2

486 77 6
                                    


Memeras uangmu.


•••

"Kenal dia?"

"Kau tidak tahu?"

"Jika tahu, aku tidak akan menanyakannya padamu."

"Ah, kau benar."

"Aku tidak mengingat namanya, yang kutahu dia berada di kelas yang sama dengan kita."

"Tumben kau mengingat seseorang. Perempuan pula."

"Dia kaya dan beberapa kali aku berpikir untuk memeras uangnya."

"Pantas."

Dasar para lelaki tampan tanpa sopan santun! Aku mendengarnya dengan jelas tahu! Bisa-bisanya kau membicarakan rencanamu untuk memeras uangku di depan ku! Apakah dia sudah gila?!

Ah, aku yang gila karena pura-pura mati di hadapan mereka.

"Lalu, harus kita apakan dia?"

Aku menahan napas ketika sebuah tangan menarik rambutku dengan kasar hingga wajah ini diangkat secara paksa.

"Hoi onna bangunlah. Aku tahu kau hanya berpura-pura pingsan."

Oh tidak , aku ketahuan! Lagipula aku bukan berpura-pura pingsan, tuh. Aku hanya pura-pura mati.

Aku menahan ringisan kala lelaki itu semakin kuat menarik rambutku.

"Buka matamu atau ku buat kau botak."

Baik, itu menakutkan. Aku mulai membuka mata secara perlahan dan pasrahkan hidup pada dua lelaki tampan.

"Namamu." Aku tidak mengerti, apakah Inui bertanya padaku? Tetapi nadanya tidak terdengar bertanya.

Pada akhirnya aku lebih memilih menjawab saja.

"[Name]," balasku dengan lirih. Ibu ... tolong aku.

Aku berusaha mengalihkan pandangan dari Inui yang bersandar di dinding. Kulihat sekilas Koko duduk di punggung korban yang tadi ia hajar.

"Kau mengenal kami?" tanyanya. Koko terdengar merendahkan.

Aku bimbang. Apa yang harus kulakukan? Apakah lebih baik bila aku menjawab tidak mengenal mereka sehingga aku akan dilepaskan?

"A-aku ...."

Ibu nyawa putrimu ini seakan berkurang dengan cepat.

Koko mulai menyeringai, di mataku dia semakin menakutkan. "Onna, jawab pertanyaanku."

Brug
Suara besi terjatuh dari genggaman Inui semakin membuatku ketakutan. Apakah dia berniat mengancamku dengan benda itu?

Inui mengambil kembali besi tersebut lalu menggenggamnya sembari terus menatapku.

"Aku mengingatmu," ujar Inui. Ia mendekat lalu menarik daguku hingga pandangan kami bertemu.

Ia menurunkan tangannya dari daguku lalu memasang mimik berpikir dan percayalah kadar ketampanannya meningkat drastis.

"Kau murid sekelas kami yang selalu menyendiri itu kan? Apa ya istilahnya, hm ... anti sosial?"

Anti sosial? Seburuk itukah pandangan teman sekelas terhadapku? Aku hanya mengangguk saja sebagai balasan.

Koko terlihat tertarik, ia mulai mendekatiku dan Inui. "He ... apakah kau tipe murid yang dijadikan budak lalu dikucilkan?"

Aku menggeleng beberapa kali seolah menyakinkan dengan tegas mengenai pertanyaan Koko. "Tidak."

"Onna, kau beruntung."

Heh? Nande?

Tanpa berbicara pun aku yakin bahwa ekpresiku sudah mewakili isi hati.

"Kau akan menjadi budakku hahaha." Sialan, lelaki kadal itu tertawa dengan keras.

"Koko."

Mampus kau! Koko langsung terdiam ketika Inui menegurnya.

Lelaki dengan bekas luka di dahinya itu menyisir rambut yang menutup dahinya. Oh Tuhan, dia sangat tampan! Rasanya aku ingin mimisan saja.

Inui tampak serius. "Apa yang sudah kau lihat tadi adalah kesalahanmu."

Koko menyeringai. "Ya, kau harus membayarnya."

Dasar maniak uang! Katakan saja kalau kau ingin memerasku kan?!

Perlu kalian ketahui, meski isi hatiku meledak-ledak namun ekpresiku ku kentara berbeda.

Baiklah aku akan berusaha untuk terlihat tidak mengerti. "Membayar?"

"Ya!"

"Pilihanmu hanya dua. Mati atau ...." Koko menggantung kalimatnya. Ia mendekat lalu menatapku dengan rendah. Dasar.

"Serahkan semua uangmu pada kami."

Inui terlihat tidak peduli, ia lebih tertarik pada ponselnya.

Aku mengangguk paham, kedua tangan mulai merogoh saku celana untuk mencari keberadaan uang.

Sial, aku tidak membawa uang sepeser pun.

Imajiner air mata tampaknya sudah tercetak di wajah. Kalau sudah begini, hanya ada satu cara agar aku bisa terlepas dari kondisi menyedihkan ini. Dengan segenap jiwa dan raga, aku mulai menghitung dalam benak.

Satu.

Dua.

Tiga.

"Akhh!!"

Setelah mengerahkan seluruh tenaga untuk menginjak kaki Koko. Aku langsung berlari secepat mungkin dari sana.

"Ahahaha kalian tidak akan bisa memerasku!" Aku berteriak sembari menjulurkan lidah ke arah Koko yang meringis memegang kakinya. Lalu Inui yang kebingungan.

Sekarang aku hanya perlu memikirkan alasan untuk tidak masuk sekolah.



***

Pythagoras | Kokonoi x Reader x InuiWhere stories live. Discover now