Epilog

471 66 11
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Segitiga membagi kita menjadi 3 sisi.

Antara aku,

Kau,

dan kau.


Memaksaku untuk memilih,

dan membiarkan salah satu diantaranya merasa sedih.


Lantas,


Apakah kau berpikir bahwa aku sanggup melakukannya?


Apakah kau berpikir bahwa aku sanggup melakukannya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Sadarilah.



Cinta pythagoras itu egois.



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







***************************

A/N:

Dikarenakan kelabilan saya yang bingung memilih Inui atau Koko, saya pun membuat dua ending yang berbeda.

Kalian juga bisa berkhayal sendiri.

Enjoy!

.

.

.



Seishu.

•••


Waktu berlalu dengan cepat. Mungkin ... karena aku terlampau menikmati setiap detik kebahagiaan ketika bersamamu.

Berkali-kali aku tersenyum, teramat senang hingga rela jikalau bibir terasa lelah. Bagaimana tidak? Kebahagiaan selalu berada bersamaku, membuat diri ini tak kuasa menahan diri.

Aku mengelus salah satu tangan seseorang yang sedari tadi duduk bersandar denganku. Meski tidak mulus, namun justru itu salah satu hal yang kusukai darinya.

Karena dari tangan itu lah aku tahu bahwa ia sudah bekerja keras.

"Bagaimana pekerjaanmu hari ini?" tanyaku padanya.

Ia menatapku lalu menaruh kepalanya di bahuku. "Melelahkan, aku butuh pelukan [Name]-chan."

Kekehan keluar begitu saja dari bibirku. "Seishu-kun sangat manja."

"Yosh! Kalau begitu istrimu ini akan memberimu energi agar suamiku kembali semangat!" Aku memeluknya erat.

Hah ... rasanya tidak ingin ku lepas selamanya.

"Aku tidak menyesal memilihmu, Seishu-kun."

Seishu membalas pelukanku sesekali mengelus kepalaku.

"Arigatou na karena sudah memilihku." Ia menarik daguku hingga wajah kami saling berhadapan dalam jarak dekat.

"Aku sangat mencintaimu, istriku."

Setelah itu aku menutup rapat kelopak mata, menikmati gelitikan kumpulan kupu-kupu di perut kala kedua bibir bersentuhan.

"Aku juga mencintaimu, suamiku."

.

.


.


Hajime.

•••

Dunia bagaikan sebuah panggung pertunjukkan bagi manusia yang menghuninya.

Dan dia,

Adalah tokoh yang mengisi panggung duniaku.

Pertemuan kami tidak baik bukan berarti berakhir buruk. Tidak pernah ada kata menyesal ketika aku memilihmu di hari itu. Karena kau adalah yang terbaik. Setidaknya di mataku.

Aku terkekeh kecil seraya mengelus permukaan perut yang kian membesar dari waktu ke waktu.

"Memikirkan sesuatu?" Seseorang tiba secara diam-diam kemudian memeluk pinggang ku dari belakang.

Tanpa perlu menebak pun aku tahu jika itu adalah kau.

"Hajime-kun ... mandilah terlebih dahulu agar kau bisa beristirahat."

Bukannya menurut, ia malah semakin mempererat pelukan bahkan aku sudah merasakan tangannya yang mulai mengelus-elus perut ini.

"Hajime-kun?"

Ia menaruh kepala di bahuku dapat ku rasakan betapa melelahkan dirinya. "Aku merindukanmu."

"Heh ... padahal kita bertemu setiap hari lho."

"Terpisah darimu saat bekerja adalah cobaan yang sangat berat," balasnya.

Lucunya ....

Aku memutar tubuhku hingga kami saling berhadapan. Kedua tanganku memeluk lehernya kemudian menciumnya sekilas. "Kalau begitu aku akan terus mengobati rasa rindumu di setiap harinya!"

Hajime tersenyum. "Aku mencintaimu."

Ungkapan sebuah kalimat indah yang selalu ku dengar di setiap harinya semakin membuat diri melayang tinggi kala ia kembali menyatuhkan kedua bibir kami.

"Aku juga mencintaimu."

.

.

.








Tamat.


Maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan ataupun sebagainya terlebih saya yang sering buat adegan alay (༎ຶ ෴ ༎ຶ) maklum belum punya pengalaman romantis hehehe. Sampai jumpa di cerita selanjutnya!!(◕ᴗ◕✿)

Pythagoras | Kokonoi x Reader x InuiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang