seishu-kyun~ Koko ingin membuatku semakin bodoh!"

"Beri dia ceramah no jutsu darimu!"

"Jangan mempercayainya, si bodoh itu hanya membual," sangkal Koko.

Aku mendengus. Dasar tidak seru.

"Kalian tidak apa-apa kan?" Inui bertanya dengan cemas.

Aku menggeleng sebagai balasan, begitu juga dengan Koko.

"Baiklah aku akan mengatakan suatu hal dengan serius," lanjut Inui.

"Koko, aku mencintai [Name]."

"Kalau begitu aku juga akan mengaku satu hal padamu, Inupi."

"Aku juga menyukai, ralat maksudku mencintai [Name]."

A-

Rasanya aku mau mati saja akibat salah tingkah.

Bisa-bisanya kedua orang ini mengakui perasaan ya dengan santai di hadapanku?!

"Aku tidak akan menyerahkan gadis bodoh ini denganmu."

"Karena itu, mari kita bersaing secara adil."

"Baik!"

Mereka berdua berjabat tangan sebagai bukti persaingan.

"Kalau begitu ...."

"[Name]!"

Aku tersentak kala kedua lelaki itu menatapku secara bersamaan.

"Siapa yang akan kau pilih?"

.

.

.

Dia?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia?





Atau





Dia?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia?




Atau ...





Sanggupkah aku untuk memilih?


***

Pythagoras | Kokonoi x Reader x InuiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang