7

349 68 14
                                    


Festival

•••

Malam harinya aku sudah tiba di festival dengan setelan kimono manis hingga semakin mempermanis penampilanku. Haha aku memang mempunyai tingkat kepercayaan diri yang cukup tinggi, jadi jangan heran.

Sedari tadi pula aku menunggu kehadiran dua laki-laki yang menyetujui ajakanku.

Bak melebihi seorang gadis, mereka belum juga tiba. Bahasa singkatnya mereka terlambat. Sangat lambat.

Aku mendengus kesal, diri ini sudah tak tahan untuk mencoba makanan di setiap stand.

Tidak peduli lagi dengan mereka aku segera menghampiri sebuah stand makanan yang sedari tadi sudah menampilkan imajiner tali seolah menarikku ke sana.

Bau taiyaki berisikan kacang merah tercium nikmat. Tanpa basa basi aku memesan 5 taiyaki. Aku sudah tidak sabar untuk menikmati makanan tersebut.

Puk
Sebuah tangan menepuk pelan bahuku. Rupanya Inui dan Koko sudah tiba.

"Kami mencarimu," ujar Inui.

Aku berdecak kesal. "Kalian terlambat."

"Gomen. Tadi ada urusan geng."

Koko menyahut. "Kau tidak perlu meminta maaf, Inupi. Kita hanya telat selama beberapa menit."

Aku menatap Koko dengan tajam. "Telat beberapa menit hingga berlalu menjadi satu jam."

Bukannya meminta maaf, Koko malah menjulurkan lidahnya. Agaknya dia memang keturunan kadal langka yang tidak perlu dilestarikan.

Tanganku segera menerima pesanan tadi setelah penjual menjulurkannya.

Rasa hangat taiyaki semakin menggugah selera. Aku langsung menggigit satu diantaranya. Lalu menawarkan kedua lelaki itu.

"Huaa ini sangat enak!"

Inui bertanya penasaran. "Melebihi melonpan?"

Aku menggeleng tegas. "Kau salah dalam menilai makanan Inui-san. Setiap makanan memiliki ciri khas nya tersendiri sehingga aku tidak akan sanggup untuk berkata bahwa salah satu dari mereka adalah yang terbaik."

Tanpa sadar aku mengkhianati perkataanku tadi siang yang berkata bahwa 'melonpan yang terbaik'.

Lelaki itu terkekeh. Sungguh, melihat senyuman Inui adalah keuntungan yang mendebarkan!

Di sisi lain, tanpa sengaja aku mendengar dengusan kesal dari Koko. Ohooo apakah dia cemburu jika Inui tersenyum untukku?

"Aku ingin memakan semua makanan yang ada di sini!" Aku berkata dengan antusias.

Lagi pula aku sudah menyimpan energi untuk berkeliling festival dan melahap setiap makanan. Ibu pasti bangga padaku!

"Kau aku menjadi bulat jika mencoba semua makanan yang ada di sini." Koko mulai mengejek.

Dia berani membicarakan masalah tubuh wanita di hadapanku?!

"Bukan urusanmu!"

Sayangnya tidak berpengaruh padaku hahaha.

Aku mulai menarik kedua lengan mereka untuk menjelajahi setiap stand makanan dan membelinya.

Tangan Koko dan Inui juga sudah penuh ketika aku mencapai stand ke lima belas.

Di samping itu, dua laki-laki ini tampak lelah. Karena aku adalah gadis yang baik hati maka aku mengusulkan untuk istirahat terlebih dahulu serta menghabiskan semua makanan yang kami beli. Ralat, makanan yang aku beli.

Mataku berbinar menatap meja yang sudah tertata semua makanan tadi.

"Kau bisa menghabiskan semua ini sendiri?" Inui bertanya dengan tak yakin.

"Apakah kau berpikir demikian? Tentu saja tidak, maka dari itu aku mengajak kalian untuk membantuku menghabiskan semua makanan ini."

"Kau ...." Koko sampai tidak bisa berkata-kata lagi.

Kami mulai makan sesekali aku mendengarkan cerita mereka berdua mengenai dunia berandalan.

"Ngomong-ngomong beberapa menit lagi kembang api akan dinyalakan," celetukku.

Aku sedikit tidak sabar untuk menyaksikan indahnya langit malam berhias kembang api. Meski aku tidak terlalu menyukai kebisingannya.

Inui melirik jam di ponselnya. "Kau benar."

Posisi duduk kami bersampingan. Aku berada di tengah antara Koko dan Inui.

Kebisingan pengunjung terkadang membuatku kesulitan mendengar perkataan mereka.

Hanya saja aku dapat mendengar jelas yang satu ini.

Tepat saat kembang api pertama menyala, disusul kembang api lainnya. Inui berbisik satu kalimat padaku.

"Sepertinya ... aku menyukaimu."




***

Pythagoras | Kokonoi x Reader x InuiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang